//]]> SEJARAH AWAL MULA DIWAJIBKANNYA PUASA RAMADHAN - SPIRIT MUSLIM (SPIRUM)

March 27, 2020


Spirit Muslim. Puasa merupakan salah satu kebiasaan yang telah berlangsung sejak lama. Bahkan sejak Islam belum hadir di muka bumi ini, umat terdahulu telah terbiasa melakukan puasa. Kini setelah Islam datang puasa wajib dikhususkan pada bulan Ramadhan dan menjadi salah satu rukun Islam dimana setiap Muslim yang sudah sesuai kriteria tertentu diwajibkan untuk melaksanakannya.

Puasa tidak serta merta langsung diwajibkan begitu saja, akan tetapi perintah tersebut turun secara berangsur-angsur. Pada awalnya puasa yang dilakukan umat Islam pada zaman nabi Muhammad S.A.W adalah puasa sunnah 10 Muharram atau biasa disebut dengan puasa hari Asyura. Namun puasa tersebut tidak diwajibkan, melainkan hanya disunnahkan hingga saat ini. Baru pada tahun ke 2 H perintah puasa Ramadhan diwajibkan.

Puasa Ramadhan nyatanya memiliki sejarah panjang yang tak lepas dari kebiasaan umat-umat terdahulu. Hanya saja umat terdahulu melakukan puasa dipersembahkan untuk patung-patung sesembahannya. Lantas seperti apa sejarah lengkap awal mula diwajibkannya puasa Ramadhan ? berikut penjelasan selengkapnya.


1. KEBIASAAN PUASA UMAT TERDAHULU


Puasa menjadi sebuah kebiasaan yang telah berlangsung sejak lama, bahkan sebelum Islam datang. Masyarakat bangsa Arab, khususnya orang-orang Quraisy, Puasa bukanlah hal asing bagi mereka. Di dalam Shahih Bukhari sebagai mana diriwayatkan oleh Aisyah radhiallahu ‘anha disebutkan bahwa sejak jaman jahiliyah, orang-orang Quraisy biasa berpuasa pada hari Asyura’ (10 Muharram). Orang-orang Yahudi menyatakan, pada 10 Muharram Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya dari serangan Raja Fira’un. Kemudian Nabi Musa berpuasa pada 10 Muharram sebagai tanda syukur kepada Allah. Rasulullah juga turut melakukan puasa terebut dan memerintahkan uma Islam agar berpuasa pada tanggal 10 Muharram tersebut. Ketika beliau hijrah ke Madinah, beliau juga memerintahkannya kepada kaum Muslimin untuk turut melakukan puasa Asyura tersebut. Namun puasa Asyura pada waktu itu tidak diwajibkan oleh Rasulullah S.A.W, akan tetapi menjadi sunnah yang tetap berlangsung hingga saat ini.

كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانُ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ لَا يَصُومُهُ

Artinya:
“Dahulu, hari Asyura adalah hari di mana kaum Quraisy berpuasa padanya pada masa jahiliyah. Adalah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa salam berpuasa pada hari Asyura. Tatkala Beliau datang ke Madinah, Beliau juga berpuasa padanya, dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa padanya. Lalu ketika turun (wajibnya puasa) Ramadhan, barangsiapa yang mau ia boleh berpuasa padanya, barangsiapa yang mau ia boleh juga untuk tidak berpuasa padanya". (H.R. Al-Bukhari)

Selain itu sebelum Islam datang, puasa juga sudah menjadi kebiasaan bangsa-bangsa yang ada di dunia, seperti bangsa Romawi, India, hingga Yunani. Mereka melakukan puasa bukan karena Allah, melainkan dipersembahkan untuk patung-patung sesembahan mereka sebagai tebusan karena mereka telah melakukan kesalahan.


2. TURUN PERINTAH PUASA RAMADHAN.


Puasa di bulan Ramadhan baru diperintahkan pada tahun ke-2 setelah Hijrah tepatnya pada malam kedua bulan Sya’ban. Allah Azza wa Jalla mewajibkan puasa atas kaum Muslimin dengan firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿١٨٣﴾ أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu.…" (Q.S. Al-Baqarah: 183-184)

Pada mulanya umat Islam diwajibkan berpuasa sampai waktu maghrib. Setelah berbuka mereka masih diperbolehkan makan, minum, dan melakukan hubungan seks suami-istri hingga kemudian melakukan shalat Isya dan tidur. Setelah melakukan shalat Isya dan tidur, mereka tidak diperbolehkan lagi untuk makan, minum, atau berhubungan seks hingga tiba saatnya waktu berbuka. Namun, praktik ini benar-benar menyulitkan umat Islam sehingga tidak sedikit yang melanggar larangan tersebut. Lalu, Allah SWT menurunkan sebuah ayat yang dijelaskan dalam QS Al-Baqarah ayat 187.

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ ٱلصِّيَامِ ٱلرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَآئِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ ٱللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَٱلْـَٰٔنَ بَٰشِرُوهُنَّ وَٱبْتَغُوا۟ مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَٰشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَٰكِفُونَ فِى ٱلْمَسَٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ ءَايَٰتِهِۦ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

Artinya:
"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa". (Q.S. Al-Baqarah: 187).

Didalam kitab At-Thabari (Jil.2, hlm. 417) disebutkan bahwa perintah berpuasa di bulan Ramadhan telah diumumkan sejak bulan Sya’ban pada tahun tersebut. Begitu pula perintah zakat, Rasulullah S.A.W memerintahkan untuk mengeluarkan zakat fitrah pertama kalinya pada satu atau dua hari sebelum Iedul Fitri pada tahun tersebut. Dan pada hari Ied, Nabi dan para Sahabat keluar untuk mengerjakan solat Ied. Ketika itulah hal-hal tersebut dilakukan untuk pertamakalinya di tengah kaum Muslimin di Madinah.

Pada bulan itu juga, kurang lebih pada tanggal 17 Ramadhan, kaum Muslimin berperang menghadapi musyrikin Makkah di Badr. Allah memberi mereka kemenangan besar di Badr, sehingga mereka menyambut Hari Raya Iedul Fitri pada tahun itu dengan dua kemenangan .Menurut Ibn Katsir di dalam kitab Al-Bidayah wal Nihayah (Jil. 5, hlm. 54), zakat atas harta yang telah jatuh nishab-nya juga ditetapkan pada tahun ke-2 ini.

Sejak turunnya perintah berpuasa tersebut hingga ke hari ini, umat Muslim selalu melaksanakan kewajiban puasa, menahan lapar dan dahaga serta menahan hawa nafsu, sejak subuh hingga waktu maghrib sepanjang 29 atau 30 hari bulan Ramadhan. Tidak diperkenankan meninggalkannya kecuali orang-orang yang memiliki udzur syar’i.

0 comments:

Post a Comment