//]]> Inilah 8 Jenderal Islam Terhebat Sepanjang Sejarah Peradaban Islam - SPIRIT MUSLIM (SPIRUM)

April 27, 2020


Spirit Muslim. Kejayaan Islam pernah mencapai puncak tertinggi dalam peradaban manusia, sebuah zaman dimana keadilan ditegakkan, keamanan terjamin, serta kesejahteraan masyarakat menjadi prioritas. Semua itu tak lepas dari sejarah panjang para jendral Islam yang telah lama memperjuangkan agama Islam dalam medan pertempuran. Bahkan sejak zaman Rasulullah S.A.W. Para jendral Islam tersebut berjuang dibawah komando Islam yang terkenal akan kehebatannya dalam menaklukkan berbagai wilayah di belahan dunia ini.

Islam pernah memiliki para jenderal dengan keandalannya dalam setiap misi pertempuran. Tidak ada kata ragu dan takut didalam hati mereka, karena mereka memiliki keyakinan yang kuat bahwa Allah S.W.T senantiasa melindungi mereka selama membela agama Islam dimanapun mereka berada bahkan dalam medan pertemuran sekalipun. Lantas seperti apa kiprah para jenderal Islam terhebat sepanjang sejarah yang terkenal akan kegigihannya tersebut ? siapa saja jenderal Islam terhebat sepanjang sejarah peradaban Islam ? berikut penjelasan selengkapnya.



1. KHALID BIN WALID.
Khalid bin Walid merupakan salah satu keturunan dari Bani Ma’zhum, salah satu keturunan terpandang dalam suku Quraisy. Pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a, Khalid diangkat menjadi panglima perang dan diutus dalam perang Yarmuk. Pasukan yang dibawa Khalid sama sekali tidak sepadan dengan pasukan Byzantium yang dihadapinya, yakni 46.000 pasukan Islam melawan 240.000 pasukan Byzantium. Bahkan pasukan Byzantium memiliki persenjataan yang lengkap dan terlatih, namun semua itu tidak menyurutkan nyali Khalid untuk turun ke medan peperangan bersama pasukannya. Dengan kepiawaiannya mengatur strategi akhirnya Khalid beserta pasukannya berhasil memenangkan pertempuran tersebut. Berbagai pertempuran telah dilalui oleh Khalid pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin hingga ia mendapat julukan Saifullah Al-Maslul (pedang Allah yang terhunus)karena kegigihan dan kehebatannya dalam memimpin medan pertempuran.


2. AMR BIN ASH.
Rasulullah S.A.W pernah memerintahkan para sahabat untuk membebaskan Mesir dari cengkeraman bangsa Romawi namun dengan syarat  harus tetap memperlakukan penduduk Mesir dengan baik. Kemudian pada masa khalifah Umar bin Khattab, Amr bin Ash diperintahkan untuk membebaskan wilayah Mesir. Amr bin Ash hanya membawa pasukan sekitar 4.000 pasukan saja, sementara pasukan yang harus dihadapi di Mesir hampir berjumlah 10 juta pasukan. Namun dengan kecerdikan serta strategi yang dimilikinya membuat Mesir berhasil ditaklukkan. Amr tidak serta merta langsung membebaskan Mesir sekaligus, akan tetapi ia melakukan secara bertahap dimulai dari Arisy, Farma, Dimyath, hingga yang terakhir pengepungan terhadap kota Bilbis. Dalam menghadapi Raja Muqauqis, Amru bin Ash menjalankan siasat diplomasi. Putri Muqauqis yang berada dalam tawanan Amru bin Ash, dipulangkan kepada Ayahnya dengan segala kehormatannya berikut semua harta dan para pelayannya dengan jaminan mereka harus menyerahkan kota Mesir kepada Amr bin Ash. Kecerdikan yang dimiliki Amr bin Ash ia bawa untuk menaklukkan beberapa wilayah lain seperti Babylon hingga Iskadaria (Alexandria).


3. SA’AD BIN ABI WAQQASH.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, beliau melakukan musyawarah dengan para sahabat untuk memutuskan panglima perang yang akan ia utus untuk menaklukkan Qadisiyyah (Persia). Abdurrahman bin Auf lantas berseu,  “Saya telah menemukan orang yang tepat. Dia adalah singa yang telah menyembunyikan kukunya, yaitu Saad bin Malik Az-Zuhri”. Orang yang dimaksud adalah Saad bin Abi Waqqash. Khalifah Umar kemudian menunjuk Sa’ad untuk berangkat ke Qadisiyyah bersama pasukan berjumlah 3000 pasukan, sementara pasukan Persia berjumlah 10.000 pasukan, sebuah perlawanan yang tidak sebanding. Namun meski begitu hal tersebut tidak menyurutkan niat Sa’ad untuk tetap berjuang di medan pertempuran. Peperangan tak terhindarkan, hingga akhirnya pasukan Muslim dibawah komando Sa’ad bin Abi Waqqash memenangkan pertempuran tersebut.


4. ABU ‘UBAIDAH BIN AL-JARRAH.
Abu Ubaidah merupakan salah satu kandidat yang ditunjuk sebagai Khalifah selain Abu Bakar Ash Siddiq dan Umar bin Khattab setelah Rasulullah S.A.W wafat. Setelah Abu Bakar dinobatkan menjadi Khalifah pengganti Rasulullah S.A.W, Abu Ubaidah lantas diangkat menjadi panglima perang untuk melawan kekaisaran Romawi. Pada masa kepemimpinan Abu Bakar As-Shiddiq, Abu Ubaidah termasuk panglima perang yang diutus untuk membebaskan Syam dari pendudukan Byzantium. Bersama sama dengan pasukan Yazid bin Abu Sufyan, ‘Amr bin ‘Ash, dan Syurahbil bin Hasanah. Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab beliau mengeluarkan kebijakan dengan menunjuk Abu Ubaidah untuk menggantikan posisi panglima perang Khalid bin Walid di Damaskus. Namun ketika perintah itu datang kepada Abu Ubaidah, ia tidak langsung mengumumkannya kepada pasukan karena sifat rendah hati dan khawatir dapat memecah konsentrasi pasukan. Baru setelah Damaskus sudah berhasil dikuasai dan pasukan muslim sudah cukup tenang, Abu Ubaidah mengumumkan bahwa dirinya ditunjuk sebagai pimpinan pasukan.


5. THARIQ BIN ZIYAD.
Thariq adalah seorang jendral dari dinasti Umayyah yang memimpin penaklukan muslim atas wilayah Andalusia (Spanyol, Portugal, Andorra, Gibraltar dan sekitarnya) pada tahun 711 M. Dalamperang tersebut , Thariq membagi pasukannya menjadi empat kelompok pasukan. Kelompok pertama, pasukan pemanah berada di garda terdepan. Pasukan kedua, pasukan berkuda dipimpin Sufyan bertugas menggempur musuh dari sayap kiri. Pasukan ketiga, pasukan pejalan kaki menyerang dari sayap kanan dan pasukan terakhir dipimpin Thariq sebagai pasukan pendukung ketiga pasukan yang terbentuk. Pembagian pasukan itu, terhitung unik sebab panah yang dilepaskan dari busur akan membunuh terlebih dahulu pasukan musuh. Memakai pasukan panah di depan adalah kunci strategis untuk mengalihkan perhatian musuh hanya terarah kepada satu kelompok pasukan saja. Jika strategi itu berhasil, serangan sayap kanan dan kiri tentu tidak terduga. Apalagi Thariq menyiapkan pasukan pendukung yang tak mudah diprediksi lawan.


6. ABDULLAH BIN AMR
Beliau adalah putera dari Amr bin Ash, ahli strategi di medan pertempuran. Abdullah bin Amr ikut dalam salah satu peperangan yakni perang Shiffin, sebuah peperangan yang terjadi antara pembela sayyidina Ali bin Abi Thalib dan pasukan Muawiyyah. Namun Abdullah bimbang dalam peperangan tersebut, karena ia harus berhadapan dengan pasukan muslim yang mana ia teringat pesan Rasulullah S.A.W untuk tidak memerangi pasukan Muslim. Namun sang ayah yakni Amr bin Ash membujuk Abdullah untuk ikut bersamanya membela Muawiyah. Dengan berat hati ia berangkat bersama ayahnya ke medan pertempuran bertempur bersama pasukan Muawiyah melawan pasukan pembela Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Pada peperangan tersebut Abdullah mengetahui bahwa sahabat yang paling dihormati kala itu syahid dimedan perang yakni Amr bin Yasir. Mengetahui hal itu lantas Abdullah berbalik memusuhi Muawiyyah dan dengan lantang ia mengucapkan jika mereka adalah golongan yang aniaya. Tidak lama setelah itu pasukan kembali berperang dan Abdullah pergi kembali ke Masjid untuk beribadah.


7. SALAHUDDIN AL-AYYUBI.
Beliau adalah salah satu panglima terhebat dalam medan perang Salib di Jerussalem. Persiapan Shalahuddin untuk menggempur Pasukan Salib di Jerusalem benar-benar matang. Pembebasan Jerusalem bukanlah hal yang mudah, Shalahuddin dan pasukannya harus menghadapi Pasukan Salib di Hathin terlebih dahulu, perang ini dinamakan Perang Hathin, perang besar sebagai pembuka untuk menaklukkan Jerusalem. Dalam perang tersebut kaum muslimin berkekuatan 63.000 pasukan yang terdiri dari para ulama dan orang-orang shaleh, mereka berhasil membunuh 30000 Pasukan Salib dan menawan 30000 lainnya. Setelah menguras energy di Hathin, akhirnya kaum muslimin tiba di al-Quds, Jerusalem, dengan jumlah pasukan yang besar tentara-tentara Allah ini mengepung kota suci itu. Pasukan Salib mulai terpojok, mereka tercerai-berai, dan menginginkan perundingan dengan Salahuddin. Shalahuddin pun mendengarkan dan menuruti kehendak Pasukan Salib dengan syarat setiap laki-laki dari mereka membayar 10 dinar, untuk perempuan 5 dinar, dan anak-anak 2 dinar. Pasukan Salib pergi meninggalkan Jerusalem dengan tertunduk dan hina. Kaum muslimin berhasil membebaskan kota suci ini untuk kedua kalinya.


8. MUHAMMAD AL-FATIH.
Al-Fatih terkenal akan kehebatannya dalam menaklukkan Konstantinopel, ia melakukan strategi cerdik untuk menerobos benteng Byzantium yang telah dikelilingi dengan rantai dibawah laut yang membentang di sekitar semenanjung Golden Horn (Tanduk Emas). Tidak ada pilihan lain selain melewati pagar tersebut untuk menaklukkan Byzantium. Al-Fatih pun memikirkan berbagai macam cara agar bisa menerobos benteng tersebut. Hingga akhirnya terlintas dibenaknya yakni dengan memilih jalur memutar melewati Galatia, untuk sampai ke pantai utara pelabuhan laut Golden Horn. Para prajurit menggunakan kayu yang dilapisi pelumas untuk memudahkan pengangkutan kapal melewati daratan sejauh satu mil. 70 kapal laut diseberangkan lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar, menebangi pohon-pohonnya dan menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam, hal semacam itu mengejutkan pasukan Byzantium dan tidak mengira hal tersebut terjadi. Sontak peperangan sengit pun terjadi, hingga membuat kerajaan yang telah berdiri selama 11 abad tersebut jatuh ke tangan umat Muslim.

0 comments:

Post a Comment