//]]> SOLIDARITAS MAHASISWA NON MUSLIM DI INGGRIS MENGAWAL SHALAT JUMAT DENGAN BARIKADE PAGAR BETIS - SPIRIT MUSLIM (SPIRUM)

May 31, 2017



Spirit Muslim. Sahabat yang dirahmati Allah, akhir-akhir ini umat Muslim dunia diguncang oleh berbagai fitnah bom yang muncul disana-sini. Upaya menyudutkan dan menggembosi iman umat Islam pun gencar dilakukan oleh berbagai pihak dengan menuduh Islam adalah dalang dari berbagai aksi terorisme dunia. Jihad pun menjadi kambing hitam dari aksi teror ini. Inilah yang menyebabkan umat Islam rentan terkena berbagai fitnah karena ulah segelintir orang yang mengatasnamakan Islam. Memang tidak dapat dielakkan bahwa jihad adalah paham yang diajarkan oleh Islam, namun jihad sebenarnya yang diajarkan oleh Islam memiliki aturan main tersendiri dalam prakteknya.
Seperti halnya bom bunuh diri yang terjadi di Manchester yang dilakukan oleh Salman Abedi yang telah menewaskan 22 orang dan melukai 119 orang lainnya. Aksi yang dilakukannya tersebut ternyata berdampak merugikan bagi umat Muslim yang tinggal di Inggris. Kabar terbaru kami dapat bahwa ruang terbuka shalat di kampus Universitas East Angela (UEA) Norwich, Inggris untuk sementara ditutup. Alhasil umat muslim sekitar serta mahasiswa muslim disana kehilangan tempat ibadah.

Sebagai rasa protes atas kebijakan kampus, mahasiswa non muslim disana memiliki inisiatif untuk membentuk barikade pagar betis untuk melindungi mahasiswa non muslim yang sedang melaksanakan shalat Jum'at di lingkungan kampus UEA pekan lalu. Selain membentuk barikade, para mahasiswa tersebut juga mengusung poster bertuliskan "Kami Hanya Shalat" dan "Selamatkan Tempat Kami". Momen tersebut sekaligus sebagai aksi demonstrasi para mahasiswa menentang kebijakan universitas yang menutup ruang shalat.


Subhanallah, solidaritas lintas iman ini menjadi pemandangan unik dan tak biasa pada hari tersebut, sebab warga Ingrris masih berduka atas serangan bom bunuh diri yang dilakukan Salman Abedi tersebut. Pekan lalu, komunitas Muslim juga bersolidaritas terhadap para korban bom dengan berjalan kaki massal menuju Manchester  Arena sebagai sikap menentang aksi terorisme.

Komunitas Muslim UEA mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengecam keputusan pihak kampus. Berbagai protes bermunculan di media sosial sejak kamis pekan lalu. Protes tersebut menuai banyak dukungan dengan munculnya petisi yang diteken lebih dari 6.000 pendukung demonstran yang menuntut ruang shalat.


Ruang Shalat di kampus ditutup dengan alasan renovasi di bagian tempat ceramah. Sebagai gantinya, para mahasiswa Muslim ditawari ruang Pusat Multi Iman sebagai ruang untuk shalat. Namun para mahasiswa menolaknya karena ruangan tersebut masih kurang memadai karena terletak di koridor perpustakaan yang sempit.

Pihak UEA telah memberikan konfirmasi mengenai penutupan ruang shalat tersebut. "Sebagai bagian dari investasi 2 juta poundsterling di ruang belajar perpustakaan baru dan pemutakhiran lengkap (ruang) ceramah utama universitas, penggunaan fasilitas shalat di dekat teater ceramah 2 untuk sementara tidak tersedia karena alasan keamanan selama pekerjaan bangunan", kata pihak UEA dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Eastern Daily Press, selasa (30/05/2017).

"Fasilitas itu akan tersedia bagi mahasiswa Muslim lagi sejak awal tahun ajaran baru. Sebuah kelompok kerja telah dibentuk untuk mempertimbangkan solusi jangka panjang", terang pihak UEA.

Mantan presiden Islamic Society di Universitas tersebut, Meanha Begun mengatakan, "saya telah menjadi bagian dari masyarakat Islam UEA selama beberapa tahun ini. Bagi saya itu berarti, segala sesuatu memiliki ruang yang memadai dimana kita merasa dihormati, kami berharap demonstrasi ini akan cukup bagi UEA untuk mendengar suara kami, kami menginginkan fasilitas shalat permanen".


Amina Abdul Aziz, salah satu mahasiswa yang ikut demo pada hari tersebut merasa aksi tersebut sebagai panggilan untuk membela kepercayaan. "Saya merasa ini adalah tugas saya untuk membela iman saya", tuturnya.

"Saya bangga berdiri dalam solidaritas dengan sesama mahasiswa. Kita tidak bisa membiarkan ini. Sebagai umat Islam, setiap hari kami shalat 5 kali. Itu sangat berarti bagi kami. Shalat adalah pusat kehidupan mahasiswa kami. Ini akan mempengaruhi kesejahteraan kami", lanjut Amina.

"Pusat multi iman yang telah ditawarkan tidak memadai untuk 600 pelajar Muslim. Ini adalah ruang untuk 60 orang. Ini akan membahayakan kelompok agama lain yang menggunakannya juga", imbuhnya.

Besarnya rasa solidaritas pada aksi tersebut merupakan cerminan ukhuwah yang terjalin baik antara Muslim dan Non Muslim. Perbedaan keyakinan tidak membuat rasa kemanusiaan memudar diantara para mahasiswa ini. Contoh tersebut adalah pelajaran berharga bagi kita, bahwa seberat apapun cobaan yang dialami oleh umat muslim bukanlah menjadi halangan untuk tetap menebarkan syiar Islam. Semoga bermanfaat. Aminn.

0 comments:

Post a Comment