Spirit Muslim. K.H. Muhammad Abdurrahman Al-Kautsar atau biasa disapa Gus Kautsar Ploso, adalah sosok kyai muda sekaligus ulama muda yang berasal dari Ploso, Mojo, Kediri Jawa Timur. Beliau dikenal memiliki karakter yang tegas dan kharismatik dalam setiap ceramah yang disampaikannya. Pembawaan beliau yang tegas dan lugas ini seolah menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat yang mendengarkan ceramahnya.
Gus Kautsar merupakan salah satu ulama kontemporer yang mampu menyesuaikan isi ceramahnya dengan perkembangan zaman era sekarang, namun dibalik kehebatan beliau tersebut, Gus Kautsar tetap memilih untuk tampil sederhana, baik dalam kesehariannya maupun saat berceramah, bahkan pernah suatu ketika Gus Kautsar kedapatan memakai sarung dan kaos membonceng istrinya yakni Ning Jazil mengendarai sepeda motor butut saat hendak pergi ke suatu tempat. Tak jarang kesederhanaan Gus Kautsar terbilang hampir sama dengan gaya sederhananya Gus Baha bahkan beliau berdua sering satu panggung dalam menyampaikan ceramahnya.
Untuk mengetahui seperti apa biografi serta profil lengkap Gus Kautsar Ploso, berikut Spirit Muslim akan membagikannya untuk sahabat semua, mulai dari gambaran keluarga Gus Kautsar, bagaimana pendidikan Gus Kautsar, hingga teladan apa saja yang dapat kita ambil dari Gus Kautsar. Berikut penjelasan selengkapnya
SEKILAS BIOGRAFI GUS KAUTSAR PLOSO
Nama Lengkap: KH. Muhammad Abdurrahman Al-Kautsar
Kelahiran : Ploso, Mojo, Kediri Jawa Timur
Orang Tua : KH. Nurul Huda Djazuli
Istri : Ning Jazil binti Abdul Hamid Baidhowi.
Putra-putri : Nayef Sambudigdo dan Chasna Naylufer
Gus Kautsar memiliki nama lengkap K.H. Muhammad Adurrahman Al-Kautsar. Orang tua beliau bernama KH. Nurul Huda Djazuli, seorang pengasuh pondok Pesantren Al-Falah di Ploso, Kediri, Jawa Timur. Di Ploso ini pula Gus Kautsar di lahirkan sehingga beliau mendapat julukan Gus Kautsar Ploso. Di tempat ini pula Gus Kautsar dididik langsung oleh orang tua beliau yakni KH. Nurul Huda Djazuli hingga beliau sukses menempati jajaran ulama muda yang tegas dan kharismatik.
Dari segi nasab para pendahulu Gus Kautsar merupakan sosok tersohor, sang ayah sendiri merupakan pengasuh dari PP. Al-Falah di Ploso, Kediri, Jawa Timur. Kakek beliau bernama KH. Jazuli Utsman merupakan pendiri dari pondok Al-Falah tersebut, sedangkan kakek buyut beliau bernama RM. Utsman adalah seorang penghulu di Ploso.
Dalam hal pendidikan, Gus Kautsar diketahui tidak pernah mengenyam pendidikan formal, namun meskipun begitu beliau memiliki kehebatan yang sudah tidak diragukan lagi dalam ilmu agama karena beliau diasuh dan dididik langsung oleh ayahandanya yang notabene pengasuh PP. Al-Falah, Ploso.
Kegiatan sehari-hari Gus Kautsar selain menyampaikan ceramah-ceramahnya di berbagai tempat, beliau juga aktif dalam organisasi PWNU wilayah Jawa Timur, beliau juga mendapakan mandat sebagai Kepala Sub Pondok di Pesantren Al Falah, pondok pesantren asuhan ayahandanya tersebut.
GUS KAUTSAR SOSOK ULAMA YANG TAWADHU'
Gus Kautsar tidak hanya menjadi sosok ulama yang tegas dan kharismatik, akan tetapi beliau juga memiliki sifat Tawadhu' yang begitu dalam terhadap ayahandanya bahkan kepada para kyai sepuh lainnya. Hal ini terbukti saat beliau berada di jajaran kepengurusan PBNU periode 2022-2027, beliau bersama KH. Abdus Salam Shohib (Gus Salam) menarik diri dari kepengurusan tersebut.
Hal ini dilakukan oleh Gus Kautsar dan Gus Salam karena beliau berdua diminta untuk tetap di PWNU Jawa Timur atas permintaan ayahanda Gus Kautsar yakni KH. Nurul Huda Djazuli selaku Mustasyar PWNU Jatim sekaligus Mustasyar PBNU. Gus Kautsar dan Gus Salam diminta untuk tetap di Jawa Timur sebagai bentuk khidmat nderekaken (membantu) KH. Anwar Manshur, Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur.
Sementara itu, Gus Kautsar bertutur singkat bahwa yang memerintahkan ia dan Gus Salam khidmah adalah ayahandanya sendiri. "Ya, kami ditempatkan di mana saja monggo kerso beliau. Beliau jauh lebih pirso (memahami lahir batin) kualitas kami dari pada diri kami sendiri. Sam'an wa tha'atan (mendengar dan menaati)", tutur Gus Kautsar.
GUS KAUTSAR TIDAK MEMBANGGAKAN NASABNYA
Gus Kautsar merupakan salah satu kyai muda yang diketahui memiliki nasab yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Namun meskipun begitu beliau tetap memilih sikap rendah hati dengan tidak menyombongkan diri dengan membanggakan nasabnya tersebut.
Hal ini beliau sampaikan pada acara halal bihalal IMAP (Ittihadul Mutakhorrijin ) Al Falah Ploso, Kediri. Beliau menyampaikan bahwa kebanggaan para kyai muda Al-Falah Ploso bukanlah dari nasabnya yang sampai pada kyai Jazuli Utsman, akan tetapi kebanggaan mereka terletak pada tekadnya untuk senantiasa mengajar ngaji para santri.
Bahkan ayahanda Gus Kautsar sendiri senantiasa mengingatkan putra-putranya agar tidak meninggalkan ngaji dan mengajar kepada para santri, beliau pun juga berpesan kepada Gus Kautsar agar pondok Al-Falah ini jangan sampai bergeser dari pondok untuk ngaji menjadi pondok yang dijadikan ajang untuk menjual sebuah kekeramatan.
PESAN-PESAN DARI GUS KAUTSAR
1. Orang Alim harus berani populer
Dalam sebuah ceramahnya saat acara Bahtsul Masa'il di Cilangkap, Jakarta Timur, Gus Kautsar berpesan kepada para santri bahwa seseorang yang benar-benar alim atau memiliki ilmu harus berani populer agar tidak memberikan kesempatan bagi orang yang kurang alim menjadi viral yang akhirnya dapat menyesatkan umat. Ia menginginkan agar semua orang di seluruh Indonesia mengetahui adanya ulama dan fuqaha (ahli fiqih), yaitu orang yang dalam mengeluarkan seluruh hukum atau fatwa yang selalu berlandaskan pada catatan-catatan yang bersifat paten dari Allah S.W.T dan Rasulullah S.A.W. Maka dari itu, sebagai seorang yang berilmu jangan ragu dan gamang dalam berdakwah menyampaikan kebenaran.
2. Jangan Gerogoti NU dari Luar
Saat Gus Kautsar diundang dalam sebuah acara Lailatul Ijtima' di Semarang beliau berpesan bahwa menjadi orang NU yang penting adalah kekompakan. Kompak bisa dengan siapa saja, mulai dari teman-teman kita hingga dengan orang lain, karena memang NU dibangun oleh KH. Hasyim Asy'ari dengan asas Al-Ittihad dan Ta'alluf. Lebih jauh, Gus Kautsar menyebutkan salah satu ma'lumat KH. Hasyim Asy'ari yang berbunyi:
اَلتَّفَرُّقُ سَبَبُ الضُّعْفِ وَالخْذْلاَنِ وَالْفَشْلِ فِيْ جمَيْعِ اْلأَزْمَانِ
Artinya:
"Perpecahan adalah penyebab kelemahan, kekalahan dan kegagalan di sepanjang zaman"
Dari ma'lumat tersebut Gus Kautsar mewanti-wanti kepada Nahdhiyyin agar tidak suka melakukan suatu perbuatan yang dapat memecah belah NU, tidak memiliki jiwa kekompakan, apalagi tidak mau membangun kekompakan, karena perpecahan hanya akan melemahkan dan akan membuat NU tidak berharga dimata siapapun.
Gus Kautsar juga berpesan kepada para santri untuk tidak memiliki sifat menyalahkan NU dan menggunjing atau mengkritik NU dari luar, karena hal tersebut berbahaya dan sama sekali tidak membangun. Jika seorang santri memiliki ide yang baik untuk kemajuan NU maka santri harus masuk organisasi dan bangun NU dari dalam, jangan menggerogoti NU dari luar. Jika pengabdian para ulama dan masyayikh di NU benar maka tolong didukung, namun jika salah, tolong ingatkan dengan baik.
3. Pentingnya adanya seorang pemimpin
Jika tidak bakat jadi kyai, minimal menjadi orang yang baik terlebih dahulu baru menjadi pejabat atau pemimpin. Karena Allah S.W.T bersabda bahwa yang didahulukan adalah imam yang adil. Lebih lanjut beliau menuturkan perkataan Imam Ghazali bahwa "40 hari dipimpin oleh pejabat yang busuk itu jauh lebih baik daripada satu malam tanpa pemimpin". Hal ini diperkuat dengan dalil Gus Kautsar dimana dulu 'Amr bin Ash yang pada waktu itu memimpin sebagai pejabat berwasiat kepada anaknya untuk memegang kata-kata 'Amr bin Ash, yakni:
إِمَامٌ عَدْلٌ خَيْرٌ مِنْ وَطَرٍ وَابِلٍ
وَ أَسَدٌ خَطُوْمٌ خَيْرٌ مِنْ إِمَامٍ ظَلُوْمٍ
وَ إِمَامٌ ظَلُوْمٌ غَشُوْمٌ خَيْرٌ مِنْ فِتْنَةٍ تَدُوْمُ
Artinya:
Pejabat yang baik jauh lebih dibutuhkan daripada hujan yang deras
Singa yang siap menerkam itu jauh lebih aman daripada kita memiliki pejabat yang sangat dzalim
tapi pejabat yang super busuk tetap lebih baik daripada tanpa adanya pemimpin yang dapat menyebabkan terjadinya fitnah tanpa batas.
Lebih lanjut Gus Kautsar menjelaskan bahwa keberadaan seorang pemimpin atau pejabat adalah mutlak harus ada di tengah-tengah masyarakat, meskipun pejabat atau pemimpin tersebut adalah seorang yang busuk. Ini beliau tekankan karena jika dalam masyarakat tidak ada satu pemimpin pun, maka akan terjadi fitnah yang luar biasa yang akan membuat kebinasaan dan kehancuran.
0 comments:
Post a Comment