//]]> BIOGRAFI PENGARANG KITAB TAFSIR JALALAIN - SPIRIT MUSLIM (SPIRUM)

April 18, 2017
1



1. Jalaluddin Al-Mahalli.
       Nama Lengkap
Al-Imam Jalaluddin Abu Abdillah Muhammad bin Syihabuddin Ahmad bin Kamaluddin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad bin Hasyim Al-Abbasy Al-Anshari Al-Mahalli Al-Qahiri Asy-Syafi'i.
       Kelahiran
Kairo-Mesir, 791 H / Setember 1389 M.
       Wafat
864 H / 1459 M.
        Karya
Al-Badru At-Thali' Fi Halli Jami' Al-Jawami', Syarh Waraqat Kanzu Ar-Raghibin Fi Syarhi Minhaj At-Thalibin Imam Nawawi, Tafsir Jalalain, Syaeh Mukhtasar Burdah, Al-Anwar Al-Madhiyah, Al-Qaul Al-Mufid Fi An-Nail As-Said, At-Thib An-Nabawi, Kitab Fi Al-Manasik, Kitab Fi Al-Jihad, Syarh Al-Qawaid Ibn Hisyam, Syarh At-Thasil Ibnu Malik, Hasiyah 'ala Jami'i Al-Mukhtasharat, Hasiyah Jawahir Al-Isnawi, Syarh As-Syamsiyyah Fi Al-Manthiq.

2. Jalaluddin As-Suyuthi.
        Nama Lengkap 
Abdurrahman bin Kamaluddin Abi Bakr bin Muhammad Sabiquddin bin Fakhruddin bin Utsman bin Nashruddin Muhammad bin Syaifuddin Khidir Al-Khudhairi As-Suyuthi Al-Misri Asy-Syafi'i.
        Kelahiran 
1 Rajab 849 H / 3 Oktober 1445 M.
        Wafat
Kairo 911 H / 1505 M.
        Karya
Al-Itqan Fi 'ulum Al-Qur'an, Tafsir Jalalain, Jami' Ash-Shaghir, Al-Asybah Wa An -Nazhair, Syarh Sunan Ibn Majjah, Ihyaul Mayyit bi Fadhaili Ahlil Bait, Al-Jami' Al-Kabir, Al-Hawi Lil Fatawa, Al-Habaik fi Akhbar Al-Malaik, Ad-Dar Al- Mantsur fi At-Tafsir bil Ma'tsur, Ad-Dar Al-Muntatsirah Al-Hadist Al-Musytahirah, Ad-Dibaj 'ala Shahih Muslim Bin Al-Hajjaj, Ar-Raudh Al-Aniq fi Fadli Ash-Shadiq, Al-'urf Al-Wardi fi Akhbari Al-Mahdi, Al-Gharar fi Fadhaili 'umar, Alfiatu As-Suyuthi Al-Kawi 'ala Tarikh As-Sakhawi, Al-La Ali' Al-Mashnuah Fi Al-Hadits Al-Maudhu'ah, Al-Madraj ila Al-Mudraj, Al-Mazhar fi Ulum Al-Lughah Wa Anwa'uha, Al-Qur'an, An-Mudzaj Al-Labib Fi Khashais Al-Habib, Irsyad Al-Muhtadin ila Nashrati Al-Mujtahidin, I'rab Al-Qur'an, Ilqam Al-Hajar Liman Zaka sab Abi Bakr Wa Umar, Tarikh Al-Khulafa, Tahdzir Al-Khawash Min Ahadits  Al-Qashash, Tuhfatu Al-Abror Binakti Al-Adzkar An-Nawawiyyah, Tadrib Ar-Rawi Fi Syarhi Taqrib An-Nawawi, Tazyin Al-Mamalik bi Manaqib Al-Imam Malik, Tamhid Al-Farsy Fi Al-Khishal Al-Maujibah Li Zhil Al-Arsy, Tanwir Al-Hawalik Syarh Muwattha' Malik, Tanbih Al-Ghabiy fi Tibra'ati Ibn Arabi, Husnu Al-Muhadharah Fi Akhbar, Mishr Wa Al-Qahirah, Dur As-Sihabah Fiman Dakhala Mishr Min As-Shahabah, Dzam Al-Makas, Syarh As-Suyuthi 'ala Sunan An-Nasai, Shifatu Shahibi Adz-Dzauqi, Aini Al-Ishabah Fi Ma'rifati As-Shahabah, Kasyf As- Salim Thabaqat Al-Huffadz, Thabaqat Al-Mufassirin, 'Uqudul Jiman Fi-'ilmi Al-Ma'ani Wa Al-Bayan, 'uqudu Az-Zabarjid 'ala Musnad Al-Imam Ahmad Fi I'rab Al-Hadits, Al-Mughthi Fi Syarhi Al-Muwattha', Lub Al-Lubbab Fi Tahrir Al-Ansab, Al-Bab Al-Hadits, Al-Bab An-Nuqul Fi Asbab An-Nuzul, Ma Rawahu Al-Asathin Fi 'adami Al-Maji'i ila As-Salathin, Musytaha Al-Uqul Muntaha An-Nuqul, Mathla' Al-Badrain Fi Man Yu'ti Ajruhu Marratain, Miftahu Al-Jannah Fi Al-I'tisham Bi As-Sunnah, Miftahamat Al-Aqran Fi Mubhamat Al-Qur'an, Nazam Al-Aqyan Fi A'yan Al-A'yan, Ham'u Al-Hawami' Syarhu Jam'u Al-Jawami', At-Tahadduts Bi Ni'matillah, Mu'jam Al-Mu'allafat As-Suyuthi, Fahrusat Muallafati, Al-Faruq Baina Al-Mushannif Wa As-Sari, Thib An-Nufus, Nawadhir Al-Ayak Fi Ma'rifati Al-Niyak, Ar-Rahmah Fi Ath-Thibbi Wa Al-Hikmah.

Baca juga: biografi lengkap Nabi Muhammad S.A.W.


Sahabat yang dirahmati Allah, sudah tidak asing terdengar ditelinga kita bahwa kitab tafsir Jalalain disusun oleh 2 pengarang kitab termahsyur, beliau adalah Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuthi. Jalaluddin memiliki makna orang yang mengagungkan agama. Jalaluddin merupakan gelar yang diberikan kepada seorang ulama yang dianggap sangat ahli dalam beberapa ranah ilmu. Karena disusun oleh dua Jalaluddin itulah maka kitab tafsir yang telah berusia 4 abad ini dinamakan Tafsir Jalalain yang berarti dua jalal.

Pertama kali yang mengarang kitab tafsir ini adalah Jalaluddin Al-Mahalli. Beliau semenjak kecil telah memiliki tanda-tanda kecerdasan yang sudah menonjol pada pribadi beliau. Beliau menguasai berbagai disiplin ilmu agama, antara lain: Tauhid, Tafsir, Fiqh, Ushul Fiqh, Nahwu, Sharaf dan Mantiq. Pada masanya beliau merupakan seorang 'alamah terkemuka, terkenal pandai dalam pemahaman masalah-masalah agama, sehingga sebagian orang menyebutnya seorang yang memiliki pemahaman yang brilian melebihi kecermelangan berlian. Dalam kitab Mu'jam Al-Mufassirin, As-Sakhawi menuturkan bahwa Al-Mahalli adalah sosok imam yang sangat pandai dan berfikiran jernih, bahkan kecerdasannya diatas rata-rata. Meskipun begitu beliau pernah mengatakan bahwa sebetulnya dirinya tidak mampu menghafal banyak. Mungkin karena hal ini tampaknya menjadi motivasi beliau untuk terus belajar dan berjuang mengarungi lautan ilmu.

Baca juga: biografi lengkap Habib Rizieq Shihab

Beliau juga dikenal sebagai seorang ulama yang berkepribadian mulia, shaleh, dan wara'. Beliau adalah sosok yang sederhana, jauh dari gemerlap dunia. Bahkan pernah ditawarkan kepada beliau berupa jabatan sebagai Qadhi terbesar di negerinya, namun beliau menolak tawaran tersebut. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa meskipun tidak miskin, beliau hidup pas-pasan. Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari beliau bekerja sebagai pedagang. Meski demikian, kondisi tersebut tidak mengendurkan tekadnya untuk terus menuntut ilmu.

Kitab Jalalain merupakan kitab yang disusun oleh dua Jalal. Meski disebut-sebut penyusun kitab Jalalain oleh dua orang ulama', namun keduanya tidak mengerjakannya dalam waktu yang bersamaan. Masing-masing peyusun yang berbeda generasi tersebut hanya menulis separuh tafsir dari Al-Qur'an pada masanya. Sebab pada saat Mufassir pertama yakni Al-Mahalli menyusun bagian pertama Tafsir Jalalain, Mufassir kedua yakni As-Suyuthi baru saja memulai pengembaraannya mencari ilmu. Sekali tempo liku-liku arah pengembaraan membuat keduanya bertemu dalam hubungan guru dan murid. Namun tidak beberapa lama keduanya berpisah lagi. Baru beberapa tahun setelah sang guru wafat, As-Suyuthi datang untuk melanjutkan pekerjaan besar sang guru yang belum selesai.

Tafsir Jalalain memiliki keunikan tersendiri yakni dari segi penulisan. Al-Mahalli mengawali penulisan tafsirnya dari Surat Al-Kahfi yang mana posisi surat tersebut berada dipertengahan juz dan dilanjutkan terus hingga sampai Surat An-Nas. Setelah selesai menafsirkan Surat An-Nas, Al-Mahalli kembali pada Surat awal Al-Qur'an dengan menafsirkan Surat Al-Fatihah. Namun tak berlangsung lama setelah beliau menafsirkan Surat Al-Fatihah beliau telah berpulang keharibaan Allah S.W.T.

Merasa sayang dengan karya sang guru, belasan tahun kemudian pekerjaan mulia tersebut dilanjutkan oleh salah seorang murid Al-Mahalli yang telah menjadi ulama' yang begitu 'alim, beliau adalah Jalaluddin As-Suyuthi. Beliau melanjutkan menulis tafsir Al-Mahalli pada tahun 870 H dan selesai pada tahun 871 dengan menafsirkan Surat Al-Baqarah hingga akhir Surat Al-Isra' yang terletak pada juz 15. Beliau juga menerapkan metodologi serta gaya bahasa yang nyaris sama persis dengan tulisan awal sang guru. Bahkan untuk menyamakan metodologi dengan sang pendahulu As-Suyuthi juga meletakkan Surat Al-Fatihah berikut penafsirannya diakhir kitab.
           
Untuk melengkapi penjelasan dalam kitab-kitab tafsirnya, As-Suyuthi juga menyusun kitab Lubabun Nuqul yang menjelaskan asbabun nuzul setiap Surat pada Al-Qur'an. Pada edisi cetak modern, kutipan asbabun nuzul setiap surat dalam Al-Qur'an tersebut tertera sebagai Hasiyyah (catatan pinggir) kitab Tafsir Jalalain. Selain itu juga dimuat kutipan kitab Nasikh Wa Al-Mansukh karya Imam Ibn Hasyim. Pemuatan asbabun nuzul tersebut dimaksudkan untuk menuntun pemahaman akan makna tafsir yang benar sesuai dengan konteks sosial dan masalah ketika ayat tersebut turun. Sedangkan Nasikh Wa Al-Mansukh merupakan salah satu sarana untuk memahami kasimpulan yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur'an.

Meski terbilang ringkas, namun informasi-informasi penting dalam Tafsir Jalalain membuat kitab ini menjadi rujukan ulama' hingga saat ini. Keringkasan penjabarannya juga mengundang minat banyak ulama sesudahnya untuk menyusun komentar atas kitab tafsir tersebut. Sebut saja Majma' Al-bahrain Wa Mathla' Al-Badrain karya Syekh Muhammad bin Muhammmad Al-Karkhi, Al-Futuhat Al-Ilahiyyah atau Hasiyyah Al-Jamal dan Hasiyyah Ash-Shawi karya Syekh Ahmad bin Muhammad Ash-Shawi Al-Misri Al-Maliki Al-Khalwati.

Kebesaran dua tokoh penyusun kitab tafsir ini begitu melegenda, disamping karena dikenal dengan pembahasannya yang luas dalam setiap kitab, Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuthi juga telah menghasilkan karya yang jumlahnya cukup banyak. Dalam bidang tafsir dan ilmu-ilmu Al-Qur'an misalnya, As-Suyuthi telah menghasilkan sedikitnya 20 kitab seperti Al-Itqan Fi Ulumi AL-Qur'an dan Ad-Durul Mantsur Fi Tafsir Bil Ma'tsur. Semua kitab-kitab krya beliau selalu menarik untuk dikaji. Sebab selain kajiannya yang begitu mendalam setiap karya beliau juga memiliki keunikan tersendiri. Kitab Ad-Durul Mantsur misalnya, ialah sebuah kitab tafsir Al-Qur'an yang sumbernya berasal dari hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani. Beliau sangat teliti dalam menukil semua hadits marfu' (Hadits yang periwayatannya sampai kepada Rasulullah S.A.W) dan Atsar (ucapan atau keterangan) para sahabat dan Tabi'in yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an. Namun berbeda dengan setiap hadits, beliau selalu menjelaskan pula derajat keshahihannya, atsar-atsar yang nukilnya ia biarkan tanpa komentar.

Selain sebagai seorang mufassir, As-Suyuthi juga dikenal sebagai muhaddits yang piawai. Lihat saja karya-karya dalam bidang hadits yang jumlahnya tidak kurang dari 12 kitab. Diantaranya yang paling terkenal adalah Ainul Ishabah Fi Ma'rifati Ash-Shahabah, Durru Ash-Shahabah Fi Man Dakhala Mishra Minash Shahabah dan Al-Luma' Asmai Man Wadhla'. Kehebatan beliau tidak lepas dari peran serta sang ayah yang turut mendukung keberhasilan beliau. Sejak usia belia, As-Suyuthi selalu diajak sang ayah menghadiri berbagai majlis ilmu. Dalam forum majlis tersebut sang ayah sering meminta doa dari ulama besar untuk anaknya. Salah satu ulama yang pernah mendoakan As-Suyuthi agar menjadi ulama besar adalah Imam Ibn Hajar Al-Atsqalani muhaddits besar penyusun kitab Bulughul Maram. Tidak hanya mendoakan, namun setiap kali minum segelas air usai mengajar, syekh Ibn Hajar selalu menyisakan sedikit untuk diminum As-Suyuthi.

Ketika sang ayah wafat, As-Suyuthi diasuh oleh Syekh Kamaluddin bin Humam Al-Hanafi pengarang kitab Fathul Qadir. Dibawah asuhan sang alamah itulah beliau berhasil menghafalkan Al-Qur'an pada usia 8 tahun. Setelah itu beliau menghafal kitab Al-Umdah, lalu Minhaj Al-Fiqh Wa Al-Ushul dan Alfiyah Ibn Malik. Ketika usia As-Suyuthi menginjak 15 tahun, beliau mulai berkelana dan berguru kepada para ulama besar. Sebut saja Syekh Sirajuddin Al-Balqini yang mengajarkan berbagai kitab fiqih seperti Al-Hawi As-Shaghir, Al-Minhaj, Syarh Al-Minhaj dan Ar-Raudhah. As-Suyuthi juga menimba ilmu bahasa arab ddan ilmu hadits kepada syekh Taqiyuddin Asy-Syamini Al-Hanafi serta berguru ilmu tafsir, ilmu Ushul, ilmu bahasa arab dan ilmu ma'ani kepada syekh Muhyidin Muhammad bin Sulaiman Ar-Rumi Al-Hanafi selama 14 tahun. Beliau juga sempat berguru kepada Jalaluddin Al-Mahalli dan Izzul Kinaani Ahmad bin Ibrahim Al-Hambali, serta masih banyak ulama lain yang menjadi guru dari As-Suyuthi. Syekh Abdul Wahab Asy-Sya'rani yang merupakan murid dari As-Suyuthi menyebutkan dalam kitab Thabaqatnya bahwa As-Suyuthi telah berguru kepada lebih dari 600 ulama. Ditunjang modal kecerdasan, kekuatan hafalan, serta keuletan belajar, As-Suyuthi telah menjelma menjadi seorang ulama besar yang memenuhi taraf kemampuan untuk berijtihad.

Selain terkenal alim, As-Suyuthi juga dikenal sebagai sosok yang memiliki pendirian yang teguh dan tidak suka menjilat pemerintah. Pernah suatu ketika raja Ghuri memberinya hadiah berupa uang 1000 dinar dan seorang budak perempuan. Namun segera saja uang tersebut dikembalikan dan budak tersebut dimerdekakan olehnya. Kemudian beliau berkata kepada sang raja, "Jangan berusaha memalingkanku hanya dengan memberi hadiah semacam itu, karena Allah menjadikanku tidak merasa butuh lagi terhadap hal-hal semacam itu."

Setelah beliau hidup dengan gemilang cahaya ilmu dan ibadah, ulama yang telah menulis lebih dari 500 judul kitab tersebut wafat pada hari Jum'at 19 Jumadil Ula 911 H. Sebelumnya beliau menderita sakit selama tujuh hari sebelum akhirnya berpulang kerahmatullah dalam usia 61 tahun 10 bulan 18 hari. Beliau dimakamkan dipemakaman Qaushun diluar pintu gerbang Qarafah-Kairo yang terkenal dengan sebutan Bawwabah Al-Sayyidah Aisyah (pintu gerbang sayyidah Aisyah).

1 comments: