//]]> BIOGRAFI LENGKAP HABIB ABDUL QODIR BA'ABUD - SPIRIT MUSLIM (SPIRUM)

December 19, 2022

Spirit MuslimHabib Abdul Qodir Ba'abud merupakan sosok ulama sekaligus pendakwah yang memiliki ciri khas tersendiri dalam berdakwah. Hal ini terlihat saat beliau mengisi berbagai macam kajian, logat madura beliau sangat kental terasa. Selain itu banyaknya amalan yang beliau ijazahkan kepada para jama'ahnya juga menjadi ciri khas beliau dalam berdakwah. Keterangan beliau yang sangat terperinci juga memudahkan para jamaah untuk menangkap apa yang menjadi maksud beliau.

Habib Abdul Qodir Ba'abud memiliki wajah yang terbilang mirip dengan Habib Umar bin Hafidz, tidak mengherankan karena memang beliau merupakan salah satu murid dari Habib Umar bin Hafidz. Kecintaan beliau kepada Habib Umar membuatnya bertekad untuk menimba ilmu di Tarim. Cukup banyak kisah unik perjalanan hidup Habib Abdul Qodir Ba'abud, baik saat beliau di pesantren hingga beliau di Tarim. Untuk mengenal lebih jauh sosok Habib Abdul Qodir Ba'abud, berikut Spirit Muslim akan membagikan secara lengkap seperti apa biografi Habib Abdul Qodir Ba'abud, mulai dari kehidupan Habib Abdul Qodir Ba'abud di lingkungan keluarganya, jenjang pendidikan beliau, pengalaman awal beliau berdakwah, hingga kisah beliau bersama Habib Umar bin Hafidz.


SEKILAS BIOGRAFI HABIB ABDUL QODIR BA'ABUD


Nama lengkap   :Habib Abdul Qodir bin Zaid bin Abdullah Ba'abud
Kelahiran           :Malang 26 Juni 1984
Orang tua          :Habib Zaid bin Abdullah Ba'abud & Nur binti Mukhsin Baagil

Habib Abdul Qodir Ba'abud memiliki seorang kakek buyut yang bernama Habib Abdurrahman Ba'abud, beliau dulunya tinggal di Makassar dan memiliki putra bernama Abdullah bin Abdurrahman Ba'abud. Habib Abdullah kemudian pindah ke Situbondo dan menikah lalu memiliki putra bernama Zaid bin Abdullah bin Abdurrahman Ba'abud. Habib Zaid kemudian menikah dengan Nur binti Mukhsin Baagil dari Malang dan memiliki putra bernama Habib Abdul Qodir bin Zaid bin Abdullah Ba'abud.


Habib Abdul Qodir Ba'abud lahir di Turen, Malang pada 26 Juni 1984. Beliau besar bersama sang kakek yakni Habib Abdullah karena ayah dan ibu beliau berpisah saat beliau masih kecil hingga akhirnya beliau bersama kakeknya tersebut pindah ke Gresik. Beliau disana selain mendapatkan pendidikan dari kakeknya beliau juga mendapatkan pendidikan formal. Hingga suatu ketika saat beliau hendak masuk SMP terlintas dipikiran beliau keinginan untuk menempuh pendidikan di pesantren.

Keinginan Habib Abdul Qodir Ba'abud kecil pun didukung oleh sang kakek dan akhirnya beliau dipondokkan di pesantren Azzahir daerah Kraksan, Probolinggo pada tahun 1999 dan beliau termasuk santri pertama disana. Pondok itu merupakan pondok milik Habib Segaf bin Abu Bakar Assegaf yang dinisbahkan ke Al-Quthb Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf dan diasuh langsung oleh menantu Habib Segaf bernama Habib Hasan bin Ismail Al-Muhdhor.

Salah satu kisah teladan yang dapat diambil dari beliau adalah semangat beliau untuk khidmat kepada guru dan pesantrennya. Inilah alasannya kenapa beliau lebih banyak menghabiskan waktunya diluar pesantren daripada belajar dan mutholaah kitab-kitabnya karena beliau di pesantren bertugas di bagian dapur hingga belanja ke pasar dengan menaiki sepeda motor. Bahkan saat ke pasar pun para pedagang di pasar sudah hafal dengan kebiasaan beliau yang suka menawar barang dagangan mereka dengan harga lebih murah, subhanallah.

Tidak hanya itu saja, di pesantren beliau juga mendapatkan tugas lain seperti memenuhi kebutuhan bahan bangunan untuk pondok, kebutuhan kayu, makanan, hingga ujroh (gaji) asatidz semuanya beliau yang mengurusnya atas perintah Habib Hasan selaku pengasuh pondok pesantren. Hingga saat ini Habib Abdul Qodir benar-benar merasakan manfaat dari khidmat yang didapatkan tersebut, beliau mengatakan bahwa dengan khidmat tersebut beliau serasa lebih mudah saat mengurus pondok miliknya sekarang.


KISAH HABIB ABDUL QODIR BA'ABUD MEMBERIKAN NOMOR TOGEL


Ada satu kisah menarik saat pembangunan pesantren, Habib Abdul Qodir Ba'abud yang masih di pesantren diutus oleh pengasuh pondoknya yakni Habib Hasan untuk mencari pendanaan terkait pembangunan tersebut karena biaya pembangunan pesantren membutuhkan dana yang besar. Beliau diutus Habib Hasan untuk mencari kayu di daerah pegunungan, Habib Hasan berpesan kalau bisa kayu tersebut didapatkan dengan sumbangan, jika tidak mendapatkan maka boleh membelinya tapi harganya tidak boleh terlalu mahal karena tujuannya untuk pembangunan pesantren.

Beliau pun akhirnya menemui pihak perhutani dan menyampaikan maksud beliau tersebut. Hingga suatu waktu perwakilan pihak perhutani menemui Habib Abdul Qodir Ba'abud dan menyampaikan bahwa pihaknya bersedia menyumbangkan kayu asal dengan syarat Habib Abdul Qodir Ba'abud mau memberikan nomor togel. Beliau yang tidak tahu apa itu togel akhirnya beliau memberikan nomor telepon Habib Hasan. Lalu perwakilan dari pihak perhutani tersebut akhirnya pulang dengan membawa nomor telepon Habib Hasan dan memberikan nomor tersebut ke atasannya. Mengetahui bahwa itu adalah nomor telepon, maka atasannya tersebut tidak jadi memasang nomor tersebut ke bandar togel.

Namun selang beberapa hari, perwakilan dari pihak perhutani tersebut kembali ke Habib Abdul Qodir Ba'abud dan mengatakan ternyata 4 angka terakhir dari nomor tersebut ternyata keluar. Orang itu kemudian kembali memaksa meminta nomor lagi kepada beliau. Beliau pun kemudian terpaksa membohongi orang tersebut agar tidak meminta nomor togel lagi kepada beliau, beliau menjelaskan sambil membawa kendi dan berbicara kepada orang tersebut, "Kalau kamu berani membuka kendi ini maka kamu saya tempeleng", orang tersebut ternyata sudah gelap mata hingga mengartikan bahwa ini adalah isyarat kalau nomor togel tersebut termasuk nomor yang berjenis kendi. Kemudian orang itu menafsirkan kendi tersebut dan memasang nomor tersebut, hasilnya dia gagal dan tidak memenangkan togel tersebut.


AWAL MULA HABIB ABDUL QODIR BA'ABUD BERDAKWAH


Habib Abdul Qodir Ba'abud merupakan santri yang dulunya ditugaskan untuk memenuhi kebutuhan pesantren yang membuatnya sering berada di luar pesantren. Bahkan saat Habib Hasan akan menghadiri undangan pengajian, Habib Abdul Qodir Ba'abud juga ditugaskan mencari truk untuk mengangkut santri-santri lain. Bahkan pemilik truknya pun sangat kenal kepada beliau.

Pada suatu ketika Habib Hasan mendapat undangan di desa tetangga dan beliau tidak bisa hadir karena masih berada di Pasuruan. Habib Abdul Qodir Ba'abud pun di suruh gurunya tersebut untuk menggantikan beliau. Waktunya pun juga mendadak, setelah maghrib beliau mendapat kabar lalu setelah isya' beliau disuruh menggantikan Habib Hasan. Beliau disuruh memakai jubah dan imamah menggantikan Habib Hasan. Ini adalah momen pertama kali Habib Abdul Qodir berceramah di depan publik, dimana saat itu beliau berumur 21 tahun. Beliau pun bingung dan meminta orang lain saja yang menggantikan, namun Habib Hasan menolak dan memaksanya karena warga sekitar meminta yang mengisi acara adalah seorang Habib.

Beliau pun langsung bersiap-siap dan membersihkan diri lalu mencari bahan untuk ceramah dengan membuka kitab hadits. Setelah beliau siap, beliau keluar menampakkan diri di panggung, mental beliau langsung down karena teman-teman santri beliau tertawa semua karena beliau terkenal jarang mutholaah dan belajar di pesantren dimana beliau lebih sering menangani urusan pondok di bagian luar. Selain itu saat hendak menghadiri pengajian tersebut beliau dijemput oleh pemilik truk yang biasa beliau telepon untuk memesan truk. 

Orang tersebut awalnya tidak tahu kalau yang mengisi adalah Habib Abdul Qodir Ba'abud, orang itu disuruh habib hasan untuk menjemput Habib Abdul Qodir Ba'abud, alangkah terkejutnya orang tersebut karena tidak menyangka orang yang biasa memesan truk kepadanya ternyata ditunjuk sebagai pengganti Habib Hasan, orang tersebut seakan-akan tidak percaya kalau beliau ditunjuk sebagai pengganti Habib Hasan, mental beliau pun semakin down. Namun beliau tidak memperdulikan hal tersebut dan tetap menyelesaikan tugasnya hingga selesai. Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar.


KECINTAAN HABIB ABDUL QODIR BA'ABUD KEPADA KOTA TARIM


Habib Abdul Qodir Ba'abud adalah sosok yang sangat mencintai kota Tarim, Yaman.  Bahkan karena besarnya cinta beliau kepada kota Tarim, beliau memasang background kota Zanbal, Tarim di kediaman beliau beserta background masjid Ba'alawi. Habib Abdul Qodir Ba'abud pada awalnya tidak terbayang bisa pergi keTarim, disisi lain beliau memiliki keinginan dan tekad yang kuat untuk pergi kesana namun terkendala biaya. Beliau pun membiayai hidup di Tarim sendiri karena kedua orang tua sudah berpisah dan terkadang beliau dikirim oleh paman dan bibi beliau itupun minim sekali. Bahkan saat disana beliau dikirim oleh Habib Hasan sebanyak 100 Dollar untuk kebutuhan 1 tahun.


PERTEMUAN PERTAMA DENGAN HABIB UMAR BIN HAFIDZ


Ada satu kisah dimana Habib Umar bin Hafidz memberikan sorbannya kepada Habib Abdul Qodir Ba'abud. Suatu ketika saat Habib Umar berkunjung, Habib Abdul Qodir Ba'abud tiba-tiba menginginkan sorban yang dipakai Habib Umar, beliau ingin menemui habib umar namun beliau terkendala bahasa Arab, hingga suatu ketika Habib Umar keluar dari majelis dan beliau berpapasan dengan Habib Umar.

Beliau pun membawa sorban dan memberikan isyarat kepada Habib Umar untuk berkenan menukar sorbannya. Habib Abdul Qodir pun menyodorkan sorbannya dan bilang "Uridu Muqobalah". Kemudian Habib Umar melihat sebentar kepada beliau dan mengambil sorbannya lalu menukarnya dengan sorban Habib Abdul Qodir Ba'abud. Ketika Habib Umar sudah pergi, beberapa orang mencaci Habib Abdul Qodir Ba'abud karena dikira mengambil sorban Habib Umar dan menjadi su'ul adab (tidak punya sopan santun) padahal tidak demikian, beliau melakukan itu karena besarnya mahabbah beliau kepada Habib Umar.


KAROMAH SORBAN PEMBERIAN HABIB UMAR BIN HAFIDZ


Sorban yang pernah diberikan Habib Umar bin Hafidz kepada Habib Abdul Qodir Ba'abud ternyata memiliki karomah dan manfaat yang besar bagi Habib Abdul Qodir Ba'abud. Kisah ini bermula setelah beliau baru lulus, beliau di pesantren selama 4 tahun dan setelah lulus beliau mendapat kabar bahwa ada santri dari Kalimantan akan pulang dan beliau diperintahkan Habib Hasan untuk pergi ke Kalimantan tepatnya di Banjar untuk mengurus pondok cabang menggantikan santri tersebut. Habib Abdul Qodir Ba'abud terkeut mendengar perintah tersebut karena beliau merasa bahwa beliau jarang mutholaah dan lebih sering bertugas di luar pesantren.

Singkat cerita beliau pergi ke Kalimantan dan beliau membayangkan bahwa disana sudah ada pesantren dan langsung mengajar. Namun apa yang didapat ? sesampainya disana beliau justru disuruh mencari kontrakan di sekitar masjid. Akhirnya beliau mendapatkan rumah kontrakan tersebut dan dijadikan pondok bagi santri-santri Jawa yang tidak bisa kembali ke Jawa. Didepan rumah kontrakan tersebut diberikan tulisan pondok As-Shalah.

Ada suatu kejadian dimana ada seorang yang terkena sihir, beliau sempat berpikir bagaimana menyembuhkan orang ini sementara beliau selama di pesantren tidak pernah diajari ilmu untuk menyembuhkan orang yang terkena sihir. Akhirnya beliau teringat dengan sorban yang diberikan Habib Umar kepadanya lalu beliau berinisiatif meminjamkan sorban tersebut untuk dikenakan sebagai selimut, alhamdulillah selang tiga hari orang tersebut sembuh dari pengaruh sihir tersebut.


KISAH MENUJU TARIM


Saat Habib Abdul Qodir Ba'abud bertugas di Kalimantan beliau di telepon gurunya yakni Habib Hasan untuk pergi ke Hadrammaut. Beliau sangat ingin pergi kesana namun beliau terkendala hafalan yang belum selesai, karena untuk menempuh pendidikan disana beliau diharuskan menghafal nadzom Zubad terlebih dahulu. Beliau pada saat itu masih hafal separuhnya, selain itu beliau juga terkendala biaya untuk pergi kesana. Akhirnya beliau terpaksa menjual motornya dan itu pun masih kurang 3 juta, lalu beliau berinisiatif meminjam kepada orang disana. Beliau pun mendapatkan dana tersebut dan dipaksa Habib Hasan untuk tetap berangkat meskipun hafalannya masih belum sempurna, beliau berangkat ke Tarim saat beliau berumur 24 tahun, tepatnya pada tahun 2008.

Beliaupun pergi dan maktab di Jakarta untuk melakukan tes terlebih dahulu, atas kehendak Allah S.W.T beliau tidak dites padahal teman-teman rombongan beliau yang lain dites. Akhirnya beliau bersama rombongan berangkat ke Tarim. Sesampainya di tarim ternyata ada tes lagi, beliau mengikuti tes tersebut namun beliau gagal di pelajaran Imla' karena gugupnya beliau saat dites. Habib Abdul Qodir Ba'abud dimarahi petugas disana hingga beliau pun suntuk mengalami kejadian tersebut. Bahkan beliau disuruh untuk pulang kembali ke Indonesia.

Beliau tidak berputus asa, karena beliau akan merasa malu jika harus pulang, mengingat beliau masih seminggu disana. Habib Abdul Qodir Ba'abud malah meminta kepada Syech Muhdir, sosok syech yang menangani tes untuk bertemu dengan Habib Umar, dan beliau pun mengatakan kepada Syech Muhdir bahwa beliau akan dipulangkan. Syech Muhdir pun menenangkan Habib Abdul Qodir Ba'abud dan memberikan isyarah bahwa beliau tidak akan dipulangkan. Namun Habib Abdul Qodir Ba'abud masih ragu, hingga beliau tetap bersikukuh untuk bertemu Habib Umar. Syech Muhdir pun kembali meyakinkan beliau bahwa beliau tidak akan pulang meskipun teman-teman beliau yang lain pulang karena gagal tes. Subhanallah, benar saja, beliau tidak pulang, beliau pun diberikan kesempatan untuk belajar disana, dan alhamdulillah selama 6 bulan beliau berhasil menghafal Tarkib.

Beliau pun kembali diuji saat di Muqallah, dan beliau kembali gagal. Beliau dinasehati dengan keras oleh penguji dari orang Arab sana. Beliau pun kaget dan menangis karena beliau tidak terbiasa dengan didikan keras, beliau dinasehati kalau jadi orang Arab itu harus memiliki hati yang kokoh. Karena gagal dalam ujian tersebut akhirnya beliau diminta untuk kembali ke Darul Musthofa. Namun sebelum ke Darul Musthofa beliau berziarah terlebih dahulu ke makam Habib Ahmad bin Muhsin, beliau pun mengatakan, "Bib jika anda seorang wali maka kembalikan saya ke Muqallah", kemudian beliau menarik satu helai benang kain dari satir makamnya dan memakannya. Beliau kembali ke Darul Musthofa bersama teman-teman yang lain dan akhirnya hanya beliau yang bisa kembali ke Muqallah dan melanjutkan ke Tarim. 


MOMEN BERKESAN DI TARIM


Ketika beliau masuk ke Darul Musthofa, beliau berkhidmah kepada Habib Umar bin Hafidz. Saat sayyid Mukhsin menikah, pada saat itu beliau berkhidmat ke Habib Umar dengan mengasuh putra-putra Habib Umar. Meskipun sudah berkhidmat kepada keluarga Habib Umar namun beliau merasa ada yang kurang dan pesimis karena ilmu yang masuk kepada beliau masih sedikit, hafalan Al-Quran pun beliau juga tidak mampu.

Akhirnya beliau ke Zanbal, beliau pun duduk di depan makam Al-Imam Al-Faqih bin Muqaddam, dan merenungi kekurangan beliau tersebut. Beliau melihat semua makam satu persatu dan terlintas dipikiran beliau kenapa tidak mempelajari sejarah mereka. Hingga akhirnya beliau pun memutuskan untuk mempelajari sejarah mereka dan membawa kitab Majmu’ Kalam Abu Mushahhaf. Beliau pun terus memegang kitab tersebut hingga sekarang. Kemana-mana beliau selalu membawa kitab tersebut. Pelan-pelan beliau membaca kitab tersebut hingga hatam.

Beliau juga mengamalkan kitab tersebut dengan bertekad untuk tidak memakai sandal kemanapun beliau pergi meskipun cuaca disana panas. Selama 3 tahun beliau tidak memakai sandal disana. Tidak jarang beliau merasakan rasa yang sangat panas menjalar dari ujung kaki hingga ke perut beliau. Tidak hanya itu saja, beliau pun kadang juga ditertawakan oleh orang lain. Namun beliau tidak memperdulikan itu semua karena niat beliau adalah tabarruk (mengharap barokah) ke tanah para wali tersebut.

Momen berkesan lain adalah saat beliau mengikuti kajian Habib Umar untuk pertama kalinya, beliau yang belum begitu mengenal Habib Umar secara mendalam nekat duduk diposisi paling depan saat kajian berlangsung, dan itu beliau lakukan selama satu minggu. Setelah beliau benar-benar mengenal siapa itu Habib Umar, beliau merasa tawadhu dan tidak berani berada diposisi paling depan lagi.

Pernah suatu ketika saat Habib Abdul Qodir Ba'abud bersama orang-orang menemani Habib Umar di Hud, lalu ada seorang Badui yang menawarkan siwak kepada Habib Umar, namun Habib Umar pada saat itu tidak membawa uang, begitu pun orang yang ikut rombongan yang berada di belakang Habib Umar juga tidak membawa uang, akhirnya Habib Abdul Qodir Ba'abud langsung merogoh sakunya dan memberikan uang tersebut kepada orang Badui tersebut dan memberikan siwaknya kepada Habib Umar. Habib Umar kemudian melihat beliau sambil tersenyum kepadanya. Inilah yang membuat hati Habib Abdul Qodir Ba'abud senantiasa terasa sejuk, bahkan saat suntuk sekalipun jika beliau ingat senyuman habib umar beliau kembali tenang.

Kisah lain saat beliau bersama Habib Umar di Tarim adalah saat Habib Abdul Qodir Ba'abud ingin menyenangkan Habib Umar dan orang orang disekitarnya dengan melakukan sebuah pertunjukan unik, beliau melakukan aksi salto atau berguling-guling karena orang-orang arab disana paling suka jika ada lelucon seperti itu, beliau pun melakukan aksi itu dihadapan Habib Umar dan orang-orang sekitar yang diakhiri dengan tangan kanan Habib Abdul Qodir Ba'abud seolah menyambut tangan Habib Umar, lalu Habib Umar merespon tangan tersebut dan Habib Abdul Qodir Ba'abud pun mencium tangan Habib Umar. Setelah selesai Habib Umar mendoakan murid-muridnya dengan doa

كَمْ مِنَ الصِّبْيَانِ يَلْعَبُ اَمَامَ الرِّجَالِ فَنَظَرَ اِلَيْهِ فَمَا صَارَ صِبْيَانِ
Artinya:
Berapa banyak anak-anak kecil yang bermain didepan orang-orang shalih dipandang oleh orang shalih tersebut kemudian tidak jadi anak kecil (jadi wali besar).

0 comments:

Post a Comment