//]]> SEJARAH LENGKAP ASAL-USUL HAJAR ASWAD - SPIRIT MUSLIM (SPIRUM)

July 28, 2017




Spirit Muslim. Hajar Aswad ( حجر الأسواد) adalah batu berwarna hitam kemerah-kemerahan yang terletak di sudut selatan sebelah kiri dari pintu Ka'bah dengan ketinggian kurang lebih 1,5 meter dari permukaan tanah dan tertanam di dinding Ka'bah.
Asal usul batu Hajar Aswad tidak bisa lepas dari sejarah Ka'bah itu sendiri. Pembangunan Ka'bah menurut Al-Quran pada surat Al-Baqarah ayat 127 dilakukan oleh nabi Ibrahim beserta puteranya yakni nabi Ismail.

وَ إِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيْمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَ إِسْمَاعِيْلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا, إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Yaa Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya  Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (Q.S. Al-Baqarah: 127).

Banyak sekali kejadian bersejarah yang berkaitan dengan Ka'bah dan Hajar Aswad ini, mulai dari awal kali pembangunan ka'bah dan penempatan Hajar Aswad hingga berbagai peristiwa renovasi Ka'bah dan Hajar Aswad yang telah dilakukan berulang kali sejak dulu. Berikut serba-serbi seputar Hajar Aswad mulai dari awal kali peletakan dan penempatan Hajar Aswad oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, kisah peletakan Hajar Aswad yang dilakukan oleh Rasulullah saat renovasi Ka'bah, wujud Hajar Aswad pada zaman dulu, hukum mencium Hajar Aswad, penjelasan sains mengenai Hajar Aswad, hingga berbagai peristiwa penting yang pernah terjadi seputar Hajar Aswad.

PERTAMA KALI PEMBANGUNAN KA'BAH DAN PELETAKAN HAJAR ASWAD.

Diceritakan bahwa Allah memerintahkan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk membangun Ka'bah. Allah memberitahu kepada nabi Ibrahim dan nabi Ismail dimana mereka harus membangun Ka'bah yakni di sebuah tempat dekat dengan sumur Zam-zam. Mengetahui perintah tersebut, Nabi Ibrahim dan nabi Ismail lantas mulai mengerjakan pembangunan kurang lebih pada tahun 2130 SM. 

Pembangunan pun berlangsung, namun nabi Ibrahim menyadari bahwa masih banyak komponen Ka'bah yang belum dibangun karena keterbatasan bahan untuk melengkapi pembangunan tersebut. Akhirnya beliau dan nabi Ismail memutuskan untuk pergi menyusuri beberapa gunung berniat mencari bebatuan dengan tujuan merampungkan konstruksi Ka'bah itu.

Bahkan setelah seluruh bagian Ka'bah selesai dibangun, nabi Ibrahim masih merasa bahwa ada satu bagian penting yang belum ia bangun. Nabi Ibrahim lantas menyuruh nabi Ismail untuk mencari satu batu lagi yang dapat berfungsi sebagai pemberi "sinyal" kepada umat manusia. Mendengar perintah tersebut, nabi Ismail bergegas menuju beberapa bukit untuk mencari batu tersebut. Pada saat inilah malaikat Jibril diutus Allah untuk membawakan sebuah batu berwarna putih, lebih putih dari warna susu dan memberikannya kepada nabi Ismail.

Baca juga: pertemuan nabi khidir dengan nabi musa, hikmah sang hamba yang alim

Nabi Ismail akhirnya mendapatkan batu tersebut dan membawanya pulang. Melihat puteranya membawa batu tersebut, alangkah bahagianya nabi Ibrahim melihatnya. Nabi Ibrahim kemudian bertanya tentang lokasi dimana nabi Ismail mendapatkan batu tersebut, lalu nabi Ismail menjawabnya: "Aku menerima ini dari seseorang yang tidak akan membebani anak cucuku maupun anak cucumu (Jibril), kemudian nabi Ibrahim mencium batu tersebut dan diikuti oleh nabi Ismail".

KISAH PELETAKAN HAJAR ASWAD OLEH RASULULLAH

Suatu ketika Rasulullah S.A.W pada saat itu berumur 35 tahun dan masih belum diangkat menjadi Rasul. Waktu itu kota Makkah dilanda banjir besar yang meluap hingga ke Masjidil Haram. Orang-orang Quraisy khawatir jika banjir ini akan meruntuhkan Ka'bah. Kekhawatiran ini didukung dengan kondisi Ka'bah pada waktu itu yang hanya memiliki ketinggian 9 hasta atau kurang lebih 4 meter. Ini menyebabkan orang begitu mudah untuk memanjatnya dan mencuri barang-barang berharga yang ada didalamnya. Kekhawatiran ini membuat bagsa Quraisy bersepakat untuk memperbaiki bangunan Ka'bah tersebut dengan merobohkannya terlebih dahulu.
Dalam pembangunannya, bangsa Quraisy menggunakan dana dengan harta yang diperolehnya secara baik-baik, dengan kata lain mereka tidak menggunakan dana yang diperoleh dari hasil, merampas, melacur, riba, dan lain sebagainya.

Memang pada mulanya mereka takut untuk merobohkan Ka'bah karena takut terjadi hal buruk menimpa mereka, namun datanglah salah seorang dari mereka bernama Al-Walid bin Al-Mughirah Al-Makzhumi bangkit mengawali perobohan tersebut. Setelah melihat tidak ada hal buruk yang terjadi pada Walid, orang-orang Quraisy pun turut membantu merobohkan Ka'bah sampai bagian rukun Ibrahim.

Dalam renovasi ulang ini, orang-orang Quraisy membagi sudut-sudut Ka'bah dan mengkhususkan setiap Kabilah dengan bagiannya masing-masing untuk merenovasinya. Pembangunan ulang Ka'bah ini dipimpin oleh seorang arsitek bangsa Romawi bernama Baqum.

Rasulullah sendiri ikut bersama-sama membangun Ka'bah seperti yang lain. Beliau bergabung bersama pamannya yakni Abbas r.a. Ketika Rasulullah mengambil batu-batu, Abbas r.a menyarankan kepada Rasulullah untuk mengangkat jubah Rasulullah hingga diatas lutut. Namun Allah menakdirkan lain, belum sempat beliau mengangkat jubahnya, beliau jatuh terjerembab ke tanah. Beliau kemudian memandang ke atas langit seraya berkata: "Ini gara-gara jubahku, ini gara-gara jubahku".

Ketika pembangunan sudah sampai bagian Hajar Aswad, bangsa Quraisy berselisih tentang siapa yang mendapat kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad ke tempat semula. Mereka berselisih hingga 5 hari. Perelisihan ini bahkan hampir menyebabkan pertumpahan darah.

Abu Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makzhumi kemudian memberikan saran kepada mereka agar menyerahkan keputusan kepada orang yang pertama kali lewat pintu masjid. Bangsa Quraisy pun menyetujui gagasan ini.

Allah menakdirkan bahwa orang yang pertama kali melewati pintu masjid adalah Rasulullah S.A.W dan beliau mendapatkan kehormatan untuk meletakkan kembali Hajar Aswad pada posisi semula. Orang-orang Quraisy pun ridha atas keputusan ini. Rasulullah kemudian mengambil selendang, lalu Hajar Aswad tersebut diletakkan ditengah-tengah selendang tersebut, lalu beliau meminnta pemuka Kabilah memegang ujung-ujung selendang tersebut dan mengangkatnya hingga mendekati tempat Hajar Aswad semula. Rasulullah pun kemudian meletakkan batu tersebut kembali pada tempatnya semula.


Renovasi Ka'bah ini membuat kabilah Quraisy kehabisan dana yang telah mereka kumpulkan dari hasil baik-baik. Akhirnya dengan dana yang tersisa itu mereka menyisakan bangunan Ka'bah di bagian utara seukuran 6 Hasta yang kemudian disebut Al-Hijr atau Al-Hatim. Mereka juga membuat pintu Ka'bah lebih tinggi dari permukaan tanah. Setelah bangunan Ka'bah mencapai ketinggian 15 Hasta, mereka memasang atap yang disangga enam sendi.

HAJAR ASWAD DAHULU KALA

Seperti yang kita tahu bahwa Hajar Aswad merupakan salah satu batu yang terbilang istimewa, pasalnya batu itu merupakan salah satu batu yang berasal dari surga yang diturunkan Allah ke bumi untuk melengkapi bagian dari Ka'bah. Memang awalnya batu ini berwarna putih, bahkan warna putih yang dimilikinya lebih putih dari warna susu. Namun sayang, seiring perkembangan zaman, kian lama batu ini berubah menjadi hitam, tak lain ini disebabkan karena berbagai macam dosa-dosa manusia dari dulu hingga saat ini. Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Rasululah S.A.W bersabda:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ للَّهِ -صلى الله عليه و سلم نَزَلَ الْحَجَرُالأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَهُوَأَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ

Artinya:
"Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam”. (H.R. Tirmidzi dishahihkan oleh Syekh Al-Albani).

Dahulu, Hajar Aswad memiliki diameter kurang lebih 30 cm. Namun akibat berbagai peristiwa yang menimpanya selama ini, Hajar Aswad kini hanya tersisa delapan butir batu kecil sebesar Kurma. Namun tidak semua yang ada dalam bingkai tersebut adalah Hajar Aswad. Butiran Hajar Aswad yang sebenarnya tepat berada di tengah bingkai yang terbuat dari perak. Karena terus-menerus dikecup, dicium, dan diusap oleh banyak manusia sejak zaman dulu hingga sekarang, batu hitam ini tidak hanya sekedar menjadi hitam, namun juga menjadi sangat licin. 

Begitu mulianya batu ini, sampai-sampai pernah ada seseorang yang berusaha mencuri batu ini. Kejadian ini berlangsung pada musim haji tahun 317 H, saat itu dunia Islam sangat lemah dan tercerai berai. Disaat itulah kesempatan ini dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk merampas Hajar Aswad ini. Dia adalah Abu Thahir Al-Qurmuthi, ia adalah seorang kepala salah satu suku Syi'ah Isma'iliyyah di Jazirah Arab bagian timur. Ia beserta 700 anak buahnya mendobrak masuk Masjidil Haram dan membongkar Ka'bah secara paksa dan merebut Hajar Aswad dan melarikannya ke negara Bahrain tepatnya di kota Ahsa'.

Tidak sampai disitu saja, aksinya dilanjutkan dengan membuat maklumat bahwa Hajar Aswad akan dikembalikan namun dengan syarat tebusan uang atau dengan perang. Baru setelah 22 tahun berselang yakni pada 339 H batu tersebut dikembalikan ke Makkah oleh Khalifah Abbasiyyah Al-Muthi' lillah setelah ditebus dengan sejumlah uang 30.000 dinar.

HUKUM MENCIUM HAJAR ASWAD

Mencium Hajar Aswad merupakan salah satu dari sekian dambaan umat Muslim di seluruh dunia. Pasalnya mencium Hajar Aswad merupakan salah satu kategori ibadah, dimana seseorang menciumnya hanyalah semata-mata untuk beribadah kepada Allah dengan mengagungkan-Nya dan mencontoh perbuatan Rasulullah. Tidak ada sama sekali unsur syirik atau semacamnya karena mencium Hajar Aswad merupakan salah satu sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah, bahkan saat Umar Ibn Khattab mencium Hajar Aswad beliau menegaskan:

إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ

Artinya:
"Sesugguhnya saya tahu bahwa kamu itu hanya sebongkah batu yang tidak bisa mendatangkan manfaat juga tidak bisa mendatangkan bahaya. Kalau bukan karena saya melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka saya tidak akan menciummu". (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dari Ibnu 'Abbas r.a bahwa Rasulullah S.A.W bersabda: "Demi Allah, Allah akan membangkitkan Hajar Aswad ini pada hari kiamat dengan memiliki dua mata yang dapat melihat dan lidah yang dapat berbicara. Dia akan memberikan kesaksian kepada siapa saja yang pernah mengusapnya dengan hak". (H.R. Tirmidzi).

At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan, sedangkan Al-Abbani mengatakan bahwa hadits ini shahih dalam kitab Shahihul Jami': 2180, 5222, dan 6975.

PENJELASAN SAINS MENGENAI HAJAR ASWAD

Ketika beberapa ilmuwan membaca kabar tentang keutamaan-keutamaan dan keajaiban-keajaiban yang dimiliki Hajar Aswad, mereka mengira bahwa Hajar Aswad adalah batu Basal berasal dari Makkah yang terbawa arus banjir disekitar Makkah. Untuk menguji kebenaran tersebut, asosiasi Geografi kerajaan Inggris pada 1853 M mengutus seseorang bernama Richard Francis Burton untuk mengunjungi Arab Saudi (Hijaz) dengan menyamar menjadi haji dari Afghanistan. Richard mengusung misi mencuri pecahan batu tersebut lalu membawanya ke Inggris.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hajar Aswad bukan termasuk bebatuan bumi, melainkan batu luar angkasa yang menyerupai meteor. Hajar Aswad memiliki komposisi kimiawi dan mineral tersendiri yang berbeda dari meteor. Penelitian ini sontak menjadikan Richard Burton memeluk Islam. Kisahnya ini ditulis dalam bentuk buku yang berjudul Rihlah ila Makkah (A Journey to Mecca).

Prior Hey, seorang geolog mempublikasikan Catalog of Meteorities (1953) yang telah bertahun-tahun disusunnya. Prior Hey menganggap bahwa Hajar Aswad adalah batu meteor sehingga turut dimasukkan kedalam katalognya. Anggapan Prior Hey berasal dari pendapat Kahn, yakni seorang geolog yang berpendapat bahwa batu Hajar Aswad adalah batu meteor Aerloit, yaitu meteor yang tersusun dari senyawa-senyawa penyusun batuan dan tidak didominasi oleh besi dan nikel yang berlimpah seperti meteor pada umumnya.

Pendapat terakhir yang menyebutkan bahwa Hajar Aswad adalah batuan meteroid adalah Elsebeth Thomsen, seorang geolog dari Swedia pada tahun 1980. Dalam penelitiannya, Thomsen menggunakan pendekatan tak langsung, yakni dengan menegakkan dugaan bahwa Hajar Aswad kemungkinan besar merupakan batuan yang dibentuk akibat suatu proses tumbukan benda langit, yakni proses jatuhnya materoid besar dengan kecepatan sangat tinggi yang diikuti pelepasan energi yang sangat besar sehingga menyamai kuantitas energi yang dilepaskan dalam peristiwa ledakan nuklir.

Dibalik perbedaan pendapat mengenai asal usul Hajar Aswad, terdapat persamaan dari hasil berbagai penelitian tersebut, yakni bahan-bahan yang terkandung dalam Hajar Aswad memiliki komposisi yang cukup unik yang mana unsur-unsur dalam batu Hajar Aswad sama sekali tidak menyerupai salah satu bebatuan yang ada di Bumi, sehingga para peneliti menyimpulkan bahwa Hajar Aswad merupakan salah satu batuan meteor. Anehnya jika dibandingkan dengan batuan meteroid yang berhasil ditemukan hingga saat ini, komposisi dari Hajar Aswad ini pun tetap berbeda dengan batuan meteroid yang ada.

BERBAGAI PERISTIWA HAJAR ASWAD
Keberadaan Hajar Aswad ini tentu tidak bisa lepas dari berbagai peristiwa bersejarah yang pernah terjadi, diantaranya:
  1. 1859-1820 SM, untuk pertama kalinya Nabi Ibrahim a.s meletakkan Hajar Aswad di Ka'bah saat membangun Ka'bah yang dibantu oleh puteranya yakni nabi Ismail a.s.
  2. Hajar Aswad pernah dimasukkan kedalam sumur Zamzam oleh Amr Bin Harits Ibn Mahdhah Al-Jurhum pada tahun 400 M.
  3. Pada tahun yang sama, berhasil dikembalikan oleh kakek buyut Rasulullah yakni Qushay Bin Kilab.
  4. Pada 606 M, terjadi banjir yang melanda Ka'bah yang membuat Hajar Aswad harus segera diamankan dan Rasulullah turut menjadi andil dalam peletakan kembali Hajar Aswad ke tempat semula.
  5. Tahun 180 H, Abdullah bin Zubair memasang lingkaran pita perak di sekeliling Hajar Aswad.
  6. Pada 7 Dzulhijjah 317 H, Abu Thahir Al-Qarmuthi merampas paksa Hajar Aswad.
  7. Pada 10 Dzulhijjah 339 H, Hajar Aswad berhasil dikembalikan ke tempat asalnya.
  8. Tahun 363 H, Hajar Aswad pernah dipukul oleh lelaki Romawi untuk diambil namun tidak mampu membawanya.
  9. Tahun 413 H, seorang lelaki Bani Fathimiyyah memecahkan Hajar Aswad.
  10. Tahun 990 H, lelaki asing memukul Hajar Aswad.
  11. Tahun 1268 H, Sultan Abdul Majid mengganti bingkai lingkaran perak dengan lingkaran emas pada Hajar Aswad.
  12. Tahun 1923 H, Sultan Abdul Aziz kembali mengganti bingkai lingkaran emas dengan lingkaran perak.
  13. Tahn 1351 H, seorang lelaki Afghanistan mencungkil pecahan Hajar Aswad dan mencuri kain potongan Kiswah.
  14. Tahun 1351 H, Raja Abdul Aziz Al-Saud merekatkan kembali pecahan Hajar Aswad dan memberinya bingkai lingkaran perak disekelilingnya.
Itulah tadi penjelasan lengkap seputar Hajar Aswad yang telah berhasil kami sajikan. Hajar Aswad memang memiliki keunikan tersendiri didalamnya yang masih menyimpan sejumlah misteri yang sulit untuk dipecahkan oleh pengetahuan manusia. Namun meskipun begitu, beberapa dalil hadits justru sudah mampu mengungkapkan bahwa Hajar Aswad adalah salah satu batu mulia yang sengaja diturunkan oleh Allah dari surga sebagai pertanda akan kekuasaan Allah terhadap ciptaannya. Inilah salah satu kenikmatan Islam, saat sains modern masih sibuk mencari dalil untuk menguatkan pendapat atas penemuan mereka, Islam sudah lebih dahulu selangkah lebih maju mengetahui semua fakta tersebut melalui berbagai dalil yang dimilikinya, mulai dari Al-Qur'an hingga As-Sunnah. Subhanallah.

0 comments:

Post a Comment