//]]> BIOGRAFI ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ LENGKAP DENGAN PERJALANAN HIDUPNYA - SPIRIT MUSLIM (SPIRUM)

October 25, 2017



Spirit Muslim. Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan khalifah pertama yang langsung ditunjuk oleh Rasulullah S.A.W untuk menggantikan posisi beliau dalam memimpin umat Islam. Biografi lengkap mengenai Abu Bakar Ash-Siddiq pun juga telah ditulis oleh beberapa sejarawan didunia. Kisah perjalanan hidup Abu Bakar yang sangat fenomenal telah banyak menginspirasi beberapa orang, tidak lain hal ini karena kehebatan Abu Bakar dalam memimpin umat Islam hingga mampu menaklukkan beberapa wilayah dibawah kekuasaan umat Islam. Berikut sekilas kami sajikan biografi serta informasi mengenai khalifah sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq lengkap dengan perjalanan hidupnya.


SEKILAS BIOGRAFI ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
  • Nama lengkap: Abdullah Bin Ustman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Luai bin Ghalib bin Fihr Al-Qurasy At-Taimi
  • Kelahiran: Makkah, 572 M
  • Orang tua: Utsman bin Abi Quhafah dan Salma Ummul Khair
  • Istri: Qutailah binti Abd Al-Uzza bin Abd bin As’ad, Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman, Asma’ binti Umais bin Ma’ad bin Taim Al-Khats’amiyyah, Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair.
  • Putra-putri: Abdullah, Asma, Abdurrahman, Aisyah, Muhammad bin Abu Bakar, Ummu Kultsum.

Abu Bakar As-Shiddiq memiliki nama asli Abdullah Bin Ustman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Luai bin Ghalib bin Fihr Al-Qurasy At-Taimi atau biasa dipanggil Abdullah bin Abi Quhafah bin Amir. Beliau lahir dari rahim seorang ibu yang bernama Salma Ummul Khair dan ayahnya bernama Utsman Abi Quhafah (panggilan: Abu Quhafah). Nasab beliau hampir sama dengan nasab Nabi S.A.W lebih tepatnya nasab mereka bertemu pada kakek yang keenam yakni Murrah. Beliau lahir pada tahun 572 M di Mekah, berasal dari keturunan Bani Taim, suku Quraisy.

Abu bakar dan Rasulullah bersahabat sejak mereka masih remaja. Setelah beranjak dewasa, Abu Bakar memilih jalan hidupnya menjadi seorang pedagang. Sebagai pedagang, ia sangat sukses dan kaya. Kesuksesan yang membawanya tersebut tak lepas dari sifat beliau yang terkenal akan kejujuran, kedisiplinan, dan sifat kedermawanannya. Kedermawanan yang ia miliki menjadikan ia merelakan semua harta yang ia miliki untuk membantu Rasulullah untuk membela dan menyebarkan agama Islam.

Selain itu, abu bakar terkenal sebagai seorang yang ahli dalam ilmu Nasab (ilmu pengetahuan mengenai silsilah keturunan). Keahliannya dalam menguasai ilmu nasab membuatnya benar-benar mengetahui dan memahami seluk beluk berbagai nasab dan kabilah yang ada di Arab. Bahkan berkat ketinggian ilmu nasab yang dimilikinya beliau mampu mengetahui derajat dan kedudukan masing-masing dari kabilah yang ada di Arab.
Kecerdasan dan pengetahuannya yang tinggi membuatnya tak sulit untuk segera meyakini dan memahami ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah S.A.W, selain itu didukung dengan keakraban mereka berdua membuat Abu Bakar dengan mudahnya meyakini ajaran yang dibawa Rasulullah. 

Sayyidina Abu Bakar adalah seorang yang sangat mencintai kaum Quraisy, bahkan karena kecintaannya terhadap kaum Quraisy sampai-sampai beliau menolong mereka dengan mempekerjakan mereka menjadi pegawai Sayyidina Abu Bakar. Bahkan tidak tanggung-tanggung, kecintan beliau pun membuat beliau mengangkat salah seorang dari mereka sebagai orang kepercayaannya. Usaha perdagangan beliau pun lambat laun mengalami kemajuan dan karena kepercayaan beliau terhadap para pegawainya menghantarkan beliau hingga pada gerbang kesuksesan yang mana beliau menjadi salah satu orang terkaya di bumi Arab.

GELAR DAN JULUKAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ

Beliau memiliki 2 Laqab (julukan) yakni:

1. ‘Atiq (عتيق
2. Ash Shiddiq (الصدِّيق).

Sebagian ulama berpendapat bahwa beliau mendapatkan julukan ‘Atiq karena ketampanan yang beliau miliki. Sebagian yang lain mengatakan karena wajah beliau yang cerah bercahaya. Ada juga pendapat yang mengatakan karena beliau selalu terdepan dalam kebaikan. Sebagian lagi mengatakan bahwa ibu beliau awalnya tidak kunjung hamil, dan ketika ibunya hamil maka ibunya berdoa,

اللهم إن هذا عتيقك من الموت ، فهبه لي

Artinya:
“Ya Allah, jika anak ini engkau bebaskan dari maut, maka hadiahkanlah kepadaku”.

Selain itu beliau juga mendapat julukan Ash-Shiddiq, sebuah gelar yang diberikan oleh Rasulullah kepadanya. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam telah menamai beliau dengan Ash-Shiddiq sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari:

عن أنس بن مالك رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم صعد أُحداً وأبو بكر وعمر وعثمان ، فرجف بهم فقال : اثبت أُحد ، فإنما عليك نبي وصديق وشهيدان

Artinya:
“Dari Anas bin Malik Radhiallahu’anhu bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menaiki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan ‘Utsman. Gunung Uhud pun berguncang. Nabi lalu bersabda: ‘Diamlah Uhud, di atasmu ada Nabi, Ash Shiddiq (yaitu Abu Bakr) dan dua orang Syuhada’ (‘Umar dan ‘Utsman)”. (H.R. Bukhari).
Beliau mendapatkan julukan ini karena beliau adalah orang yang pertama kali dari kaum laki-laki yang membenarkan ajaran yang disampaikan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dengan kepercayaan yang sangat tinggi. Hal ini terbukti saat pagi hari setelah malam Isra Mi’raj, orang-orang kafir tidak mempercayai peristiwa tersebut dan berkata kepada Abu Bakar: "Teman kamu itu (Muhammad) mengaku-ngaku telah pergi ke Baitul Maqdis dalam semalam". Beliau menjawab:

 إن كان قال فقد صدق

Artinya:
“Jika ia berkata demikian, maka itu benar”.

Bahkan Allah Ta’ala pun menyebut beliau sebagai Ash-Shiddiq dalam salah satu ayat Al-Qur'an:

وَالَّذِي جَاء بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

Artinya:
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. Az-Zumar: 33)

Beberapa ulama menafsirkan ayat diatas dengan pemahaman yang dimaksud ‘orang yang datang membawa kebenaran’ (جَاء بِالصِّدْقِ) adalah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dan yang dimaksud ‘orang yang membenarkannya’ (صَدَّقَ بِهِ) adalah Abu Bakar Radhiallahu’anhu.

KARAKTER ABU BAKAR

Imam Nawawi rahimahullah dalam kitabnya “Tahdzib Al Asmaa Wa Al-Lughaat” berkata: 
”beliau termasuk tokoh Quraisy di masa jahiliyah, menjadi penasehat mereka, mereka mencintai dan bersikap lemah lembut kepadanya. Ketika masuk Islam, beliau mengutamakan Islam dari yang lainnya dan masuk Islam secara Kaffah (keseluruhan). Beliau berakhlak mulia, pandai tentang masalah nasab-nasab bangsa arab. Sesungguhnya Abu Bakar adalah seorang Quraisy yang paling mengetahui tentang Nasab mereka".
Beliau memang memiliki akhlaq yang sangat mulia, beliau juga terkenal akan kebaikan, keberanian, serta pendiriannya yang kokoh. Ide-ide yang cemerlang senantiasa datang dari beliau, beliau juga memiliki sifat yang murah hati, penyabar, memiliki Azimah (keinginan yang kuat), faqih, sangat bertawakal kepada Allah S.W.T dan yakin dengan segala janji-Nya. Sifat wara’ juga tak lepas dari dirinya yang membuat ia menjauhi segala bentuk macam Syubhat, Zuhud terhadap dunia, dan bahkan selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah.

Beliau adalah sahabat Nabi S.A.W yang selalu tampil dibaris terdepan dalam menegakkan kewajiban dan keutamaan yang menyangkut urusan umat, mengatasi segala kesulitan dan memberikan kepada umat dengan segala kemampuan yang dimilikinya dengan penuh pengorbanan mulai dari harta, waktu, ilmu, perasaan, tenaga hingga ia tak kenal lelah untuk senantiasa memperjuangkan agama Islam yang telah dibawa oleh Rasulullah S.A.W.

PERJALANAN HIDUP ABU BAKAR AS-SHIDDIQ

Abu Bakar merupakan salah seorang sahabat Rasulullah S.A.W yang telah menemani Rasulullah, jauh sebelum Rasulullah diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Saat Rasulullah diutus, beliau adalah orang laki-laki yang pertama kali beriman. Tak lama setelah itu beliau pun mengajak para kerabatnya untuk beriman terhadap Allah, mereka adalah Utsman Bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Abdillah.

Beliau pun membeli beberapa budak mukmin untuk selanjutnya ia merdekakan semata untuk mencari ridha Allah.

Pada saat Rasulullah Hijrah, Abu Bakar pun tidak segan untuk menemani Rasulullah bahkan pada saat beliau dikejar oleh kaum kafir Quraisy dan bersembunyi di gua, Abu bakar pun tetap setia menemani Rasulullah. Bahkan kejadian ini juga diabadikan  dalam sebuah Al-Qur’an lebih tepatnya pada surat At-Taubah yang berbunyi:

ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا

Artinya:
“Salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: 'Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita". (Q.S. At Taubah: 40)

Dalam hadits Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, Abu Bakar berkata:

نظرت إلى أقدام المشركين على رؤوسنا ونحن في الغار فقلت : يا رسول الله لو أن أحدهم نظر إلى قدميه أبصرنا تحت قدميه . فقال : يا أبا بكر ما ظنك باثنين الله ثالثهما

Artinya:
“Ketika berada di dalam gua, aku melihat kaki orang-orang musyrik berada dekat dengan kepala kami. Aku pun berkata kepada Rasulullah: ‘Wahai Rasulullah, kalau di antara mereka ada yang melihat kakinya, mereka akan melihat kita di bawah kaki mereka’. Rasulullah berkata: ‘Wahai Abu Bakar, engkau tidak tahu bahwa bersama kita berdua yang ketiga adalah Allah". (H.R. Bukhari Muslim)

Abu Bakar adalah salah seorang dari kalangan sahabat yang paling membela Rasulullah saat Rasulullah berada di Madinah, bahkan beliau senantiasa menemani Rasulullah dalam berbagai peperangan, beliau lah yang memimpin batalyon pasukan Islam dan membawa bendera Islam saat perang Tabuk berlangsung.

Saat Rasulullahh sakit menjelang ajalnya, Rasulullah memerintahkan Abu Bakar untuk mengimami shalat bersama dengan kaum Muslimin, ini sekaligus sebuah isyarat dari nabi bahwa Abu Bakar adalah orang berhak menggantikan Rasulullah untuk memimpin umat Islam.

ISTRI DAN PUTRA-PUTRI ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ

Abu Bakar memiliki beberapa istri yang sangat ia cintai. Pada masa jahiliyyah, Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah menikahi Qutailah binti Abd Al-Uzza bin Abd bin As’ad, dan dari pernikahan tersebut Abu Bakar dikaruniai 2 putra, yakni Abdullah dan Asma. Selain itu beliau juga menikahi Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kihanah, pernikahan tersebut dikaruniai 2 putra yakni Abdurrahman dan Aisyah.

Beliau juga menikahi janda Asma’ binti Umais bin Ma’ad bin Taim Al-Khats’amiyyah. Dari hasil pernikahan ini lahirlah Muhammad bin Abu Bakar yang lahir pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah.

Abu Bakar juga menikahi Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj. Beliau pun akhirnya tinggal bersama di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh, hingga Rasulullah wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi Khalifah sepeninggal Rasulullah. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Kultsum.

KETEGARAN HATI ABU BAKAR

Pada saat Rasulullah wafat, Abu Bakar adalah orang yang paling terpukul, bahkan sebelum Rasulullah wafat, Abu Bakar sudah melihat tanda-tanda bahwa Rasulullah tidak lama akan meninggalkannya, dan tidak ada yang mengetahui tanda-tanda tersebut kecuali Abu Bakar. Ia adalah orang yang paling sedih dan terpukul saat itu, baru saat ajal menjemput Rasulullah, Abu Bakar mencoba tegar ditengah kesedihan umat Muslim. Beliau adalah orang paling tegar saat Rasulullah wafat, karena memang Abu Bakar telah menghabiskan kesedihannya tersebut saat ia mengetahui tanda-tanda wafatnya Rasulullah.

Pada saat beliau mengetahui kabar mengenai wafatnya Nabi, beliau sedang berada diluar kota Madinah, ia pun segera bergegas kembali menuju Madinah. Setibanya disana Abu Bakar melihat kaum Muslimin dalam keadaan tergoncang yang membuat umat Muslim menjadi bersedih dan bersusah atas kepergiannya. Melihat keadaan demikian, lantas Abu Bakar menaiki mimbar dan berkhutbah kepada kaum Muslimin agar bersabar sebagaimana beliau juga bersabar atas kepergian Rasulullah. Adapun isi khutbah tersebut adalah:

مَنْ كَانَ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ وَ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللّهَ فَإِنَّ اللّهَ حَيٌّ لاَ يَمُوْتُ

Artinya:
"Barangsiapa yang menyembah Muhammad maka sesungguhnya beliau benar-benar telah wafat, dan barangsiapa menyembah terhadap Allah maka sesungguhnya Allah itu hidup tidak mati".

Setelah membacakan khutbah tersebut, kemudian Abu Bakar melanjutkannya dengan membacakan salah satu ayat Al-Quran:

وَ مَا مُحَمَّدٌ اِلاَّ رَسُوْلٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ اَفَإِنْ مَاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ

Artinya:
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?". (Q.S. Ali-Imran: 144) 

Kesedihan dan duka pun meneyelimuti setiap manusia yang hadir pada waktu itu, namun para sahabat mengambil contoh dari kesabaran dan keteguhan hati Abu Bakar saat Rasulullah tiada.

ABU BAKAR DIBAI'AT MENJADI KHALIFAH

Setelah Rasulullah wafat, kelompok Anshor berkumpul pada sebuah bangunan dengan kubah diatasnya yang biasa disebut Tsaqifah bani Sa'idah untuk bermusyawarah mengenai penerus Rasulullah untuk memimpin umat Islam kedepannya. Pada satu sisi kelompok Anshor bersikukuh untuk membai'at pemimpin mereka yakni Sa'ad bin 'ubadah. Mendengar hal tersebut, kelompok Muhajirin pun berbondong-bondong menuju Tsaqifah Bani Sa'idah untuk mengikuti musyawarah tersebut dengan mengusulkan Abu Bakar serta Abu 'ubaidah sebagai wakil mereka untuk menjadi khalifah selanjutnya.

Salah satu perwakilan Anshor mengucapkan:

مِنَّ اَمِيْرٌ وَ مِنْكُمْ اَمِيْرٌ

Artinya:
"Sebagian dari kita adalah pemimpin dan kita adalah pemimpin"

Sontak hal tersebut membuat musyawarah menjadi kian memanas. Hingga kemudian Abu Bakar berkhutbah menengahi perselisihan tersebut yang menyebutkan bahwasannya seorang yang pantas menjadi Khalifah penerus Nabi harus berasal dari suku yang mulia yakni suku Quraisy, kemudian Abu Bakar berkata:

نَحْنُ الْأُمَرَاءُ وَ أَنْتُمُ الْوُزَرَاءُ وَ لاَ يَدِيْنُ الْعَرَبُ اِلاَّ لِقُرَيْشٍ وَ قَدْ رَضِيْتُ لَكُمْ اَحَدَ هَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ يَعْنِيْ عُمَرَ ابْنُ الْخَطَّابِ وَ اَبَا عُبَيْدَةَ

Artinya:
"Kita adalah para pemimpin, dan kalian semua adalah para pemimpin, tidak ada yang dapat kita percaya dari bangsa Arab kecuali dari golongan Quraisy. Dan aku benar-benar ridha terhadap salah satu dari dua orang ini yakni Umar bin Khattab dan Abu 'ubaidah".

Setelah apa yang diucapkan Abu Bakar tersebut, tanpa panjang lebar lantas Umar dengan cekatan memutus pertentangan tersebut dan mengangkat tangan Abu Bakar sebagai simbol bahwa Umar telah membai'at Abu Bakar menjadi penerus Rasulullah. Melihat apa yang dilakukan Umar tersebut, para sahabat pun turut membai'at Abu Bakar. Hingga kemudian Abu Bakar memasuki Masjid dan setiap orang yang ada ikut membai'at beliau.

Setelah pembaiatan selesai, Abu Bakar kembali berkhutbah. Beliau berkhutbah dengan semangat yang menggebu-gebu untuk tetap memegang teguh syari'at Islam. Beliaupun tak lupa juga mengatur rencana dan siasat untuk kemajuan Islam.

PENGIRIMAN TENTARA USAMAH

Sebelum Rasulullah wafat, beliau sudah terlebih dahulu menyiapkan pasukan untuk melakukan ekspansi ke Syam dibawah pimpinan Usamah bin Zaid, dan nabi pun memerintahkan Usamah untuk berjalan menuju tempat dimana orang tua Usamah dibunuh yakni Syam. Namun sayang, sebelum pasukan tersebut diberangkatkan, Rasulullah telah menghembuskan nafas terakhirnya.

Sepeninggal Rasulullah sebagian sahabat mengusulkan kepada Abu Bakar untuk menarik mundur pasukan tersebut dan memrintahkan mengutus mereka untuk memerangi orang-orang murtad.

Mendengar hal tersebut, Abu Bakar pun berkata;

وَاللّهِ لاَ اَحُلُّ لِوَاءً عَقَدَهُ النَّبِيُّ صلى اللّه عليه و سلم

Artinya:
"Demi Allah, aku tidak akan melepaskan simpul (pasukan) yang telah diikat oleh Nabi S.A.W".

Para sahabat pun kemudian mendesak Abu Bakar untuk menarik Usamah sebagai pemimpin pasukan karena umurnya yang masih muda yakni 18 tahun dan mengusulkan kepada Abu Bakar untuk mengganti dengan seseorang yang usianya lebih tua dari Usamah.

Mendengar hal tersebut Abu Bakar pun tidak ridha dengan mengucapkan

لاَ أَعْزِلُهُ وَ قَدْ وَلَّاهُ رَسُوْلُ اللّهِ صلى اللّه عليه و سلم

Artinya:
"Aku tidak akan memecat Usamah, Rasulullah benar-benar telah memberi kekuasaan pada Usamah".

Keputusan Usamah untuk menjadi seorang panglima perang pun tidak dapat diganggu gugat. Setelah menetapkan Usamah sebagai pemimpin pasukan tersebut, ia (Usamah) lantas langsung membawa pasukan tersebut bersamanya dan berpesan kepada pasukannya dengan pesan-pesan yang cukup bijaksana. Pesan Usamah tersebut adalah:

لَا تَخُوْنُوْا وَ لاَ تَغْدُرُوْا وَ لاَ تَغْلُوْا وَ لاَ تُمَثِّلُوْا وَ لاَ تَقْتُلُوْا طِفْلاً وَ لاَ شَيْخًا كَبِيْرًا وَ لاَ تَغْزِقُوْا نَخْلاً وَ لاَ تُحْرِقُوْهُ وَ لاَ تَقْطَعُوْا شَجَرَةً مُثْمِرَةً وَ لاَ تَذْبَحُوْا شَاةً وَ لاَ بَقَرَةً وَ لاَ بَعِيْرًا اِلاَّ لِلْأَكْلِ

Artinya:
"Janganlah kalian takut, janganlah kalian berkhianat, janganlah kalian berlaku curang, dan janganlah kalian melakukan perbuatan yang menyerupai itu semua, janganlah kalian membunuh anak kecil, dan jangan pula kalian membunuh orang yang sudah tua, janganlah kalian merusak dan membakar pohon Kurma, janganlah kalian memotong pepohonan yang berbuah, janganlah kalian menyembelih domba maupun sapi atau kerbau kecuali untuk kalian makan".

Setelah Usamah memberikan pesan tersebut beliau beserta pasukannya berangkat menuju wilayah musuh dan berhasil memenangkan pertempuran dengan menangkap beberapa musuh dan menjarah harta benda mereka dan pulang dengan hasil yang gemilang. 

MEMERANGI ORANG-ORANG MURTAD

Sepeninggal Rasulullah S.A.W banyak dari beberapa Qabilah Arab yang kembali murtad. Mereka tidak mampu mempertahankan keimanan mereka kecuali penduduk Makkah, Madinah, dan Thaif. Mereka yang murtad menganggap bahwa saat Rasulullah meninggal, maka tidak ada kewajiban lagi untuk mengikuti ajaran Rasulullah karena Rasulullah sudah meninggal. Padahal tidak demikian yang seharusnya, meskipun Rasulullah sudah meninggal akan tetapi syariat harus tetap dijalankan karena syariat yang sebenarnya adalah milik Allah, dan Allah tidak akan pernah mati sampai kapanpun.

Mereka orang-orang yang murtad pun terpecah menjadi 2 golongan yakni:

  1. Orang-orang murtad dan benar-benar keluar dari Islam dengan pemimpinnya bernama Musailamah Al-Kadzzab di Yamamah.
  2. Orang-orang murtad yang meninggalkan zakat (tidak mau mengeluarkan zakat) yang dipimpin oleh Thalhah Al-Asadi dan beberapa orang-orang dari Yaman, mereka mengikuti Qabilah Tamim yakni Malik Ibnu Nuwairah.
Abu Bakar merupakan cermin lelaki yang memiliki sifat lemah lembut, namun ketika berhadapan dengan orang yang murtad, beliau adalah orang yang memiliki pendirian yang sangat kokoh untuk memerangi hal tersebut. Bahkan ketegasan yang dimilikinya melebihi daripada ketegasan yang dimiliki Umar bin Khattab yang mana beliau terkenal akan sifat yang keras dan tegas dalam membela agama Allah. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits Abu Hurairah Radhiallahu’anhu:

لما توفى النبي صلى الله عليه وسلم واستُخلف أبو بكر وكفر من كفر من العرب قال عمر : يا أبا بكر كيف تقاتل الناس وقد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أمِرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا لا إله إلا الله ، فمن قال لا إله إلا الله عصم مني ماله ونفسه إلا بحقه وحسابه على الله ؟ قال أبو بكر : والله لأقاتلن من فرق بين الصلاة والزكاة ، فإن الزكاة حق المال ، والله لو منعوني عناقا كانوا يؤدونها إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم لقاتلتهم على منعها . قال عمر : فو الله ما هو إلا أن رأيت أن قد شرح الله صدر أبي بكر للقتال فعرفت أنه الحق

Artinya:
“Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam wafat, dan Abu Bakar menggantikannya, banyak orang yang kafir dari bangsa Arab. Umar berkata: ‘Wahai Abu Bakar, bisa-bisanya engkau memerangi manusia padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan Laa ilaaha illallah, barangsiapa yang mengucapkannya telah haram darah dan jiwanya, kecuali dengan hak (jalan yang benar). Adapun hisabnya diserahkan kepada Allah?’ Abu Bakar berkata: ‘Demi Allah akan kuperangi orang yang membedakan antara shalat dengan zakat. Karena zakat adalah hak Allah atas harta. Demi Allah jika ada orang yang enggan membayar zakat di masaku, padahal mereka menunaikannya di masa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, akan ku perangi dia’. Umar berkata: ‘Demi Allah, setelah itu tidaklah aku melihat kecuali Allah telah melapangkan dadanya untuk memerangi orang-orang tersebut, dan aku yakin ia di atas kebenaran". (H.R. Bukhari Muslim).

Melihat banyak umat Islam yang kembali murtad tersebut, Abu Bakar pun segera menyiapkan 11 batalyon pasukan Islam untuk memerangi mereka. Abu Bakar juga sempat menulis surat kepada mereka (orang-orang murtad) untuk kembali kepada Islam, bahkan Abu Bakar pun menjelaskan akibat yang akan mereka dapatkan ketika mereka Murtad.

Golongan orang-orang yang murtad tetap pada pendirian mereka sehingga pasukan Islam pun menyerang mereka dan berhasil membawa kemenangan.

Kekalahan yang diterima Thalhah Al-Asadi pun membuatnya memihak kepada pasukan Muslim dan ia kembali masuk Islam.

PENYUSUNAN AL-QURAN

Setelah memenangkan pertempuran melawan Musailamah Al-Kadzzab, Umar bin Khattab kemudian meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan berbagai koleksi dari Al-Qur'an yang mana sebagian besar Al-Qur'an tersebut pada awalnya ada yang ditulis pada tulang hewan, kulit hewan, dan lan sebagainya. Dibentuklah sebuah tim yang dipimpin oleh sahabat Zaid bin Tsabit, sedikit demi sedikit lembaran Al-Quran dikumpulkan dan ditulis ulang dalam satu Mushaf. Barulah setelah penulisan ulang ini selesai kemudian disimpan oleh Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah yakni putri Umar bin Khattab sekaligus istri dari Nabi Muhammad. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan teks teks Al Qur’an tersebut menjadi dasar penulisan teks Al-Qur'an yang dikenal hingga saat ini.

AWAL PEPERANGAN PERSI (IRAQ)

Pada tahun 12 H, Abu Bakar menyiapkan pasukan dibawah pimpinan Khalid Bin Walid dan memerintahkannya untuk melakukan ekspansi di daerah Iraq di sisi kanan yakni daerah Ubullah, dan sebagian tentara lagi yang dipimpin oleh Iyad bin Ghunmin melakukan ekspansi daerah Iraq dari sisi kiri yakni daerah Mushabbah.

Pada saat Khalid sampai pada perbatasan negara Iraq, ia menulis surat kepada Hurmuz yakni pegawai negara pemerintahan persia (daerah Ubullah) yang berisi mengenai tuntutan kepada daerah bagian Iraq tersebut. Isi dari surat tersebut adalah:

اَسْلِمْ تَسْلِمْ اَوِ ادْفَعْ الْجِزْيَةَ وَ اِلاَّ فَلاَ تَلَوْمَنَّ اِلاَّ نَفْسَكَ فَقَدْ جِئْتُكَ بِقَوْمٍ يُحِبُّوْنَ كَمَا تُحِبُّوْنَ الْحَيَاةَ

Artinya:
"Aku telah Islam, maka masuklah kalian kepada Islam atau kalian membayar pajak kepada kami, jika tidak maka janganlah kalian banyak bermimpi atas diri kalian, maka benar-benar kami akan mendatangi kalian bersama dengan kaum yang suka terhadap kematian seperti halnya mereka senang dengan kehidupan".

Hurmuz marah besar, ia menerima surat tersebut lantas ia melemparkan surat tersebut diatas genangan air. Mengetahui hal tersebut, Khalid bin walid maju beserta pasukannya dalam medan pertempuran dan berhasil menguasai daerah tersebut dengan membunuh Hurmuz.

MENYIAPKAN TENTARA UNTUK MENGUASAI SYAM

Pada tahun 13 H, Abu Bakar mempersiapkan 4 batalyon pasukan Islam yang akan diberangkatkan menuju Syam. Mengetahui perjalanan pasukan Islam tersebut, raja dari negara Rum (Romawi) yakni Hiraql (Heraclius) mengumpulkan para pasukannya dengan jumlah yang sangat banyak dan menghadang perjalanan pasukan Muslim. Kemudian ia menghadapkan pasukannya tersebut didepan para pemimpin pasukan Islam. Mereka juga tidak segan-segan melemparkan apa saja yang ada pada diri mereka ke pasukan Islam.

Melihat perlawanan tersebut, Amr bin ash memberikan isyarat kepada para pemimpin pasukan Muslim untuk berkumpul di Yarmuk. Para pemimpin pasukan pun banyak yang menulis surat kepada Abu Bakar untuk memberikan bala bantuan, beliau (Abu Bakar) memuji kehebatan para pemimpin umat Islam yang memutuskan untuk berkumpul terlebih dahulu karena dikhawatirkan jika peperangan berlanjut akan mengakibatkan banyak korban jiwa berjatuhan dari kalangan umat Muslim.

Surat dari para pemimpin pasukan Islam pun telah diterima oleh Abu Bakar dan dibalasnya dengan mengirim sepucuk surat kepada Khalid bin Walid yang berisi perintah untuk bergerak menguasai Syam.

Kedudukan Khalid bin Walid yang telah menguasai wilayah Persi pun digantikan oleh Mutsanna bin Haritsah Asy-Syiban untuk menjaga daerah tersebut. Khalid lantas berjalan menuju Syam dengan membawa 10.000 pasukan berkuda. Abu Bakar dengan pasukan yang dikirimkannya tersebut berhasil membukakan jalan bagi Khalid dengan cara melumpuhkan negara-negara yang dilalui Khalid untuk menuju daerah Yarmuk.

PECAHNYA PERANG YARMUK

Perang Yarmuk adalah peperangan yang terjadi antara pasukan Islam dengan kekaisaran Romawi timur, peperangan ini disebut perang Yarmuk karena perang berlangsung di daeah Yarmuk. Pada saat Khalid bin Bin Walid tiba di Yarmuk, kaum Muslimin mendesak Khalid untuk segera melumpuhkan negara Rum yang terpecah belah tersebut.

Khalid pun lantas mengumpulkan pasukannya dan berkhutbah yang menjelaskan mengenai akibat yang didapatkan jika sebuah golongan terpisah-pisah, dan kemenangan akan tetap didapatkan bagi orang-orang yang berkumpul.

Khalid pun lantas mengatur pasukan tersebut yang mana cara khalid mengatur sangat brilian dan tidak pernah ditemui pada bangsa Arab sebelumnya. Khalid dan pasukannya pun lantas berangkat dan segera menyerang negara Rum.

Pasukan Rum berdiri dan menyerang kaum Muslimin dengan serangan yang sangat dahsyat hingga kaum Muslimin tidak berdaya. Melihat hal tersebut, Khalid berteriak dan memberikan semangat dan keberanian dalam jiwa umat Muslim untuk tetap bertahan dan berjuang melawan pasukan Rum tersebut, pasukan Muslim pun akhirnya bangkit dan melawan pasukan Rum dengan mendesak mereka untuk mundur, kaum Muslimin pun melakukan serangan terhadap mereka dengan sangat kuat hingga beberapa ribu pasukan Rum mati dalam medan pertempuran tersebut.

Umat Muslim yang terbunuh dalam peperangan tersebut berjumlah 300.000 pasukan, salah satu dari mereka adalah Ikrimah bin Abi Jahl, terdapat kurang lebih 70 luka pada tubuhnya, diantaranya disebabkan sayatan pedang, tusukan tombak dan anak panah.

Dipertengahan pertempuran tersebut, datanglah surat dari Madinah. Surat tersebut berisi mengenai kabar wafatnya Abu Bakar dan pemberhentian Khalid sebagai panglima perang dengan menggantikannya dengan Abu Ubaidah. Kabar tersebut sengaja disimpan oleh Khalid agar pasukan tetap terfokus pada pertempuran. Setelah Kemenangan diraih pasukan Muslim, Khalid pun lantas menyampaikan kabar tersebut kepada para pasukan dan kaum Muslimin yang ada di daerah tersebut, kemenangan telah diraih namun umat harus kembali kehilangan sosok pemimpinnya.

ABU BAKAR WAFAT

Saat Khalifah Abu Bakar sakit, beliau mengumpulkan para pembesar-pembesar dari kalangan sahabat untuk memusyawarahkan Umar bin Khattab sebagai penerus Khalifah Abu Bakar.

Para sahabat pun mengusulkan agar Umar bin Khattab yang menjadi pengganti Abu Bakar, Abu Bakar pun menyetujuinya dan menulis sebuah surat yang berisi perjanjian sebagai seorang Khalifah, beliau juga memberikan wasiat dan pesan-pesan yang baik untuk kemajuan umat Muslim.

Ajal pun tak terasa mendekati Abu Bakar, ia segera dia memanggil putrinya yakni Sayyidah Aisyah untuk memberinya wasiat, Abu Bakar r.a berkata:

“Putriku, sesungguhnya kami diberi tugas mengurusi perkara kaum muslimin, namun kami tidak mengambil satu dinar atau satu dirham pun, tetapi kita memakan makanan mereka yang keras diperut kita, memakai pakaian mereka yang kasar di tubuh kita, tak tersisa sedikit pun dari harta fai’ kaum muslimin pada kita selain seorang hamba sahaya Habasyah, unta penyiram tanaman, dan sepotong kain, bila aku mati, maka serahkan semua itu kepada Umar. Lihatlah unta penghasil susu yang susunya kita minum, wadah yang kita gunakan untuk mencelup makanan kedalamnya dan sepotong kain yang kita pakai, kita mengunakannya saat kita memegang urusan kaum Muslimin, maka bila aku mati, serahkanlah semua itu kepada Umar.

Abu Bakar wafat pada tahun 12 H dan dimakamkan di kamar Aisyah bersebelahan dengan makam Nabi Muhammad S.A.W beliau meninggal saat beliau berumur 63 tahun.

Disebutkan bahwa sebab beliau jatuh sakit dan wafat adalah karena beliau dan Al-Harits (seorang dokter yang masyhur) pernah memakan Khazirah yang dihadiahkan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq, maka setelah memakan daging itu, Al-Harits berkata, ‘Angkatlah tangan Anda wahai Khalifah Rasulullah, demi Allah, sesungguhnya daging ini telah beracun, maka Abu Bakar Ash-Shiddiq segera mengangkat tangannya dan sejak itu keduanya selalu merasa sakit hingga akhirnya keduanya wafat satu tahun kemudian.

Versi lain ada yang mengatakan bahwa sebab wafatnya beliau karena beliau mandi pada waktu musim dingin yang amat sangat , yang membuat beliau demam hingga akhirnya beliau wafat.

Selama dua tahun masa kepemimpinan Abu Bakar, masyarakat Arab di bawah Islam mengalami kemajuan pesat dalam bidang sosial, budaya dan penegakan hukum. Selama masa kepemimpinannya pula, Abu bakar berhasil memperluas daerah kekuasaan islam ke Persi, sebagian Jazirah Arab hingga menaklukkan sebagian daerah kekaisaran Byzantium.

JASA-JASA ABU BAKAR AS-SHIDDIQ

  1. Beliau adalah orang laki-laki pertama yang beriman saat diutusnya Rasulullah S.A.W.
  2. Abu Bakar adalah orang yang paling tegar saat wafatnya Nabi S.A.W.
  3. Sebelum terjadi hijrah, beliau telah membebaskan 70 orang yang disiksa orang kafir karena alasan bertauhid kepada Allah. Di antara mereka adalah Bilal bin Rabbaah, ‘Amir bin Fahirah, Zunairah, Al-Hindiyyah dan anaknya, budaknya Bani Mu’ammal, Ummu ‘Ubais.
  4. Salah satu jasanya yang terbesar ialah ketika menjadi khalifah beliau memerangi orang-orang murtad.
  5. Beliau juga berhasil membebaskan beberapa Negara dibawah kekuasaan Islam.

KEUTAMAAN ABU BAKAR AS-SHIDDIQ

1. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah manusia terbaik setelah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam.
Dari Abu Darda Radhiallahu’anhu, ia berkata:

كنت جالسا عند النبي صلى الله عليه وسلم إذ أقبل أبو بكر آخذا بطرف ثوبه حتى أبدى عن ركبته فقال النبي صلى الله عليه وسلم : أما صاحبكم فقد غامر . وقال : إني كان بيني وبين ابن الخطاب شيء ، فأسرعت إليه ثم ندمت فسألته أن يغفر لي فأبى عليّ ، فأقبلت إليك فقال : يغفر الله لك يا أبا بكر – ثلاثا – ثم إن عمر ندم فأتى منزل أبي بكر فسأل : أثَـمّ أبو بكر ؟ فقالوا : لا ، فأتى إلى النبي فجعل وجه النبي صلى الله عليه وسلم يتمعّر ، حتى أشفق أبو بكر فجثا على ركبتيه فقال : يا رسول الله والله أنا كنت أظلم – مرتين – فقال النبي صلى الله عليه وسلم : إن الله بعثني إليكم فقلتم : كذبت ، وقال أبو بكر : صَدَق ، وواساني بنفسه وماله ، فهل أنتم تاركو لي صاحبي – مرتين – فما أوذي بعدها

Artinya:
“Aku pernah duduk di sebelah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Tiba-tiba datanglah Abu Bakar menghadap Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sambil menjinjing ujung pakaiannya hingga terlihat lututnya. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berkata: ‘Sesungguhnya teman kalian ini sedang gundah‘. Lalu Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, antara aku dan Ibnul Khattab terjadi perselisihan, aku pun segera mendatanginya untuk meminta maaf, kumohon padanya agar memaafkan aku namun dia enggan memaafkanku, karena itu aku datang menghadapmu sekarang’. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam lalu berkata: ‘“Semoga Allah mengampunimu wahai Abu Bakar‘. Sebanyak tiga kali, tak lama setelah itu Umar menyesal atas perbuatannya, dan mendatangi rumah Abu Bakar sambil bertanya, “Apakah di dalam ada Abu Bakar?” Namun keluarganya menjawab, "tidak". Umar segera mendatangi Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Sementara wajah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam terlihat memerah karena marah, hingga Abu Bakar merasa kasihan kepada Umar dan memohon sambil duduk di atas kedua lututnya, “Wahai Rasulullah Demi Allah sebenarnya akulah yang bersalah”, sebanyak dua kali. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya ketika aku diutus Allah kepada kalian, ketika itu kalian mengatakan, ”Engkau pendusta wahai Muhammad”, Sementara Abu Bakar berkata, ”Engkau benar wahai Muhammad”. Setelah itu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya. Lalu apakah kalian tidak jera menyakiti sahabatku?‘ sebanyak dua kali. Setelah itu Abu Bakar tidak pernah disakiti”. (H.R. Bukhari)

2. Abu Bakar adalah seorang Khalifah yang dipilih langsung oleh Rasulullah S.A.W
Isyarat ini jelas terdapat pada hadits berikut, dalam Shahihain, dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha ia berkata:

لما مَرِضَ النبيّ صلى الله عليه وسلم مرَضَهُ الذي ماتَ فيه أَتاهُ بلالٌ يُؤْذِنهُ بالصلاةِ فقال : مُروا أَبا بكرٍ فلْيُصَلّ . قلتُ : إنّ أبا بكرٍ رجلٌ أَسِيفٌ [ وفي رواية : رجل رقيق ] إن يَقُمْ مَقامَكَ يبكي فلا يقدِرُ عَلَى القِراءَةِ . قال : مُروا أَبا بكرٍ فلْيُصلّ . فقلتُ مثلَهُ : فقال في الثالثةِ – أَوِ الرابعةِ – : إِنّكنّ صَواحبُ يوسفَ ! مُروا أَبا بكرٍ فلْيُصلّ ، فصلّى

Artinya:
“Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sakit menjelang wafat, Bilal datang meminta idzin untuk memulai shalat. Rasulullah bersabda: ‘Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah’. ‘Aisyah berkata: ‘Abu Bakar itu orang yang terlalu lembut, kalau ia mengimami shalat, ia mudah menangis. Jika ia menggantikan posisimu, ia akan mudah menangis sehingga sulit menyelesaikan bacaan Qur’an. Nabi tetap berkata: ‘Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah’. ‘Aisyah lalu berkata hal yang sama, Rasulullah pun mengatakan hal yang sama lagi, sampai ketiga atau keempat kalinya Rasulullah berkata: ‘Sesungguhnya kalian itu (wanita) seperti para wanita pada kisah Yusuf, perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah". (H.R. Bukhari Muslim).

3. Abu Bakar adalah orang yang sangat dermawan.
Hal ini terbukti saat Rasulullah memerintahkan untuk mensedekahkan sebagian harta yang dimiliki Abu Bakar, seketika itu juga ia tidak hanya menginfaqkan sebagian saja, melainkan semua harta yang dimiliki ia infaqkan untuk kemakmuran umat

مرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نتصدق ، فوافق ذلك مالاً فقلت : اليوم أسبق أبا بكر إن سبقته يوما . قال : فجئت بنصف مالي ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما أبقيت لأهلك ؟ قلت : مثله ، وأتى أبو بكر بكل ما عنده فقال : يا أبا بكر ما أبقيت لأهلك ؟ فقال : أبقيت لهم الله ورسوله ! قال عمر قلت : والله لا أسبقه إلى شيء أبدا

Artinya:
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk bersedekah, maka kami pun melaksanakannya. Umar berkata: ‘Semoga hari ini aku bisa mengalahkan Abu Bakar’. Aku pun membawa setengah dari seluruh hartaku. Sampai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bertanya: ‘Wahai Umar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Kujawab: ‘Semisal dengan ini’. Lalu Abu Bakar datang membawa seluruh hartanya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bertanya: ‘Wahai Abu Bakar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Abu Bakar menjawab: ‘Ku tinggalkan bagi mereka, Allah dan Rasul-Nya’. Umar berkata: ‘Demi Allah, aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar selamanya". (H.R. Tirmidzi).

4. Abu Bakar adalah orang yang paling dicintai Nabi setelah Sayyidah Aisyah
‘Amr bin Ash Radhiallahu’anhu bertanya kepada Nabi Shallallahu’alahi Wasallam:

أي الناس أحب إليك ؟ قال : عائشة . قال : قلت : من الرجال ؟ قال : أبوها

Artinya:
“Siapa orang yang kau cintai?. Rasulullah menjawab: ‘Aisyah’. Aku bertanya lagi: ‘Kalau laki-laki?’. Beliau menjawab: ‘Ayahnya Aisyah’ (yaitu Abu Bakar)”. (H.R. Muslim)

5. Abu Bakar senantiasa mengisi hari-harinya untuk berbuat baik.
Meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

: من أصبح منكم اليوم صائما ؟ قال أبو بكر رضي الله عنه : أنا . قال : فمن تبع منكم اليوم جنازة ؟ قال أبو بكر رضي الله عنه : أنا . قال : فمن أطعم منكم اليوم مسكينا ؟ قال أبو بكر رضي الله عنه : أنا . قال : فمن عاد منكم اليوم مريضا ؟ قال أبو بكر رضي الله عنه : أنا . فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما اجتمعن في امرىء إلا دخل الجنة

Artinya:
“Siapa yang hari ini berpuasa? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”
“Siapa yang hari ini ikut mengantar jenazah? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”
“Siapa yang hari ini memberi makan orang miskin? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”
“Siapa yang hari ini menjenguk orang sakit? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bersabda: ‘Tidaklah semua ini dilakukan oleh seseorang kecuali dia akan masuk surga". (H.R. Muslim)

6. Memiliki sifat Wara’ dan Zuhud
Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu’anhu meninggal tanpa meninggalkan sepeserpun dirham atau dinar. Diriwayatkan dari Al Hasan bin Ali Radhiallahu’anhu:

لما احتضر أبو بكر رضي الله عنه قال : يا عائشة أنظري اللقحة التي كنا نشرب من لبنها والجفنة التي كنا نصطبح فيها والقطيفة التي كنا نلبسها فإنا كنا ننتفع بذلك حين كنا في أمر المسلمين ، فإذا مت فاردديه إلى عمر ، فلما مات أبو بكر رضي الله عنه أرسلت به إلى عمر رضي الله عنه فقال عمر رضي الله عنه : رضي الله عنك يا أبا بكر لقد أتعبت من جاء بعدك

Artinya:
“Ketika Al Hasan sedang bersama Abu Bakar Radhiallahu’anhu, Abu Bakar berkata, wahai ‘Aisyah tolong perhatikan unta perahan yang biasa kita ambil susunya, dan mangkuk besar yang sering kita pakai untuk tempat penerangan, dan kain beludru yang biasa kita pakai. Sesungguhnya kita mengambil manfaat dari itu semua saat aku mengurusi urusan kaum muslimin. Jika aku mati, kembalikanlah semuanya kepada Umar. Maka ketika Abu Bakar wafat, ‘Aisyah mengirim semua itu kepada Umar Radhiallahu’anhu. Umar pun berkata: ‘Semoga Allah meridhaimu wahai Abu Bakar, sungguh lelah orang yang datang setelahmu’”
Bahkan ketika ia menjadi khalifah, ia pun tetap pergi bekerja mencari nafkah. Umar bin Khattab pun Radhiallahu’anhu melarangnya dan menganjurkan ia untuk mengambil upah dari baitul maal, menimbang betapa beratnya tugas seorang khalifah.

Dikisahkan pula dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha, ia berkata:

كان لأبي بكر غلام يخرج له الخراج ، وكان أبو بكر يأكل من خراجه ، فجاء يوماً بشيء ، فأكل منه أبو بكر ، فقال له الغلام : تدري ما هذا ؟ فقال أبو بكر : وما هو ؟ قال : كنت تكهّنت لإنسان في الجاهلية وما أحسن الكهانة إلا أني خدعته ، فلقيني فأعطاني بذلك فهذا الذي أكلت منه ، فأدخل أبو بكر يده فقاء كل شيء في بطنه . رواه البخاري

Artinya:
“Abu Bakar Ash Shiddiq memiliki budak laki-laki yang senantiasa mengeluarkan kharraj (setoran untuk majikan) padanya. Abu Bakar biasa makan dari kharraj itu. Pada suatu hari ia datang dengan sesuatu, yang akhirnya Abu Bakar makan darinya. Tiba-tiba sang budak berkata: ‘Apakah anda tahu dari mana makanan ini?’. Abu Bakar bertanya : ‘Dari mana?’ Ia menjawab : ‘Dulu pada masa jahiliyah aku pernah menjadi dukun yang menyembuhkan orang. Padahal bukannya aku pandai berdukun, namun aku hanya menipunya. Lalu si pasien itu menemuiku dan memberi imbalan buatku. Nah, yang anda makan saat ini adalah hasil dari upah itu. Akhirnya Abu Bakar memasukkan tangannya ke dalam mulutnya hingga keluarlah semua yang ia makan”. (H.R. Bukhari)

0 comments:

Post a Comment