//]]> PEMBAGIAN 1.000 AL-QURAN BRAILLE DIGITAL KEPADA PENYANDANG TUNANETRA - SPIRIT MUSLIM (SPIRUM)

May 13, 2017



Spirit Muslim. Al-Quran braille digital merupakan jenis Al-Quran yang dikhususkan bagi penyandang tunanetra. Berkat kecanggihan teknologi masa kini tidak mustahil membuat Al-Quran braille secara cepat dan tepat. Seperti halnya Al-Quran braille digital ini. Proses pencetakan Al-Quran menggunakan komputer. Inilah sebabnya disebut dengan braille digital. 
Baru-baru ini sebanyak 1.000 Al-Quran braille digital dibagikan secara gratis kepada penyandang tunanetra di Balai Sudirman, Jakarta. Acara tersebut dihadiri oleh para pesohor negeri diantaranya:
  1. Ketua DPD, Oesman Sapta Odang (OSO).
  2. Pendiri QBDI (Quran Braille Digital International), Syekh Ali Jabeer.
  3. Ketua QBDI, Arif Pribadi.
Baca juga: Hapus tato gratis di mobil hijrah

Acara Gerakan Nasional Wakaf Al-Quran Braille Digital digagas sebagai acara penyerahan Al-Quran braille digital kepada perwakilan tunanetra pada kamis 4 mei 2017. Penyerahan Al-Quran digital ini sekaligus sebagai peresmian pengangkatan OSO sebagai bapak tunanetra di Indonesia. Sebanyak 1.000 Al-Quran braille digital dibagikan secara gratis kepada penyandang tunanetra baik anak-anak maupun dewasa. OSO berharap mereka dapat belajar Al-Quran sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

"Mata boleh buta, tapi hati tidak boleh pernah buta karena kekuatan Al-Quran. Hak asasi manusia adalah sesuatu melekat pada pribadi seseorang karena oranng tersebut adalah manusia. Hak ini dimiliki oleh semua manusia penyandang cacat tanpa diskriminasi. Karena itu, penyandang tunanetra punya hak yang sama untuk dapat belajar dan mencintai Al-Quran", imbuh OSO. Menurutnya, penyandang tunanetra di Indonesia yang mencapai kurang lebih 3,6 juta jiwa membutuhkan perhatian dan dukungan khusus dari pemerintah mengingat sebagian besar penyandang tunanetra di Indonesia adalah umat Islam.

Melihat kondisi tersebut, syekh Ali Jabeer merasa terpanggil untuk mendirikan yayasan QBDI bersama syekh Ade Al-Kalbani (imam besar Masjidil Haram) dan menginisiasi program wakaf sejuta Al-Quran braille digital. Menurut syekh Ali Jabeer, program ini disambut baik dan mendapat dukungan dari berbagai kalangan mulai dari lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat umum. Melalui upaya keras syekh Ali Jabeer yang dalam perjuangannya didampingi Drs. Arif Pribadi yang didaulat menjadi ketua QBDI Indonesia hingga saat ini telah berhasil menyalurkan 7.000 Al-Quran braille digital diberbagai daerah di Indonesia.

Menurut Arif Pribadi, program yang digulirkan sejak tahun 2014 ini menjadi satu-satunya program yang intensif berkelanjutan dengan memperhatikan kaum disabilitas netra di Indonesia. "Hal ini dikuatkan dengan sinergi yang mengikat antara yayasan QBDI dengan ITMI (Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia) yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia", imbuh Arif. Ini yang kemudian mendorong program ini terwujud menjadi Gerakan Nasional Wakaf Al-Quran Braille Digital. Menurut Arif, gerakan ini telah mendapat berbagai penghargaan salah satunya dari MURI (Museum Rekor Indonesia) pada 6 Desember 2015 lalu.



Melalui gerakan ini, syekh Ali Jabeer bersama ITMI mengajak kepada berbagai pihak pemerintah maupun swasta untuk berkontribusi membantu mencetak dan mendistribusikan Quran braille digital kepada tunanetra di seluruh Indonesia sehingga terwujud secara merata 1 juta tunanetra muslim dapat memiliki Al-Quran braille digital.

Perlu diketahui, diawal perjuangannya, syekh Ali Jabeer sempat menjual rumahnya untuk mewujudkan program wakaf 10.000 Al-Quran braille digital untuk tunanetra di seluruh Indonesia. Bahkan syekh Ali Jabeer dan keluarganya sempat tinggal di rumah kontrakan. Hal ini diungkapkan beliau dalam kegiatan seminar sehari membaca Al-Quran di Jakarta pada 2016 silam. "Program Al-Quran braille digital kami muai dari nol. Untuk mewujudkan program ini saya dan istri sepakat untuk menjual rumah. Alhamdulillah saya memiliki istri yang luar biasa komitmennya untuk dakwah", ujar beliau.

Syekh Ali Jabeer menuturkan bahwa ia memiliki kewajiban sebagai rasa syukur kita kepada Allah S.W.T atas segala nikmat termasuk nikmat melihat agar kita juga dapat mengingat saudara kita sesama umat Islam yangg mengalami keterbatasan namun mereka berhak bahagia dan berhak untuk mempelajari dan memahami Al-Quran.

Sepenggal kepedulian tersebut merupakan pelajaran berharga bagi kita bahwa masih banyak diluar sana saudara muslim kita yang membutuhkan perhatian dari kita. Mereka tidak pernah putus harapan atas apa yang mereka terima meskipun cacat fisik melekat pada diri mereka. Mereka bahkan menyempatkan diri untuk membaca Al-Quran dengan keadaan yang demikian. Tentu ini bukan perkara mudah. Alasan apa lagi bagi kita untuk malas membaca Al-Quran sedangkan seseorang dengan keterbatasan fisik saja masih bersemangat untuk membacanya. Semoga ini dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk lebih meningkatkan kepedulian kita terhadap sesama. AMIN.

0 comments:

Post a Comment