//]]> BEGINILAH SEHARUSNYA SIKAP UMAT MUSLIM MENYIKAPI WABAH VIRUS DAN PENYAKIT - SPIRIT MUSLIM (SPIRUM)

March 23, 2020


Spirit Muslim. Virus Corona yang kini telah mewabah hingga hampir seluruh dunia telah membuat berbagai negara melakukan berbagai upaya kebijakan dan aturan tertentu untuk memerangi dan memberantas virus mematikan ini. Kebijakan tersebut diambil pada dasarnya untuk memutus mata rantai penyebaran virus, seperti kebijakan lockdown hingga social distancing. Kekhawatiran tersebut bukan tanpa alasan, pasalnya ratusan ribu orang diseluruh dunia telah terkonfirmasi terjangkit virus jenis Covid-19 (Corona Virus Desease-19) ini, bahkan angka kematian telah menembus angka lebih dari 20.000 jiwa.

Sebagai umat Muslim sudah selayaknya dan seharusnya bahu membahu untuk memerangi keberadaan virus Corona ini baik dengan doa maupun ikhtiar. Sudah selayaknya juga umat Muslim menyikapi keberadaan virus Corona ini dengan bijak, mengantisipasi penyebaran virus merupakan prioritas yang harus dikedepankan bersama.

Perlu diketahui bahwa jauh sebelum virus Corona muncul, umat Islam pernah dihadapkan dengan beberapa wabah mematikan lainnya, seperti lepra dan kusta pada zaman Nabi Muhammad S.A.W hingga penyakit Tha’un pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Belajar dari 2 sejarah ini berikut sikap yang harus diambil umat Muslim saat menghadapi wabah virus atau penyakit.


1. IKHTIAR (BERUSAHA).


Ikhtiar menjadi sebuah kewajiban saat kita menginginkan mengubah takdir kita. Hal demikian pula yang harus kita lakukan saat menghadapi wabah virus atau penyakit, terlebih virus Corona (Covid-19) ini. Ikhtiar menjadi salah satu jalan bagi umat manusia untuk segera mengakhiri pandemi global ini. Salah satu ikhtiar kita sebagai umat Muslim saat dihadapkan dengan wabah atau penyakit semacam ini adalah mengikuti petunjuk ahli kesehatan perihal penanganannya agar wabah atau virus tidak menyebar semakin luas, karena ahli kesehatan merupakan salah satu sumber daya yang memiliki keahlian dalam bidang tersebut.

إِذَا ضُيِّعَتِ اْلأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا أُسْنِدَ اْلأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ

Artinya:
“Jika amanah telah disia-siakan, maka tunggulah hari Kiamat”. Dia (Abu Hurairah) bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimanakah menyia-nyiakan amanah itu?’ Beliau menjawab, “Jika satu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu!” (H.R. Al Bukhari).

Virus Corona terbukti telah menyebar dengan pesat, para ahli kesehatan memberikan petunjuk agar setiap orang tidak berkumpul dalam jumlah besar untuk menekan laju penyebaran virus. Bahkan dalam upaya mendukung gerakan tersebut, lembaga ormas tertentu seperti PBNU dan MUI memberikan imbauan untuk tidak melaksanakan shalat jum’at terlebih dahulu.

Sebagai seorang Muslim rahmatan lil ‘alamin, maka sudah selayaknya kita mematuhi himbauan tersebut untuk kemaslahatan umat sebagai salah satu bentuk ikhtiar kita menghadapi virus mematikan ini agar korban tidak semakin bertambah banyak. Disinilah kita sebagai seorang Muslim harus mengesampingkan ego kita untuk kepentingan umat yang lebih banyak.

Berikhtiar adalah wajib. Maka barangsiapa mau berikhtiar, ikhtiarnya akan dicatat sebagai ibadah. Jika ikhtiarnya membuahkan hasil, maka setidaknya ia akan mendapat 2 (dua) keuntungan. Pertama, ia akan memperoleh pahala dari Allah. Kedua, ia akan mendapat keberhasilan atau manfaat dari apa yang telah ia usahakan. Tetapi jika ikhtiarnya belum berhasil, maka setidaknya ia akan mendapat pahala dari Allah. Jika ia sabar, maka ia akan mendapatkan pahala yang berlipat.


2. BERDOA.


Ada sebuah ungkapan menyebutkan bahwa “usaha tanpa doa adalah kesombongan, doa tanpa usaha adalah sia-sia”. Ungkapan tersebut memberikan pemahaman bahwa antara ikhtiar dan doa haruslah seimbang. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Allah S.W.T mengabulkan doa-doa orang memohon kepada-Nya. Adanya pandemi global virus Corona ini sudah selayaknya umat Muslim introspeksi diri dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah S.W.T dengan banyak berdzikir dan berdoa memohon perlindungan dan jalan keluar atas merebaknya wabah mematikan ini.

Salah satu doa yang dapat kita baca saat wabah melanda negeri atau dunia adalah doa Rasulullah S.A.W berikut:

اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ، والجُنُونِ، والجُذَامِ، وَسَيِّئِ الأسْقَامِ

Artinya:
Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari penyakit lepra, gila, kusta, dan penyakit-penyakit buruk.

Selain itu kita juga dapat membaca doa berikut pada saat pagi dan sore hari:

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Artinya:
“Dengan menyebut nama Allah yang bersama nama-Nya tidak ada sesuatu yang berbahaya baik di bumi maupun di langit. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Mengetahui.”


3. TAWAKKAL (BERSERAH DIRI).


Setelah ikhtiar dan doa kita lakukan, jalan terakhir adalah dengan Tawakkal (berserah diri) kepada Allah S.W.T. Tawakkal merupakan sebuah keyakinan kuat bahwa Allah S.W.T akan memberikan jalan keluar terbaik atas masalah yang kita hadapi. Tawakal memang sangat penting disamping ikhtiar dan doa. Allah mencintai orang-orang-orang yang senantiasa berserah diri kepada-Nya. Seperti kita ketahui dan mungkin sering kita alami bahwa tidak setiap yang kita usahakan atau mohonkan akan tercapai dengan segera sebagaimana kemauan kita, karena sungguh Allah-lah yang mengatur seluruh alam dengan segala permasalahannya dan Allah juga yang lebih tau apa yang terbaik bagi hamba-hambanya. Allah Ta’ala Berfirman :

اَلَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالُوْا إِنَّا ِللهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ

Artinya:
"(Yaitu) orang-orang yang apabila menimpa kepada mereka suatu musibah, mereka berkata: Sesungguhnya kita ini dari Allah, dan sesungguhnya kepadaNya¬lah kita semua akan kembali". (Q.S. Al-Baqarah: 156).

Keberadaan virus Covid-19 ini tidak dapat kita pandang sebelah mata, pasalnya puluhan ribu jiwa telah melayang akibat terjangkit oleh virus ini. Kita sebagai umat Muslim harus memiliki keyakinan bahwa Allah S.W.T akan memberikan jalan terbaik atas permasalahan wabah ini. Karena semua yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan Allah S.W.T, maka setelah usaha dan doa kita lakukan, langkah terakhir kita adalah berserah diri dengan bertawakkal kepada Allah S.W.T. Dalam surat Ali Imran, ayat 159, Allah berfirman:

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ 

Artinya:
“........Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertwakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang brtawakal pada-Nya.” (Q.S. Ali-Imran: 159).


4. BERSABAR.


Covid-19 (Corona Virus Desease-19) cukup menyita perhatian penduduk dunia. Tingkat penularan yang cukup signifikan membuat semua orang bekerja keras memutus mata rantai penularan terlebih tenaga medis yang senantiasa harus bersabar menangangani pasien virus ini.

وَٱلصَّٰبِرِينَ فِى ٱلْبَأْسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلْبَأْسِ ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُتَّقُونَ......

Artinya:
orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Al-Baqarah:177).

Bersabar tidak hanya dilakukan oleh tenaga medis saja, akan tetapi seluruh elemen masyarakat juga wajib bersabar menghadapi ujian ini. Umat muslim harus senantiasa bersabar saat virus ini menyebar, bersabar bisa kita lakukan dengan mengikuti himbauan dan anjuran dari ahli medis serta aturan dari pemerintah, seperti mencuci tangan secara teratur, menahan diri untuk tidak keluar rumah, hingga menahan diri untuk tidak berkerumun dengan orang banyak hingga vaksin dari virus ini ditemukan. Ini adalah salah satu bentuk sabar yang dapat kita lakukan sebagai umat Muslim untuk menekan laju penyebaran virus.


5. INTROSPEKSI DIRI.


Introspeksi diri diperlukan sebagai bentuk muhasabah atas hal-hal yang pernah kita lakukan, terutama kesalahan yang pernah kita perbuat sehingga Allah S.W.T menurunkan wabah penyakit berupa virus corona ini. Introspeksi diri dapat menjadi sarana bagi kita untuk memohon ampunan dan bertaubat karena kesalahan yang pernah kita lakukan.

Mengambil hikmah atas kejadian ini merupakan sikap yang harus kita ambil agar kedepan kita lebih mawas diri. Berhenti memakan makanan yang telah dilarang oleh syari’at Islam merupakan salah satu hikmah yang dapat kita ambil dari pelajaran ini. Allah S.W.T sudah melarang memakan hewan buas dan beberapa hewan berbahaya lainnya namun beberapa orang dengan serakahnya bersikeras tetap memakan segala macam apa yang diinginkannya tanpa menghiraukan akibat yang ditimbulkan selanjutnya hanya demi memuaskan nafsu makan yang sesaat, sehingga membuat virus pada hewan tersebut beradaptasi dengan manusia dan mudah menyebar hingga ke seluruh penjuru dunia.

0 comments:

Post a Comment