//]]> AL-QURAN TERBUAT DARI KULIT KAYU - SPIRIT MUSLIM (SPIRUM)

May 22, 2017




Spirit Muslim. Sejak Mushaf-mushaf Al-Qur'an dikumpulkan menjadi satu pada  masa pemerintahan khalifah Umar Khattab, lambat laun Al-Qur'an mulai digandakan untuk disebarluaskan di seluruh penjuru dunia. Maka tak mengherankan jika Al-Quran ini pun akhirnya memiliki berbagai macam bentuk, mulai dari bahan dasar pembuatannya hingga macam-macam ukuran Al-Qur'an yang tersebar di seluruh dunia hingga kini. Sebagai salah satu contohnya adalah Al-Qur'an yang terbuat dari kulit kayu. Al-Qur'an dengan bahan dasar kulit kayu ini salah satunya terdapat di Nusa Tenggara Timur, lebih tepatnya di kabupaten Alor.

Alor memang terkenal akan keindahan alam yang sangat mempesona, namun tidak hanya wisata alamnya saja yang dimiliki oleh Alor, namun disana juga terdapat destinasi wisata budaya dan religi yang unik. Kita dapat menjumpai berbagai situs tua disana seperti Al-Quran yang terbuat dari kulit kayu, masjid tua di desa Lebaring, hingga berbagai artefak bukti masuknya Islam di kabupaten Alor.

Al-Qur'an berbahan dasar kulit kayu tersebut konon menurut kisah orang tua setempat, Al-Quran dengan metode tulis tangan tersebut merupakan peninggalan kesultanan Ternate ketika mereka membawa masuk Islam ke Kabupaten Alor sekitar tahun 1519 M.



Al-Quran ini dibawa pada masa kesultanan Baabullah V ke Alor Besar oleh Iang Gogo yang merantau bersama 4 saudaranya yakni: Ilyas Gogo, Djou Gogo, Boi Gogo, dan Kimales Gogo dengan misi menyebarkan Islam hingga ke Alor. Al-Quran tersebut dibawa menggunakan perahu layar yang menurut riwayat bernama "Tuma'ninah" yang berarti berhenti/ singgah sebentar. Gogo bersaudara tersebut singgah didaratan Alor untuk pertama kalinya di Vetelei, Tanjung Bota, Desa Ailala, Kecamatan Alor barat laut. Mereka berlima meneruskan perjalanan dan singgah di Tang-tang (sekarang: Amoli) dan bertemu dengan raja Baololong (raja Bungabali). Dalam pertemuan itu mereka saling bertukar cinderamata. Gogo bersaudara sepakat untuk bertukar cinderamata dengan Al-Quran dari kulit kayu yang dimilikinya. Sementara raja Baololong menghadirkan pisau khitan.



Saat ini Al-Quran terebut disimpan oleh Nurdin Gogo yang merupakan generasi ke-13 keturunan Iang Gogo. Al-Quran tersebut juga masih lengkap berisikan 30 juz dengan tempat penyimpanannya berupa kotak kayu. Diperkirakan Al-Quran itu ditulis pada abad 12 hingga abad 15 di Maluku Utara.

"Para pengunjung maunya menyentuh jadi khawatir rusak, jadi kami batasi saja hanya untuk orang tertentu yang punya kepentingan khusus untuk meneliti misalnya, dan itu pun harus berwudhu dulu", pungkas Nurdin.

Dia mengaku bahwa tidak ada perawatan khsusus yang diberikan untuk merawat Al-Quran tersebut. "Saya tidak berani memakai bahan pengawet atau sejenisnya, karena khawatir malah justru akan merusak Al-Quran tersebut", tutur Nurdin.

Pernah suatu ketika rumah Nurdin hangus terbakar oleh si jago merah, hampir semua peninggalan leluhurnya juga ikut terbakar, namun Allah berkehendak lain dengan Al-Qur'an ini, saat hampir semua barang-barang berharga Nurdin dan keluarga hangus terbakar, namun Al-Qur'an yang terbuat dari kulit kayu ini justru selamat dari kobaran api yang melalap rumahnya tersebut. "Semua benda peninggalan leluhur hangus ketika rumah ini terbakar, tetapi hanya Al-Quran yang berhasil diselamatkan, tidak terbakar api ketika itu", jelas Nurdin.

Dosen pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Abdurrahim Yapono yang berada di Alor selama Ramadhan tahun lalu menuturkan bahwa Al-Quran kuno yang ada di Alor ini mirip dengan Al-Quran yang tersimpan di Mesir.



"Dilihat dari bahannya itu terbuat dari Papirus, dan bentuk kaligrafi serta warna tintanya juga sama dengan yang digunakan di Mesir", kata Abdurrahim. Namun menurut dia masih perlu diadakan penelitian yang lebih akurat untuk mengetahui asal muasal dan usia Al-Quran tersebut.

Bupati Alor, Amon Djobo mengatakan, situs Al-Quran tua tersebut berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai salah satu wisata religi di Alor terutama bagi umat Muslim di berbagai daerah.



"Al-Quran tua tersebut terbuat dari kulit kayu dan memiliki sejarah khusus dengan masuk dan menyebarnya umat Islam di pulau Alor, sehingga sangat menarik untuk dijadikan wisata religius. Apalagi saat ini banyak wisatawan domestik dan mancanegara yang mulai berdatangan untuk melihat Al-Quran ini", ujar Amon.



Subhanallah. Begitu besar kuasa Allah, Al-Qur'an yang telah berumur ratusan tahun ini masih dapat kita nikmati hingga saat ini. Bahkan bahan dasar kulit kayu yang terkenal rentan rusak nyatanya masih terawat baik hingga kini. Dari sini dapat kita lihat bahwa Al-Qur'an memiliki sisi unik yang jarang kita temui pada zaman sekarang. Ini adalah salah satu warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang patut kita lestarikan keberadaannya.

Alor tidak hanya menyimpan keindahan panorama bawah laut, namun juga menyimpan berbagai situs serta jejak peradaban Islam yang mengagumkan. Tidak lengkap rasanya jika kita ke NTT belum singgah di situs-situs tua yang ada disana. Semoga artikel ini menjadi tambahan wawasan bagi kita bahwa Al-Quran memiliki berbagai keunikan tersendiri yang membuat kita kagum atas kuasa-Nya. Baarakallah.

0 comments:

Post a Comment