//]]> BIODATA DAN PROFIL LENGKAP BUYA YAHYA, SOSOK ULAMA TEGAS DAN KHARISMATIK - SPIRIT MUSLIM (SPIRUM)

December 24, 2022

Spirit MuslimBuya Yahya menjadi salah satu sosok ulama yang kini sangat dikagumi oleh masyarakat luas. Banyak dari masyarakat yang senantiasa menantikan ceramah dan ilmu yang beliau sampaikan, terutama ceramahnya di beberapa platform media sosial seperti Youtube. Tidak heran kehadiran beliau sangat dinantikan oleh banyak orang, karena beliau memiliki ilmu pengetahuan yang luas sekaligus memiliki sikap santun dan tegas dalam berdakwah. Saat menyampaikan materi pun beliau memiliki kharisma tersendiri yang membuat jamaah betah duduk mendengarkan ceramahnya.

Buya Yahya adalah sosok ulama yang menghabiskan masa mudanya untuk menuntut ilmu agama dengan berguru kepada guru-guru yang hebat, hingga berkat rahmat Allah S.W.T serta ridha dari guru-gurunya, Buya Yahya mampu mendirikan pesantren Al-Bahjah dimana pesantren ini bertujuan untuk mencetak kader-kader baru dalam misi dakwah Islam.

Untuk mengetahui dan mengenal Buya Yahya lebih dalam, berikut Spirit Muslim akan menyajikan seperti apa biodata dan profil lengkap Buya Yahya, mulai dari profil singkat Buya Yahya, jenjang pendidikan Buya Yahya, guru-guru Buya Yahya, karya-karya Buya Yahya, karir dakwah Buya Yahya, kisah Buya Yahya merintis pondok pesantren Al-Bahjah, hingga pertemuan berkesan antara Buya Yahya dengan Habib Novel Alaydrus


SEKILAS PROFIL DAN BIODATA BUYA YAHYA


Nama Lengkap  : KH. Yahya Zainul Ma'arif, Lc., M.A., Ph.D
Kelahiran           : Blitar, Jawa Timur 10 Agustus 1973
Orang tua           : Jamzuri
Istri                     : Fairuz Arrahbini
Putra-putri         : Lulu Maulidiyah, Azzahra

Buya Yahya memiliki nama lengkap Yahya Zainul Ma'arif, beliau merupakan pendiri sekaligus pengasuh Lembaga Pengembangan Da'wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah yang berpusat di Cirebon. Beliau lahir di Blitar, Jawa Timur pada hari Rabu tanggal 10 Agustus 1973 M atau 16 Rajab tahun 1393 Hijriyah.


KISAH PERNIKAHAN BUYA YAHYA


Saat Buya Yahya menempuh pendidikan di Hadrammaut, Yaman, Buya Yahya memiliki keinginan untuk segera menikah. Beliau memiliki keyakinan jika menikah pasti akan mudah jika orang tua dan guru beliau merestui. Hingga pada suatu ketika Buya Yahya meminta restu kepada kedua orang tua dan gurunya untuk menikah, dan beliau mendapatkan restu tersebut.

Buya Yahya pun yakin meskipun tidak memiliki uang namun jika memiliki restu dari kedua orang tua dan gurunya pasti akan dilancarkan. Kemudian, Buya Yahya pun disuruh memilih mahasiswi, namun semuanya memakai cadar dan beliau dengan keberaniannya mencari tahu lewat orangtuanya. Buya Yahya pun nekat dan akhirnya ada 3 calon yang saat itu tengah melakukan pengenalan. Namun, dalam perjalanannya ternyata ada 1 nominasi lagi calon istri Buya Yahya.

Buya Yahya pun melakukan shalat Istikharah hingga akhirnya beliau yakin dengan orang yang keempat ini menjadi istri beliau. Buya Yahya pun merasa bingung karena beliau pada saat itu tidak memiliki uang, akhirnya sahabat beliau mengarahkan beliau untuk ke guru calon istrinya tersebut. Ternyata beliau di berikan nomor telepon calon mertuanya tersebut. Beliau  sempat gemetar saat hendak menelpon calon mertuanya tersebut, namun beliau memberanikan diri untuk menelpon dan berkenalan dengan calon mertuanya tersebut.

Pinangan Buya Yahya pun akhirnya diterima. Namun karena calon istri beliau masih awal masuk kuliah, Buya Yahya diminta oleh calon mertuanya untuk menunggu 4 tahun lagi untuk menggelar pernikahan. Beliau pun bercerita kepada calon istrinya, jika dalam bulan ini tidak ada pernikahan maka tunangan dibatalkan. Keluarga besar calon mertuanya pun mengetahui hal tersebut dan segera menikahkan keduanya.

Setelah menikah, karena keduanya masih kuliah dan mertuanya mengerti kondisi Buya Yahya maka Buya Yahya memiliki inisiatif untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri-sendiri terlebih dahulu. Hingga suatu ketika saat listrik di kontrakannya dicabut dan kondisi cuaca yang sangat panas, beliau berdoa kepada Allah agar Allah S.W.T berkenan memberikan rezeki, akhirnya bantuan datang dari tetangga yang bersedia mengalirkan listrik untuk kipas angin kecilnya.

Beliau pun juga bercerita bahwa selama 6 tahun ngontrak beliau tidak pernah membelikan istrinya baju, karena setiap ingin membelikan baju istri beliau selalu bilang bahwa uangnya lebih baik disimpan untuk bayar kontrakan saja.


PENDIDIKAN BUYA YAHYA


Buya Yahya mengenyam pendidikan formal pertama kali adalah saat beliau SD, beliau menyelesaikan jenjang pendidikan SD hingga SMP di tanah kelahirannya di Blitar, Jawa Timur. Pada masa ini Buya Yahya juga mengambil pendidikan agama di Madrasah Diniyah yang dipimpin oleh KH. Imron Mahbub di Blitar. Kemudian beliau melanjutkan jenjang pendidikan beliau saat SMA di Pondok Pesantren Darul Lughah Wadda'wah (Dalwa) di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur dibawah asuhan Al Murobbi Al Habib Hasan Bin Ahmad Baharun, yaitu pada tahun 1988 hingga 1993. Setelah beliau lulus, pada tahun 1993 hingga 1996 beliau mengajar di pesantren Darullughah Wadda’wah Bangil Pasuruan, sebagai masa khidmah Buya Yahya ke pesantren tempat Buya Yahya pernah menimba ilmu.

Selepas beliau menyelesaikan masa khidmahnya di pesantren Darullughah Wadda’wah, atas bimbingan gurunya yakni Al Habib Hasan Bin Ahmad Baharun dan Habib Idrus bin Umar Al Kaf beliau kemudian melanjutkan pendidikan S1 dan S2 di Universitas Al-Ahgaf, Hadramaut, Yaman pada tahun 1996 hingga 2005. Selama beliau berada di Yaman, beliau mengambil beberapa studi pelajaran. Dalam ilmu Fiqih belajar kepada para Mufti Hadramaut Syekh Fadhol Bafadhol, Syekh Muhammad Al Khotib, Syekh Muhammad Baudhon, dan Habib Ali Masyur Bin Hafidz. Sedangkan dalam ilmu Aqidah, Ulumul Qur'an, Mustholah Al-Hadits dan beberapa ilmu fiqih lain beliau berguru kepada Habib Salim Asy-Syathiri.

Meskipun Buya Yahya tidak tinggal di pesantren (Rubath) Habib Salim Asy-Syathiri namun Buya Yahya mendapatkan kesempatan besar untuk belajar kepada Habib Salim. Buya Yahya mendapatkan waktu khusus selama hampir 2 tahun untuk belajar dari beliau empat kali dalam seminggu mulai ashar hingga isya di Rubath Tarim.

Buya Yahya sempat mengajar di Yaman selama lima tahun di Fakultas Tarbiyah dan Dirosah Islamiah (khusus putri) dan di Markaz Pendidikan Bahasa Arab Universitas Al-Ahgaff. Selain mendapatkan pendidikan di Hadramaut, Yaman, Buya Yahya juga telah menyelesaikan program Ph.D di American University for Human Sciences California.


GURU-GURU BUYA YAHYA


Buya Yahya merupakan sosok ulama dengan ketinggian ilmu yang tidak bisa dipandang remeh, kehebatan beliau ini tidak lepas dari peran guru-guru beliau dalam mendidik beliau hingga beliau menjadi salah satu sosok ulama panutan bagi masyarakat Indonesia.

Buya Yahya mendapat kesempatan untuk belajar sanad hadits dan ilmu hadits dari beberapa guru beliau diantaranya adalah Dr. Ismail Kadhim Al-Aisawi dan Secara khusus Ilmu ushul fiqihnya diambil dari beberapa pakar diantaranya; Syekh Muhammad Al-Hafid Assyingqithi, Syekh Muhammad Amin Assyingqiti dan Syekh Abdullah Walad Aslam Assyingqiti dan Dr. Mahmud Assulaimani dari Mesir.

Sedangkan dalam ilmu bahasa Arab, Buya Yahya mendapatkan pendidikan dari Syekh Muhammad Al-hafid Assyingqiti, dengan kitab terakhir yang di kaji adalah Thurroh Uqudul juman dalam ilmu balaghoh, Thurroh lamiyatul Af’al dalam ilmu shorof dan Thurroh Alfiyah Ibnu Malik dalam ilmu nahwu yaitu Alfiyah Ibnu Malik dengan tambahannya menjadi 2800 nadhom. Ilmu fiqih perbandinganya diambil diantaranya dari Prof Dr. Ahmad Ali Toha Arroyyan dari Mesir, seorang Alim dari madzhab Maliki.

Sanad ilmu fiqh beliau ambil dari Ulama Hadramaut Syekh Fadhol Bafadhol, Syekh Muhammad Al-Khotib, Syekh Muhammad Baudhon, dan Habib Ali Masyur Bin Hafidz. Buya Yahya belajar ilmu ini selama 9 tahun.

Keilmuan Fiqh, Aqidah (teologi), Ulumul Quran dan Istilah-istilah Hadits (Mustalahah Hadits) bersanad kepada Habib Salim Asy-Syatiri. 

Selain itu Buya Yahya juga memiliki guru-guru lain, Guru-guru beliau diantaranya ada yang berasal dari Indonesia dan berasal dari luar negeri. Guru-guru Buya Yahya yang berasal dari Indonesia diantaranya:

1. Habib Husin bin Soleh Almuhdhor, Bondowoso.
2. Habib Qosim Bin Ahmad Baharun, Bangil.
3. Habib Ahmad bin Husin Assegaf, Bangil.
4. Ust Qoimuddin Abdullah, Bangil.
5. Habib Soleh bin ahmad Alidrus, Malang.
6. Habib Abdullah Maulahailah, Malang.
7. Habib Muhammad Alhaddad, Malang.
8. Ust Nasihin, Bangil.
9. KH Imron Mahbub, Blitar.

Sedangkan guru-guru Buya Yahya dari luar negeri dapat dirinci sebagai berikut:
1. Habib Idrus bin Umar Alkaf, Tarim,Yaman.
2. Syekh Fadhol Bafadhol, Tarim,Yaman.
3. Syekh Muhammad Al Khotib, Tarim,Yaman.
4. Syekh Muhammad Baudhon, Tarim, Yaman.
5. Habib Ali Masyur bin Hafidz, Tarim,Yaman.
6. DR. Ismail Kadhim Al Aisawi, Iraq.
7. Habib Salim Asysyathri Tarim,Yaman.
8. Syeh Muhammad Al Hafid Assyingqithi, Mortania.
9. Syeh Muhammad Amin Assyingqiti, Mortania.
10. Syeh Abdullah Walad Aslam Assyingqiti, Mortania .
11. DR Mahmud Assulaimani, Mesir.
12. Prof DR. Ahmad Ali Toha Arroyyan Mesir.


KARYA-KARYA BUYA YAHYA


Jenjang pendidikan yang beliau tempuh disertai dengan bimbingan para guru-guru beliau membuat Buya Yahya memiliki beberapa karya-karya terbaik baik dalam versi Indonesia maupun versi Arab. Karya Buya Yahya dalam bahasa Indonesia antara lain:

1. Indahnya Memahami Perbedaan Para Ulama
2. Silsilah Fiqih Praktis, Fiqih Bepergian: Solusi Shalat di Perjalanan & Saat Macet
3. Buya Yahya Menjawab
4. Silsilah Aqidah Praktis, Aqidah 50
5. Silsilah Fiqih Praktis, Bab: Thoharoh
6. Silsilah Fiqih Praktis, Bab: Sholat
7. Panduan Lengkap Bulan Ramadhan
8. Oase Iman
9. Silsilah Fiqih Praktis, Bab: Haji & Umrah
10. Silsilah Fiqih Praktis, Cerdas Memahami Darah Wanita
11. Silsilah Fiqih Praktis, Bab: Fiqih Sholat Berjama’ah
12. Silsilah Fiqih Praktis, Bab: Fiqih Qurban

Sedangkan karya beliau yang beliau tulis dalam bahasa Arab antara lain:
أَحْكاَمُ غَيْرِ الْمُسْلِمِيْنَ بِــإِنْدُوْنِيْسِيَا *
    التَّقْلِيْدُ وَالْتَلْفِيْقُ فِي التَّشْرِيْعِ الْإِسْلاَمِيِّ *
    مَنْهَجُ التَّعَامُلِ مَعَ النَّوَازِلِ الْمُعَاصِرَةِ *
    رَمَضَانِيّاَتٌ *
     تَحْصِيْلُ الْمَأْمُوْلِ فِيْ مُقَدِّمَةِ الْأُصُوْلِ *
     بِدَايَةُ اْلوُصُوْلِ فِيْ شَرْحِ لُبِّ الْأُصُوْلِ *
    كَشْفُ الْغُمَّةِ فِيْ بَيَانِ صَرْفِ الزَّكاَةِ لِلْمَصَالِحِ اْلعَامَةِ *
    مُوْجَزُ اْلبَيَانِ فِيْ كَفَّارَةِ الْجِمَاعِ فِيْ نَهَارِ رَمَضَانَ *


KARIR DAKWAH BUYA YAHYA


Awal perjalanan dakwah Buya Yahya berawal saat beliau di Cirebon pada awal 2006. Pada saat itu beliau mendapatkan tugas dari gurunya yakni Almurobbi Prof. Dr. Al Habib Abdullah bin Muhammad Baharun, rektor Universitas Al-Ahgaff, Yaman. Buya Yahya diperintahkan gurunya untuk memimpin pesantren persiapan bagi mahasiswa sebelum kuliah ke universitas Al-Ahgaff. Untuk mendukung tugas beliau, Buya Yahya mengontrak tempat di Ponpes Nuurussidiq, Cirebon. Beliau menjalankan tugasnya tersebut selama hampir 6 bulan, selama itu Buya Yahya masih belum mendapatkan izin dari gurunya untuk memulai dakwah.

Meskipun beliau masih belum mendapat izin untuk berdakwah secara langsung, namun Buya Yahya mendapat kepercayaan di stasiun radio Islami Salma 101 FM untuk menjadi direktur operasional radio tersebut. Selama itu pula Buya Yahya mencoba menghadirkan dakwah lewat radio dengan membuat program pesantren udara dengan memadatkan acara radio dengan pengajian-pengajian.

Hingga pada akhir tahun 2006, Buya Yahya memutuskan untuk menghadap kepada gurunya di Yaman agar memperoleh izin untuk berdakwah. Buya Yahya memulai dakwahnya dari hal-hal kecil tanpa sebuah paksaan, beliau memulainya dari mushallah-mushallah kecil hingga secara bertahap beliau dimudahkan Allah S.W.T membuka majelis ta'lim di masjid At-Taqwa, Cirebon. Buya Yahya menggelar kajian di masjid tersebut setiap senin malam, yang semula hanya dihadiri sekitar 20 orang, namun kini para jamaahnya sudah memenuhi ruangan hingga halaman Masjid At-Taqwa.

Selain itu Buya Yahya juga membuka beberapa majelis ta'lim lain di beberapa masjid dan kota lain, seperti di masjid Al-Imam alun-alun kota Majalengka, masjid Al-Istiqomah Cilimus Kuningan, masjid Agung Indramayu, dan masjid Al-Mustaqim Weru. Buya Yahya juga tidak membatasi diri hanya berdakwah di masjid-masjid saja, akan tetapi beliau  juga berdakwah di beberapa swalayan dan toserba, seperti Yogya, Matahari Department Store Grage, Lembaga Pemasyarakatan Kesambi dll.


MERINTIS PONDOK PESANTREN AL-BAHJAH


Seiring berjalannya waktu, dakwah Buya Yahya yang semakin berkembang pesat membuat Buya Yahya merintis majelis ta'lim dibawah asuhannya dengan nama Al-Bahjah. Majelis ta'lim inilah sekaligus sebagai cikal bakal lahirnya pondok pesantren Al-Bahjah di Cirebon yang dirintis sejak pada 2006. Pembangunan pesantren Al-Bahjah sendiri dibangun pada tahun 2008 dan diresmikan oleh Al-Murobbi Al-Habib Abdullah Bahrun pada tanggal 10 Januari 2010.

Buya Yahya dalam misinya berdakwah beliau memiliki segudang akivitas lain yang cukup padat diantaranya beliau menjadi pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah yang sekarang tersebar cabang-cabangnya di beberapa kota di Indonesia dan Malaysia dengan program formal dan non-formal. Program formal sendiri terdiri dari beberapa jenjang pendidikan diantaranya

1. SD Boarding School: Sekolah Dasar Islam Qur’ani (SDIQu) Al-Bahjah
2. SMP dan SMA Boarding School: SMPIQU al Bahjah, SMAIQu al Bahjah
3. Fakultas Syari’ah dan Da’wah STAI Al-Bahjah (STAIBA)

Perguruan Tinggi STAI Al-Bahjah (STAIBA) merupakan salah satu program andalan beliau. Buya Yahya mendirikan STAIBA dengan tujuan untuk mendidik kader-kader santri agar mampu menjadi juru dakwah yang dapat meneruskan perjuangan para ulama. Hingga saat ini STAIBA telah membuka 5 jurusan bagi para santri-santrinya, diantaranya Manajemen Haji dan Umroh (MHU), Hukum Tata Negara (HTN), Manajemen Pendidikan Islam (MPI), Ekonomi Syariah (Ekos) dan Pendidikan Matematika (PM).

Sedangkan dalam pendidikan nonformal beliau juga mendirikan program lain, diantaranya
1. Menghafal Al-Quran: Bagi anak –anak usia 10 – 15 tahun
2. Tafaqquh: Untuk anak usia 15 tahun ke atas yaitu program khusus memperdalam ilmu agama.

Selain itu beliau juga sibuk mengisi kajian-kajian di Pondok Pesantren Al-Bahjah milik beliau, antara lain
1. Al-Bahjah TV, yaitu TV parabola yang jangkauannya ke seluruh Indonesia dan negara tetangga.
2. Radio QU, yaitu stasiun radio yang tersebar di beberapa kota di Indonesia.


PERTEMUAN BUYA YAHYA DAN HABIB NOVEL ALAYDRUS


Ada satu momen berkesan saat Buya Yahya mengisi sebuah kajian, dimana saat itu hadir Habib Novel Alaydrus. Namun Habib Novel duduk bersama jama'ah lain dan Buya Yahya tidak menyadarinya. Sampai ada suatu kesempatan sesi tanya jawab dengan para jamaah, kemudian Habib Novel berdiri dan bertanya kepada Buya Yahya. Mengetahui yang bertanya adalah Habib Novel, Buya Yahya pun langsung menghampiri Habib Novel dan mencium tangan Habib Novel, begitu pun sebaliknya, Habib Novel mencium tangan Buya Yahya. Kemudian Buya Yahya pun mengajak Habib Novel untuk duduk disamping Buya Yahya bersama mengisi kajian tersebut.


Keduanya merupakan salah satu santri lulusan pesantren Darul Lughah (Dalwa) Bangil, Pasuruan, maka tidak mengherankan jika beliau berdua memiliki keterikatan batin satu sama lain dimana  beliau berdua memiliki ketawadhuan yang begitu tinggi.

0 comments:

Post a Comment