//]]> ADAB-ADAB TIDUR YANG DIAJARKAN RASULULLAH S.A.W - SPIRIT MUSLIM (SPIRUM)

February 15, 2020


Spirit Muslim. Tidur menjadi salah satu rutinitas penting bagi tubuh manusia karena tidur menjadi sarana ampuh menghilangkan rasa lelah, letih, hingga rasa capek. Bandingkan saja orang yang sering begadang dengan orang yang menjaga kualitas tidurnya maka akan nampak perbedaannya, orang yang sering begadang ketika bangun tidur tubuh akan merasa lesu, kurang semangat, bahkan kehilangan konsentrasi. Sedangkan orang memiliki kualitas tidur yang cukup, keesokan harinya pasti tubuh akan merasa segar, bugar, dan tentunya  bersemangat. Untuk itulah Islam menganjurkan tidur sebagai salah satu sarana istirahat bagi umatnya.

Tidur selain untuk menghilangkan rasa letih, lelah, dan capek, Islam memandang tidur menjadi salah satu bentuk ibadah jika dilakukan sesuai dengan adab-adab (etika/tata cara) yang telah dianjurkan syari’at. Hal ini merupakan salah satu bentuk perhatian Islam terhadap umatnya agar tidur kita menjadi berkualitas sekaligus bernilai ibadah. Lantas adab apa saja yang perlu diperhatikan saat seseorang hendak tidur ? Sunnah-sunnah apa saja yang dianjurkan oleh Rasulullah S.A.W saat akan tidur ? Lantas adakah dalil-dalil tentang adab dalam tidur ?, berikut penjelasan selengkapnya.

WAKTU YANG DIANJURKAN

Islam mengatur kehidupan umat sedemikian rupa tidak lain adalah untuk mempermudah kehidupan umat itu sendiri. Salah satunya adalah tidur. Salah satu waktu yang dianjurkan untuk Istirahat tidur dalam syariat Islam adalah pada waktu malam hari, dalam surat Ar-Rum ayat 23 disebutkan:

وَمِنْ ءَايَاتِهِ مَنَامُكُم بِالَّليْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَآؤُكُم مِّن فَضْلِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَسْمَعُونَ


Artinya:
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah tidurmu diwaktu malam dan siang hari serta usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan”. (Q.S. Ar-Rum: 23).

waktu malam hari sangat dianjurkan karena pada waktu itu tubuh akan mengalami relaksasi setelah kegiatan sehari penuh. Maka waktu malam hari adalah waktu yang paling tepat untuk mengistirahatkan badan. Selain malam hari, ada juga waktu yang dianjurkan dalam Islam untuk tidur. Namun perlu diketahui bahwa ada juga beberapa waktu yang memang dilarang untuk tidur karena memiliki banyak Madharat (kerugian). Waktu tersebut dibagi dalam 3 jenis, antara lain:
  • HAILULAH, yaitu tidur setelah subuh. Tidur pada waktu ini dilarang karena dapat menghalangi rezeki seseorang, beberapa ada yang menyebut bahwa tidur pada waktu ini dapat membuat orang menjadi fakir.
  • 'AILULAH, yaitu tidur setelah waktu ashar. Kebiasaan tidur pada waktu ini juga dilarang karena menyebabkan datangnya penyakit kepada seseorang, salah satunya rentan mengalami stress dan depresi serta mengurangi kekuatan hafalan seseorang. Mayoritas mereka yang tidur setelah ashar, ketika bangun akan merasa letih dan lelah meskipun baru bangun dari tidur.
  • QAILULAH, Yaitu tidur 10 menit seteah dzuhur. Tidur pada waktu ini dianjurkan karena memiliki beragam manfaat, salah satunya untuk merenggangkan otot dan mengembalikan stamina tubuh. Qailulah juga bisa dilakukan sebelum melakukan shalat Tahajjud atau Qiyamul Lail.
Dari ketiga waktu yang telah disebutkan diatas, maka waktu yang paling baik untuk tidur  selain malam hari adalah waktu Qailulah. Meskipun memiliki durasi waktu sebentar, namun memiliki efek samping yang baik dan bermanfaat untuk tubuh, seperti memperlancar peredaran darah, meningkatkan produktivitas, hingga menambah kinerja otak.

Imam Asy-Syirbini Al-Khatib menyatakan: bahwa tidur Qailulah adalah tidur sebelum zawal (matahari tergelincir ke barat). Ibaratnya itu seperti sahur bagi orang yang berpuasa. (Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 34: 130). Ini berarti keberadaan Qailulah menjadi salah satu sarana untuk memperkuat aktivitas ibadah seseorang.

SUNNAH-SUNNAH DALAM TIDUR.
1. TIDUR DI AWAL MALAM

Tidur di awal malam dianjurkan Rasulullah S.A.W agar seseorang dapat bangun untuk mengerjakan shalat malam dengan mudah, selain itu juga bermanfaat untuk memudahkan seseorang bangun pagi hari untuk melaksanakan shalat shubuh berjamaah. Diriwayatkan dari Abi Barzah bahwa beliau berkata:

َنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا

Artinya:
“Rasulullah S.A.W membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (H.R. Bukhari no. 568).

Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat ‘Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama’ah. ‘Umar bin Khattab sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!” (Syarh Al-Bukhari, Ibnu Baththol, 3/278, Asy Syamilah).

2. Wudhu sebelum tidur.

Beberapa keutamaan wudhu sebelum tidur antara lain:

a. Malaikat mendoakannya. 
Dari Abdullah bin Umar radliyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

مَنْ بَاتَ طَاهِرًا، بَاتَ فِي شِعَارِهِ مَلَكٌ، فَلَمْ يَسْتَيْقِظْ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَبْدِكَ فُلَانٍ، فَإِنَّهُ بَاتَ طَاهِرًا

Artinya:
“Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci.'” (H.R. Ibn Hibban 3/329, kitab Thaharah, bab fardhil wudhu'/III/328-329 no. 1051).

b. Mempersiapkan diri saat ajal tiba-tiba datang.
Al-Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan beberapa manfaat berwudhu sebelum tidur

وَلَهُ فَوَائِد : مِنْهَا أَنْ يَبِيت عَلَى طَهَارَة لِئَلَّا يَبْغَتهُ الْمَوْت فَيَكُون عَلَى هَيْئَة كَامِلَة , وَيُؤْخَذ مِنْهُ النَّدْب إِلَى الِاسْتِعْدَاد لِلْمَوْتِ بِطَهَارَةِ الْقَلْب لِأَنَّهُ أَوْلَى مِنْ طَهَارَة الْبَدَن .. ، وَيَتَأَكَّد ذَلِكَ فِي حَقّ الْمُحْدِث وَلَا سِيَّمَا الْجُنُب وَهُوَ أَنْشَط لِلْعَوْدِ , وَقَدْ يَكُون مُنَشِّطًا لِلْغُسْلِ ، فَيَبِيت عَلَى طَهَارَة كَامِلَة . وَمِنْهَا أَنْ يَكُون أَصْدَق لِرُؤْيَاهُ وَأَبْعَد مِنْ تَلَعُّب الشَّيْطَان بِهِ

Artinya:
"Ada banyak manfaat dari berwudhu sebelum tidur, diantaranya, orang itu tidur dalam kondisi suci, agar ketika kematian menjemputnya, dia berada dalam keadaan sempurna. Dari hadis ini juga terdapat pelajaran agar kita selalu menyiapkan diri menghadapi kematian, dengan menyucikan hati. Karena kesucian hati lebih diutamakan dari pada kesucian badan…, lebih ditekankan lagi untuk orang yang sedang berhadas, terutama orang junub, agar bisa kembali segar atau memicu untuk mandi. Sehingga dia bisa tidur suci dari semua hadats. Kemudian, diantara manfaat wudhu ini, untuk mengundang mimpi yang baik, dan dijauhkan dari permainan setan ketika tidur. (Fathul Bari, 11/110).

3. Tidur miring ke arah kanan.

Posisi tidur yang dianjurkan oleh Rasulullah S.A.W adalah tidur dengan posisi miring ke arah kanan dengan tumpuan tulang rusuk sebelah kanan sedangkan kedua tangan menjadi bantal/sandaran di pipi sebelah kanan. Nabi S.A.W bersabda:

اِضْطَجِعْ عَلَى شَقِّكَ اْلأَيْمَنِ

Artinya:
"Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (H.R. Bukhari dan Muslim ).

Dari Al-Bara’ bin ‘Aazib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan tidur, beliau berbaring pada sisi kanan, lalu membaca doa:

اَللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِيْ إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِيْ إِلَيْكَ، وَوَجَّهْتُ وَجْهِيَ إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِيْ إِلَيْكَ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِيْ أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِيْ أَرْسَلْتَ

Artinya:
“Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku menyerahkan urusanku kepada-Mu, aku menghadapkan wajahku kepada-Mu, aku menyandarkan punggungku kepada-Mu, karena senang (mendapatkan rahmat-Mu) dan takut pada (siksaan-Mu, bila melakukan kesalahan). Tidak ada tempat perlindungan dan penyelamatan dari (ancaman)-Mu, kecuali kepada-Mu. Aku beriman pada kitab yang telah Engkau turunkan, dan (kebenaran) Nabi-Mu yang telah Engkau utus.” 

apabila engkau meninggal dunia (di waktu tidur), maka kamu akan meninggal dunia dengan memegang fitrah (agama Islam).” (H.R. Bukhari, no. 6313; Muslim, no. 2710).

4. Membaca 3 surat Qulhu dan ayat Kursi.

3 surat Qulhu yang dimaksud adalah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas. Setelah membaca 3 surat Qulhu tersebut dianjurkan meniupkannya di kedua telapak tangan lalu mengusapkannya ke wajah dan keseluruh anggota badan yang bisa dijangkau. Dalam sebuah riwayat disebutkan. Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,

كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

Artinya:
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (H.R. Bukhari no. 5017).

Selain membaca 3 surat Qulhu, disunnahkan pula membaca ayat kursi sebelum tidur, ini dimaksudkan agar kita tetap dalam penjagaan Allah S.W.T selama kita tidur. Dalam sebuah riwayat disebutkan, dari Abu Hurairah r.a berkata

وَكَّلَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى آتٍ ، فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . فَذَكَرَ الْحَدِيثَ فَقَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ ، وَلاَ يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « صَدَقَكَ وَهْوَ كَذُوبٌ ، ذَاكَ شَيْطَانٌ

Artinya:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menugaskan aku menjaga harta zakat Ramadhan kemudian ada orang yang datang mencuri makanan namun aku merebutnya kembali, lalu aku katakan, “Aku pasti akan mengadukan kamu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam“. Lalu Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan suatu hadits berkenaan masalah ini. Selanjutnya orang yang datang kepadanya tadi berkata, “Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Al Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta’ala dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi“. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu syetan“. (H.R. Bukhari no. 3275).

5. Membaca doa, sebelum tidur dan saat bangun tidur.

Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika ingin tidur di malam hari, maka beliau meletakkan tangannya di pipinya (yang kanan), kemudian mengucapkan

اللَّهُمَّ بِاسْمِكَ أَمُوْتُ وَأَحْيَا

Artinya:
Ya Allah, dengan nama-Mu. Aku mati dan aku hidup.

” Jika beliau bangun dari tidur, beliau mengucapkan,

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ

Artinya:
Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan.” (H.R. Bukhari no. 6325).

6. Mengibaskan tempat tidur.

Mengibaskan tempat tidur (membersihkan tempat tidur dari kotoran) ketika hendak tidur. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ إِلَى فِرَاشِهِ فَلْيَأْخُذْ دَاخِلَةَ إِزَارِهِ فَلْيَنْفُضْ بِهَا فِرَاشَهُ وَلْيُسَمِّ اللهَ فَإِنَّهُ لاَ يَعْلَمُ مَا خَلَفَهُ بَعْدَهُ

Artinya:
“Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan, ‘bismillaah,’ karena ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya tadi.(H.R. Al-Bukhari no. 6320, Muslim no. 2714, At-Tirmidzi no. 3401 dan Abu Dawud no. 5050. Lafazh yang seperti ini berdasarkan riwayat Muslim).

7. Mematikan lampu saat tidur.

Rasulullah S.A.W menganjurkan untuk mematikan lampu saat tidur karena dikhawatirkan ada tikus yang tiba-tiba menjatuhkan lampu tersebut sehingga api dari lampu yang menyala itu bisa membakar yang ada disekitarnya. Dari Abu Musa Al-Asy’ari ia berkata

احْتَرَقَ بَيْتٌ بِالْمَدِينَةِ عَلَى أَهْلِهِ مِنَ اللَّيْلِ ، فَحُدِّثَ بِشَأْنِهِمُ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « إِنَّ هَذِهِ النَّارَ إِنَّمَا هِىَ عَدُوٌّ لَكُمْ ، فَإِذَا نِمْتُمْ فَأَطْفِئُوهَا عَنْكُمْ

Artinya:
Ada sebuah rumah di Madinah terbakar mengenai penghuninya pada waktu malam. Kejadian tersebut lantas diceritakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Api ini adalah musuh kalian. Apabila kalian tidur, padamkanlah api.(H.R. Bukhari no. 6293 dan Muslim no. 2016).

Meskipun zaman sekarang penerangan sudah memakai lampu bohlam akan tetapi kita juga tetap harus waspada dengan mematikan lampu tersebut, hal ini bertujuan agar ketika tikus menggigit kabel-kabel lampu tidak terjadi korsleting listrik sehingga dikhawatirkan akan terjadi kebakaran. Inilah sunnah yang diajarkan Rasulullah S.A.W, meskipun zaman silih berganti akan tetapi sunnah beliau tetap berlaku dari zaman ke zaman sebagai bentuk perhatian Rasulullah S.A.W terhadap umatnya. Subhanallah.

0 comments:

Post a Comment