//]]> KEUTAMAAN DAN KEMULIAAN HARI ARAFAH - SPIRIT MUSLIM (SPIRUM)

September 07, 2017



Spirit Muslim. Hari Arafah merupakan salah satu hari dimana terdapat berbagai keutamaan dan kemuliaan didalamnya. Hari yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah ini  kita disunnahkan untuk melakukan beberapa amalan-amalan, mulai dari berpuasa hingga memperbanyak doa. Lantas apa saja keutamaan serta keistimewaan yang ada pada hari Arafah ? apa saja hikmah yang terkandung dalam hari Arafah ? berikut penjelasan selengkapnya beserta dalil-dalil yang berhubungan dengan keutamaan dan kemuliaan hari Arafah.
Diantara keutamaan dan kemuliaan hari Arafah disebutkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali adalah sebagai berikut.

Baca juga: Niat puasa arafah lengkap.

1. HARI DISEMPURNAKANNYA AGAMA DAN NIKMAT.

Disebut demikian karena pada hari tersebut bersamaan dengan turunnya Al-Quran surat Al-Maidah ayat 3 yang mana didalamnya dijelaskan bahwa Islam adalah sebagai agama penyempurna dari agama-agama sebelumnya. Berikut potongan ayat tersebut.

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَ أَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَ رَضِيْتُ لَكُمُ الْإِسْلاَمَ دِيْنًا, فَمَنِ اضْطُرَّ فِى مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ فَإِنَّ اللّهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: 
"...........Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu, maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Q.S. Al-Maidah: 3).

Selain itu dengan turunnya ayat ini, sebagai isyarat bahwa Islam merupakan sebuah kenikmatan luar biasa yang telah Allah limpahkan untuk umat-Nya sekaligus sebagai isyarat berakhirnya tugas Rasulullah S.A.W untuk memimpin umatnya pada masa tersebut. Seperti yang kita ketahui, sebelum Islam hadir, banyak orang-orang yang menyembah berhala, baik berupa patung, bulan, matahari, sampai bintang-bintang. Mereka mencari sebuah kebenaran yang sebenar-benarnya Tuhan yang patut untuk disembah.

Hingga pada akhirnya datanglah Islam dengan rahmat-Nya sebagai petunjuk yang dibawa Nabi Muhammad S.A.W untuk umat manusia bahwa Allah lah sebenar-benarnya Tuhan yang hak untuk disembah.
Dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Umar Bin Khattab radhiyallahu 'anhu berkata bahwa ada seorang Yahudi yang berkata kepada Umar:

آيَةٌ فِى كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ نَزَلَتْ لاَتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا . قَالَ أَىُّ آيَةٍ قَالَ ( الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا ) . قَالَ عُمَرُ قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ وَالْمَكَانَ الَّذِى نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ

Artinya:
“Ada ayat dalam kitab kalian yang kalian membacanya dan seandainya ayat tersebut turun di tengah-tengah orang Yahudi, tentu kami akan menjadikannya sebagai hari perayaan (hari ‘ied).” “Ayat apakah itu?” tanya ‘Umar. Ia berkata, “Ayat yang artinya: (Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu".) Umar berkata “Kami telah mengetahui hal itu yaitu hari dan tempat di mana ayat tersebut diturunkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berdiri di ‘Arofah pada hari Jum’at.” (HR. Bukhari no. 45 dan Muslim no. 3017).

2.DISEBUT JUGA SEBAGAI HARI IED (PERAYAAN).

Ibnu ‘Abbas berkata, “Surat Al Maidah ayat 3 tadi turun pada dua hari ‘ied: hari Jum’at dan hari Arafah.” 

Umar juga berkata, “Keduanya (hari Jum’at dan hari Arafah) -alhamdulillah- hari raya bagi kami.”
Lantas kenapa dinamakan hari ied (perayaan) ? padahal hari ied jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah,

peyebutan hari ied ini dikhususkan bagi orang-orang yang sedang melaksanakan Haji, yang mana umat Islam dari berbagai penjuru belahan dunia merayakan salah satu kenikmatan yang mereka dapatkan, yakni berhaji dan mengunjungi tanah suci, selain itu pada hari Arafah juga bertepatan dengan wukuf di Arafah yang dilakukan oleh jamaah haji. Maka pantas rasanya jika pada hari Arafah disebut sebagai hari Ied (Perayaan) karena sebagian besar umat Islam merayakan salah satu kenikmatan mereka di Tanah suci, yakni berhaji yang mana pada dasarnya inti dari ibadah Haji adalah wukuf di Arafah.

3. ASY-SYA'FU (PENGGENAP).

Hari Arafah disebut juga sebagai "hari penggenap" sedangkan hari raya Idul Adha disebut sebagai "Al-Watr" (Ganjil). Diriwayatkan dari Jabir, Rasulullah bersabda:

العشر الأضحى ، والشفع يوم الأضحى ، والوتر يوم عرفة

Artinya: 
"Sepuluh hari adalah 10 hari adha (bulan Zulhijjah), yang genap adalah hari raya idhul adha dan dan ganjil adalah hari Arafah". (H.R. Imam Ahmad).

Dalam Al-Qur'an surat Al-Hijr juga disebutkan:

وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ

Artinya:
"Dan (Demi) yang genap dan yang ganjil". (Q.S. Al-Fajr: 3).

Namun mengenai hal ini, terdapat khilaf (perbedan pendapat) antara ulama. Ibnul Jauzi dalam Zaadul Masiir menukil pendapat sebaliknya. Yang dimaksud Al-watr (Ganjil) adalah hari Arafah, sedangkan Asy-syaf’u (Penggenap) adalah hari Nahr (Idul Adha). Demikian pendapat Ibnu ‘Abbas, Ikrimah dan Adh Dhohak.

4. AFDHOLUL YAUM (HARI YANG PALING UTAMA).

Demikian pendapat sebagian ulama. Hal ini berlandaskan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Hibban dari Jabir dari Rasulullah SAW:

أفضل الأيام يوم عرفة

Artinya:
"Hari yang paling afdhal adalah hari Arafah". (HR. Ibn Hibban).

Selain itu hadits diatas juga didukung dengan adanya kegiatan ibadah Wukuf di Arafah yang dilakukan oleh sebagian besar jamaah haji dari berbagai wilayah di dunia. Bahkan karena hari Arafah merupakan hari yang utama pada bulan Dzulhijjah, para jamaah haji yang melaksanakan ibadah wukuf dianjurkan memperbanyak dzikir dan doa disana.

Ada pula yang berpendapat bahwa hari yang paling utama adalah hari Nahr (Idul Adha), karena pada hari itu bersamaan dengan peristiwa penyembelihan yang hendak dilakukan oleh nabi Ibrahim kepada putranya namun kemudian digantikan oleh Allah dengan seekor domba sebagai ganti dari nabi Ismail yang hendak disembelih.

Namun terlepas dari perbedaan pendapat mengenai hari yang utama pada bulan Dzulhijjah, maka sudah tidak diragukan bahwa pada bulan Dzulhijjah memang merupakan salah satu bulan istimewa yang mana di dalamnya terdapat beberapa hari yang memiliki keutamaan-keutamaan tersendiri didalamnya.

5. LEBIH UTAMA 1000 KALI LIPAT DARI HARI BIASA.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata: “Hari ‘Arafah lebih utama dari 10.000 hari.”

Atho’ berkata: “Barangsiapa berpuasa pada hari ‘Arafah, maka ia mendapatkan pahala seperti berpuasa 2000 hari.”

Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa beliau berkata:

كان يقال في أيام العشر بكل يوم ألف يوم و يوم عرفة عشرة آلاف

Artinya:
"Ada yang mengatakan tentang sepuluh hari Zulhijjah bahwa untuk setiap harinya sebanding dengan seribu hari dan hari Arafah sebanding dengan sepuluh ribu".

Subhanallah, dari dalil-dalil diatas dapat kita simpulkan bahwa memang pada hari Arafah merupakan salah satu hari yang memiliki keistimewaan tersendiri. Maka pantaslah jika kita disunnahkan untuk berpuasa, memperbanyak dzikir dan doa pada hari Arafah karena pada hari Arafah keutamaannya mencapai hingga 1000 kali lipat dari hari biasa.

Bayangkan saja,. . . .

jika kita berdzikir satu hari satu kali pada hari Arafah, maka keutamaan membaca dzikir tersebut berlipat hingga 1000 kali lipat. Selain itu setiap kali kita melaksanakan shalat sudah tentu didalamnya mengandung banyak sekali dzikir dan doa sekaligus, bayangkan jika kita melaksanakan shalat pada hari  Arafah, maka keutamaan shalat yang kita lakukan akan berlipat-lipat lebih baik dari hari biasa. Subhanallah.

6. HARI HAJI AKBAR.

Terjadi perbedaan (khilaf) pendapat para ulama mengenai kapan hari haji akbar ini. Sebagian ulama berpendapat bahwa haji akbar terjadi pada hari Arafah, yang berpendapat seperti ini adalah ‘Umar dan beberapa ulama lainnya. Sedangkan beberapa ulama lain ada yang berpendapat bahwa hari haji akbar adalah hari Nahr (Idul Adha).

Ini memang khilaf, karena kedua hari tersebut merupakan hari dimana inti dari ibadah haji dilaksanakan, yakni wukuf dan melempar Jumrah. Terlepas dari perbedaan tersebut, sudah selayaknya kita memperbanyak ibadah pada hari-hari tersebut, agar kita menjadi salah seorang yang beruntung yang dapat memanfaatkan keistimewaan serta keutamaan yang terdapat pada hari Arafah dan hari Nahr (Idul Adha).

7. PUASA ARAFAH AKAN MENGAMPUNI DOSA 2 TAHUN.

Manusia merupakan makhluk yang memiliki banyak sekali kekurangan, maka benar saja jika kita sebagai manusia sering melakukan berbagai kesalahan yang dapat menjerumuskan kita kedalam berbagai dosa, entah itu dosa besar maupun dosa kecil.

Namun Allah Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Allah memberikan kemudahan dengan menghadirkan hari dimana manusia dapat menebus berbagai dosa tersebut. Hari yang dimaksud adalah hari Arafah. Pada hari Arafah dosa seseorang selama 2 tahun akan diampuni.

Subhanallah, namun dengan adanya keringanan ini, tidak selayaknya kita meremehkan dosa-dosa yang telah kita lakukan. Sebaliknya, seharusnya ini menjadi tolak balik kita untuk memperbaiki diri sekaligus sebagai pengingat bagi kita bahwa banyak dosa yang telah kita perbuat pada tahun yang lalu. Dari Abu Qotadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

Artinya:
“Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu”. (HR. Muslim no. 1162).

8. HARI PENGAMPUNAN DOSA DAN PEMBEBASAN DARI SIKSA API NERAKA.

Inilah salah satu kenikmatan kita sebagai seorang mukmin, Allah senantiasa memberikan ampunan dan rahmat-Nya bagi umat-Nya. Begitu besar rahmat yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya, sampai-sampai Allah menghadirkan hari Arafah untuk menunjukkan betapa besarnya kasih sayang Allah kepada umat-Nya. Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَء

Artinya:
“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arafah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?”. (HR. Muslim no. 1348).

Tidak hanya itu saja, Allah pun begitu bangga dengan orang yang wukuf di Arafah. Hal ini tercermin dari salah satu hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Amr bin Ash, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِى مَلاَئِكَتَهُ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ بِأَهْلِ عَرَفَةَ فَيَقُولُ انْظُرُوا إِلَى عِبَادِى أَتَوْنِى شُعْثاً غُبْراً

Artinya:
“Sesungguhnya Allah berbangga kepada para malaikat-Nya pada sore Arafah dengan orang-orang di Arafah, dan berkata: “Lihatlah keadaan hambaku, mereka mendatangiku dalam keadaan kusut dan berdebu”. (HR. Ahmad 2: 224).

Dalam satu hadits riwayat Imam Malik, Rasulullah SAW bersabda:

مَا رُؤِيَ الشَّيْطَانُ يَوْمًا قَطُّ أَصْغَرَ وَلا أَذَلَّ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وما ذاك إلا لما يرى من تَنَزُّل الرحمة، وتجاوز الله عن الذُّنوبِ العِظامِ، إلا ما أُرِيَ يومَ بَدْر، فإنَّه قَدْ رأى جبريل يَزَعُ الملائكة

Artinya:
"Tidak pernah syaithan terlihat lebih kecil, lebih menjauh, lebih hina, dan lebih marah dari pada hari Arafah. Tidaklah hal demikian kecuali karena ia melihat turunnya rahmat dan pengampunan Allah atas dosa-dosa yang besar, kecuali ketika terlihat saat perang badar, karena ia melihat malaikat Jibril mengatur para malaikat (untuk berperang)". (H.R. Imam Malik).

Subhanallah, itulah tadi beberapa keutamaan yang terkandung dalam hari Arafah. Banyak kemuliaan dan kenikmatan yang Allah limpahkan pada hari tersebut. Pintu ampunan dibuka pada hari tersebut, keutamaannya pun hingga mencapai 1000 kali lipat dari hari biasanya. Maka sudah sepatutnya kita sebagai seorang hamba untuk memperbanyak ibadah, lebih-lebih pada hari Arafah tersebut, sekaligus sebagai momentum berharga bagi kita untuk memperbaiki diri agar menjadi manusia yang lebih baik lagi dari hari-hari sebelumnya. Barakallah.

0 comments:

Post a Comment