//]]> KEUTAMAAN DAN KEISTIMEWAAN BULAN SYA'BAN YANG JARANG DIKETAHUI - SPIRIT MUSLIM (SPIRUM)

March 24, 2020


Spirit Muslim. Bulan Sya’ban menjadi salah satu bulan dimana pada bulan ini merupakan pertanda bahwa bulan Ramadhan sudah dekat. Sudah selayaknya umat Muslim bersiap-siap menyambut bulan Ramadhan dengan memperbanyak amal ibadah jauh hari sebelum bulan mulia ini tiba, lebih-lebih pada saat bulan Sya’ban. Memperbanyak ibadah pada bulan Sya’ban dianjurkan dalam syariat Islam karena didalamnya terdapat banyak sekali keistimewaan, fadhilah, serta keutamaannya. Salah satu keistimewaan dan keutamaan bulan Sya’ban yang cukup mahsyur adalah diangkatnya catatan amal perbuatan manusia kepada Allah S.W.T. Namun selain itu, ada pula keistimewaan dan keutamaan-keutamaan yang lainnya pada bulan sya’ban ini yang terbilang cukup jarang diketahui. Berikut penjelasan selengkapnya.


ALASAN DINAMAI BULAN SYA'BAN

Sayyid Muhammad bin Abbas al-Maliki dalam kitabnya  Ma dza Fi Sya’ban menjelaskan banyak riwayat yang menjelaskan tentang keagungan dan keutamaan bulan Sya’ban ini, termasuk salah satunya mengapa bulan ini dinamakan bulan Sya’ban.

Sayyid Muhammad mengutarakan beberapa pandangan ulama’ mengenai asal usul kata “Sya’ban” sekaligus makna yang terkandung di dalamnya.

وسمي شعبان لأنه يتشعب منه خير كثير، وقيل معناه شاع بان، وقيل مشتق من الشِعب (بكسر الشين) وهو طريق في الجبل فهو طريق الخير، وقيل من الشَعب (بفتحها) وهو الجبر فيجبر الله فيه كسر القلوب، وقيل غير ذلك

Artinya:
“Bulan ini dinamai dengan sebutan Sya‘ban karena banyak cabang-cabang kebaikan pada bulan mulai ini. Sebagian ulama mengatakan, Sya‘ban berasal dari Sya‘a ban yang bermakna terpancarnya keutamaan. Menurut ulama lainnya, Sya‘ban berasal dari kata As-syi‘bu (dengan kasrah pada huruf syin), sebuah jalan di gunung, yang tidak lain adalah jalan kebaikan. Sementara sebagian ulama lagi mengatakan, Sya‘ban berasal dari kata As-sya‘bu (dengan fathah pada huruf syin), secara harfiah bermakna ‘menambal’ di mana Allah menambal  dan menutupi kegundahan hati (hamba-Nya) di bulan Sya’ban. Ada pula ulama yang memahami bulan ini dengan makna selain yang disebutkan sebelumnya”.

KEUTAMAAN DAN KEISTIMEWAAN BULAN SYA'BAN.

1. Bulan dimana amal perbuatan manusia diangkat ke langit.
Bulan Sya’ban menjadi salah satu bulan yang agung dari beberapa bulan agung, dikatakan demikian karena pada bulan Sya’ban seluruh amal perbuatan manusia akan diangkat ke langit untuk diserahkan kepada Allah S.W.T. Maka untuk menutup amal perbuatan tersebut sebelum diangkat ke langit, maka alangkah baiknya kita menutup catatan amal kita dengan amal baik dan amal shaleh.

أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا ثَابِتُ بْنُ قَيْسٍ أَبُو الْغُصْنِ شَيْخٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Artinya:
"Telah mengabarkan kepada kami [‘Amr bin ‘Ali] dari [‘Abdurrahman] dia berkata; telah menceritakan kepada kami [Tsabit bin Qais Abu Al Ghushn] – seorang syaikh dari penduduk Madinah – dia berkata; telah menceritakan kepadaku [Abu Sa’id Al Maqburi] dia berkata; telah menceritakan kepadaku [Usamah bin Zaid] dia berkata; Aku bertanya; “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, aku tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban?” Beliau bersabda: “Itulah bulan yang manusia lalai darinya; -ia bulan yang berada- di antara bulan Rajab dan Ramadlan, yaitu bulan yang disana berisikan berbagai amal, perbuatan diangkat kepada Rabb semesta alam, aku senang amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa.” (H.R. Nasai: 2317).

2. Terdapat malam Nisfu Sya'ban.
Salah satu keutamaan dari bulan Sya’ban terdapat malam yang memiliki keagungan tersendiri pada bulan ini, yakni malam Nisfu Sya’ban. Malam Nisfu Sya’ban merupakan malam pada pertengahan bulan Sya’ban, dimana pada malam tersebut turun rahmat Allah S.W.T, Allah memberikan pengampunan kepada setiap hamba-hambanya.

قال صلى الله عليه وسلم : «إِنَّ اللَه تَعَالَى لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ» رواه ابن ماجه 

Artinya:
"Beliau nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah Ta’ala muncul di malam Nishfu Sya’ban lalu Dia mengampuni seluruh makhluknya kecuali seorang musyrik atau seorang yang bermusuhan dengan saudaranya". (H.R. Ibnu Majah).

3. Bulan dimana arah Qiblat berpindah.
Salah satu peristiwa bersejarah pada bulan Sya’ban yakni arah Qiblat dipindahkan dari yang semula berada di Baitul Maqdis Palestina kemudian berpindah ke Ka’bah di Makkah Al-Mukarramah. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa yang cukup bersejarah dalam peradaban Islam, pasalnya Rasulullah S.A.W sangat menanti-nanti perpindahan ini sembari memohon kepada Allah S.W.T agar segera mengabulkan permintaannya tersebut. Hingga turunlah wahyu sebagai isyarat permohonan nabi Muhammad S.A.W telah dikabulkan.

قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ ۗ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ

Artinya:
"Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan". (Q.S. Al-Baqarah: 144).

4. Pengingat menuju bulan Ramadhan.
Para ulama salaf menjelaskan hikmah di balik kebiasaan Rasulullah SAW memperbanyak puasa sunah di bulan Sya’ban. Kedudukan puasa sunah di bulan Sya’ban dari puasa wajib Ramadhan adalah seperti kedudukan shalat sunah qabliyah bagi shalat wajib. Puasa sunah di bulan Sya’ban akan menjadi persiapan yang tepat dan pelengkap bagi kekurangan puasa Ramadhan. Selain itu Rasulullah banyak melakukan puasa pada bulan Sya’ban ini karena manusia banyak yang lalai saat tiba bulan ini 

dari Usamah bin Zaid r.a, ia berkata: “Wahai Rasulullah S.A.W, kenapa aku tidak pernah melihat Anda berpuasa sunah dalam satu bulan tertentu yang lebih banyak dari bulan Sya’ban? Beliau S.A.W menjawab:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفِلُ النَّاسُ عَنْهُ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَال إِلى رَبِّ العَالمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عملي وَأَنَا صَائِمٌ

Artinya:
“Ia adalah bulan di saat manusia banyak yang lalai (dari beramal shalih), antara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan di saat amal-amal dibawa naik kepada Allah Rabb semesta alam, maka aku senang apabila amal-amalku diangkat kepada Allah saat aku mengerjakan puasa sunnah.” (H.R. Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Khuzaimah. Ibnu Khuzaimah menshahihkan hadits ini)

5. Nabi S.A.W banyak berpuasa pada bulan Sya'ban.
Nabi S.A.W menyambut datangnya bulan ini dengan melakukan banyak puasa. Sebuah riwayat menyebutkan

وعن عائشة رضي الله عنها قالت
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم حتى نقول لا يفطر ويفطر حتى نقول لا يصوم وما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم استكمل صيام شهر قط إلا شهر رمضان وما رأيته في شهر أكثر صياما منه في شعبان
رواه البخاري ومسلم وأبو داود
ورواه النسائي والترمذي وغيرهما


Artinya:
"Dari Aisyah radhiyallahu’anha berkata: Dahulu Nabi shallallahu’alaihi wasallam berpuasa sampi kami mengatakan: Beliau tidak berbuka. Dan kadang beliau berbuka sampai kami mengatakan beliau itu tidak berpuasa. Dan saya tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyempurnakan berpuasa dalam sebulan selain bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat bulan yg beliau lebih banyak berpuasa dibanding bulan Sya’ban". (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasai dan At-Tirmidzi)

0 comments:

Post a Comment