//]]> Stop Rayakan Tahun Baru Masehi, Karena Ada 3 Ritual Agama Lain Dalam Perayaan Tahun Baru Masehi - SPIRIT MUSLIM (SPIRUM)

December 20, 2022

Spirit Muslim. Menjelang pergantian tahun, tepatnya pada 31 Desember sudah lazim kita temui jika mayoritas masyarakat dunia merayakannya dengan meriah. Apalagi pada saat malam pergantian tahun, berbagai acara pun digelar untuk memeriahkan malam tersebut, seperti menggelar konser, meniup terompet, hingga menyalakan kembang api. Namun hal seperti ini ternyata cukup menjadi perhatian para ulama, dimana mayoritas umat Muslim pun turut merayakan malam tahun baru tersebut, sedangkan Islam sendiri tidak mengajarkan hal tersebut karena Islam tidak menggunakan kalender Masehi dalam penanggalan, melainkan menggunakan penanggalan Hijriyah.

Perlu diketahui bahwa saat kita sebagai umat Muslim turut merayakan tahun baru Masehi maka hal tersebut dikhawatirkan menyerupai kebiasaan agama lain yang dapat berdampak pada keimanan kita hingga pada akhirnya sedikit demi sedikit akan mengikis keimanan kita sebagai umat Muslim. Bahkan Rasulullah S.A.W pun memperingatkan umatnya untuk tidak melakukan hal tersebut, dalam hadits disebutkan:

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: “مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ.” أَخْرَجَهُ أَبُوْ دَاوُدَ، وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّان

Artinya:
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu Ta’ala ‘anhuma ia berkata: “Rasulullah ﷺ  bersabda, "Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut". (HR. Abu Dawud dan dinyatakan sahih oleh Ibnu Hibban).

Kalender Masehi pada dasarnya merupakan kalender tradisional yang populer di negara-negara barat dimana kalender tersebut didasarkan pada awal mula kelahiran yesus bagi umat Nasrani. Kalender Masehi sangat jelas bertentangan dengan agama Islam, namun meskipun begitu kita tidak bisa menafikan kalender Masehi karena dalam keseharian terkadang kita juga menggunakan kalender ini karena sistem negara kita yang mengadopsi sistem negara-negara barat yang memaksa kita tidak bisa lepas dari penanggalan ini.

Meskipun kita tidak bisa melepaskan diri dari sistem penanggalan ini setidaknya kita tidak memperparahnya dengan ikut serta merayakan malam pergantian tahun baru Masehi karena dalam perayaan tersebut secara tidak langsung kita menyerupai 3 ritual agama lain sekaligus, yakni saat menyalakan kembang api, saat meniup terompet, dan saat membunyikan lonceng untuk menandai pergantian tahun.


1. MENYALAKAN KEMBANG API


Untuk memeriahkan malam tahun baru sejak lama mayoritas masyarakat dunia merayakannya dengan menyalakan kembang api maupun lilin, baik itu dalam skala kecil seperti dilakukan di rumah sendiri maupun dalam skala besar yang dilakukan di pusat kota atau alun-alun kota yang dihadiri banyak orang. Biasanya kembang api ini akan mereka persiapkan menjelang detik-detik pergantian tahun dan akan dinyalakan tepat pada pukul 00.00.

Namun tahukah sahabat, menyalakan kembang api atau lilin saat momen tersebut secara tidak langsung sudah termasuk kategori menyerupai ritual agama Majusi, dimana orang-orang Majusi menjadikan unsur api sebagai tuhan mereka. Mereka menganggap jika api merupakan penjelmaan terbaik dari tuhan mereka.

Meskipun tidak secara langsung kita menyembah api namun hal ini menunjukkan bahwa kita ridho bahkan mendukung ritual ibadah mereka. Padahal sudah jelas sebagai umat Muslim tidak sepantasnya bagi kita mencampuri bahkan mendukung ibadah dan ritual mereka

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ  وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ  لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

Artinya:
“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (QS. Al Kafirun).


2. MENIUP TEROMPET


Selain menyalakan kembang api dan lilin, perayaan tahun baru Masehi juga identik dengan kegiatan meniup terompet. Bahkan beberapa hari sebelum malam pergantian pun sebagian orang sudah ada yang meniup terompet sebagai tanda bahwa akhir tahun sudah tiba. Puncaknya, terompet akan ditiup secara serempak saat malam tahun baru.

Kegiatan meniup terompet ini merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang diluar Islam seperti kaum paganisme dan yahudi. Tradisi meniup terompet bagi kaum pagan merupakan ritual untuk memanggil salah satu dewa mereka dimana pada waktu itu mereka menggunakan terompet yang terbuat dari tanduk kambing. Sementara kaum yahudi memanfaatkan terompet untuk menyambut tahun baru Taurat dalam penanggalan Ibrani kuno.

Jadi sudah jelas saat kita meniup terompet saat malam pergantian tahun baru maka secara tidak langsung hal tersebut merupakan kegiatan yang menyerupai kaum pagan dan yahudi. Maka tidak sepatutnya bagi kita merayakan tahun baru Masehi dengan meniup terompet. Rasulullah S.A.W pun memperingatkan kepada kita bahwa akan ada suatu masa dimana umat Muslim akan mengikuti kebiasaan orang-orang yahudi dan nasrani

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَا لَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَ ذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ

Artinya:
Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani ?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim).


3. MEMBUNYIKAN LONCENG


Budaya membunyikan lonceng pada saat malam pergantian tahun sepertinya tidak begitu familiar bagi warga negara Indonesia. Namun di beberapa negara lain seperti jepang dan beberapa negara Eropa membunyikan lonceng saat malam tahun baru rupanya masih menjadi kebiasaan hingga saat ini.

Membunyikan lonceng pada dasarnya merupakan kebiasaan bagi orang-orang nasrani untuk memanggil jamaahnya untuk beribadah. Lebih spesifik lagi lonceng juga mereka gunakan sebagai tanda bagi rahib (pemuka nasrani) untuk berdoa. Atas dasar inilah sebagai umat Muslim kita tidak diperkenankan memanfaatkan lonceng dalam kondisi tertentu dimana tidak ada keperluan yang mendesak untuk menggunakan lonceng, terlebih saat malam pergantian tahun baru Masehi.

Rasulullah S.A.W pun juga mencegah para sahabatnya untuk menggunakan lonceng sebagai penanda memasuki waktu Shalat karena hal tersebut merupakan kebiasaan orang-orang nasrani, Rasulullah S.A.W bersabda:

عَنْ أَبِى عُمَيْرِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ عُمُومَةٍ لَهُ مِنَ الأَنْصَارِ قَالَ اهْتَمَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- لِلصَّلاَةِ كَيْفَ يَجْمَعُ النَّاسَ لَهَا فَقِيلَ لَهُ انْصِبْ رَايَةً عِنْدَ حُضُورِ الصَّلاَةِ فَإِذَا رَأَوْهَا آذَنَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا فَلَمْ يُعْجِبْهُ ذَلِكَ قَالَ فَذُكِرَ لَهُ الْقُنْعُ – يَعْنِى الشَّبُّورَ – وَقَالَ زِيَادٌ شَبُّورَ الْيَهُودِ فَلَمْ يُعْجِبْهُ ذَلِكَ وَقَالَ « هُوَ مِنْ أَمْرِ الْيَهُودِ ». قَالَ فَذُكِرَ لَهُ النَّاقُوسُ فَقَالَ « هُوَ مِنْ أَمْرِ النَّصَارَى ». فَانْصَرَفَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدِ بْنِ عَبْدِ رَبِّهِ

Artinya:
“Nabi memikirkan bagaimana cara mengumpulkan orang untuk shalat berjamaah. Ada beberapa orang yang memberikan usulan. Yang pertama mengatakan, ‘Kibarkanlah bendera ketika waktu shalat tiba. Jika orang-orang melihat ada bendera yang berkibar maka mereka akan saling memberi tahukan tibanya waktu shalat’. Namun Nabi tidak menyetujuinya. Orang kedua mengusulkan agar memakai terompet. Nabi pun tidak setuju, lantas beliau bersabda, ‘Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi.’ Orang ketiga mengusulkan agar memakai lonceng. Nabi berkomentar, ‘Itu adalah perilaku Nasrani.’ Setelah kejadian tersebut, Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbihi pun pulang.(HR. Abu Daud)

Setelah kita mengetahui hal tersebut maka sudah selayaknya jika kita harus senantiasa waspada dan membentengi diri kita dengan iman yang kokoh agar kita tidak terjerumus kedalam tipu daya orang-orang kafir.

0 comments:

Post a Comment